SAMARINDA – Memasuki musim hujan, upaya pencegahan dini terhadap bencana alam coba dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda. Di antaranya dengan menyiapkan alat deteksi longsor.
Selain itu, sebanyak enam perahu karet juga disiapkan untuk membantu mengevakuasi warga bila nanti terdampak banjir. Sebab, sebagai kawasan dataran rendah, Kota Tepian kerap dilanda banjir maupun longsor saat hujan turun dengan intensitas tinggi.
Hal ini disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Tanggap Darurat dan Evakuasi BPBD Samarinda, M Anwar. Ia mengatakan, selain peralatan tersebut, BPBD telah menyiagakan sebanyak 25 personel sebagai antisipasi.
“Personel itu sudah dilatih dan siap terjun ke lapangan. Nanti kami juga akan dibantu relawan yang tersebar di beberapa kecamatan,” tutur dia, Rabu (1/11) kemarin.
Tak hanya itu, kata dia, BPBD juga telah menyiapkan perahu kayak (kecil), mesin pendorong, dan mobil serbaguna yang dapat membantu mengatasi berbagai kondisi di lapangan. “Kendaraan evakuasi tersebut mampu mengangkut personel BPBD, LSM, dan tagana,” ujarnya.
Di sisi lain, ada juga perahu-perahu kecil yang dipersiapkan untuk memasuki wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh perahu besar sebanyak empat buah.
“Jumlahnya sangat memungkinkan untuk kita eksekusi di lapangan. Kami juga sedang mengajukan pengadaan mesin besar ke Pemprov Kaltim agar mampu mendorong perahu-perahu yang jumlah komposisinya lebih sepuluh orang,” ujarnya.
Untuk eksekusi di lapangan, pihaknya selalu melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda mengenai perkiraan cuaca. Karena, BMKG sebagai instansi yang dapat memprediksi hujan sebelum terjadi.
“Apakah siaga satu, dua, atau tiga. Nanti kami akan selalu koordinasi dengan mereka. Agar memudahkan kesiagaan personel maupun peralatan,” ujarnya.
Peralatan dan personel tersebut disiagakan untuk antisipasi beberapa titik rawan banjir yang selalu menjadi langganan setiap tahunnya. Seperti di Kecamatan Sungai Pinang Luar, Kecamatan Samarinda Ulu, Simpang Empat Jalan IR H Juanda, dan Jalan Pangeran Antasari.
“Selain beberapa titik lokasi rawan banjir itu, muncul juga titik banjir baru yakni yang terletak di Samarinda Seberang. Itu juga turut menjadi perhatian kami,” ungkap dia.
Sedangkan untuk kawasan rawan longsor, lanjut dia, terletak di kawasan Selili. Tempat yang lebih dikenal sebagai tempat pelelangan ikan itu memang kerap menjadi langganan lokasi longsor karena sebagian besar perumahan terletak di daerah pegunungan. “Selain itu, ada juga di kawasan Batu Besaung. Selalu kami pantau juga,” pungkasnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post