Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Sabtu, 6 Maret 2021
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Bontangpost.id
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Bontangpost.id
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Feature

Divonis Idap Kanker Payudara Stadium Empat, Biaya Pengobatan Berharap Uluran Tangan Sahabat

Reporter: BontangPost
Kamis, 15 November 2018, 15:40 WITA
dalam Feature
3 menit dibaca
Divonis Idap Kanker Payudara Stadium Empat, Biaya Pengobatan Berharap Uluran Tangan Sahabat

KANKER: Agustania terbaring lemah di atas kasur. Perempuan beranak satu ini sudah tujuh bulan tak bisa berjalan karena lumpuh. Penyakit kanker payudaranya sudah stadium empat. Dia telah lama ingin dioperasi. Tetapi terhalang karena keterbatasan biaya.(MUBIN/METRO SAMARINDA)

Scan MeShare on FacebookShare on Twitter

Selama tujuh bulan, Agustania (39), terbaring kaku di atas kasur kecil di rumahnya yang berlokasi di Gang PS Mandapa, Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Penyakit itu efek lanjutan dari kanker payudara yang dideritanya sejak 2017 lalu.

UFQIL MUBIN, Samarinda

RABU (14/11) kemarin, Metro Samarinda berkesempatan melihat perempuan yang terbujur kaku itu di rumahnya yang jaraknya 300 meter dari kantor Desa Jembayan. Tubuhnya tak dapat bergerak karena seluruh tulangnya terasa sakit.

Hanya senyum kecil dan pandangan kosong yang nampak di raut wajahnya. Di bagian payudara kanannya, ada luka besar. Berwarna kemerah-merahan. Dulu, payudaranya berlubang. Menganga hingga dapat dimasukkan jari-jari tangan.

Dia didampingi saudara kandungnya, Ardiah (47). Perempuan yang acap menyuapkannya makanan, obat-obatan, mendampinginya mandi, hingga buang air besar dan kecil. Sudah dua tahun ini, dia hilir mudik memastikan adiknya dapat bertahan hidup di pembaringan.

Dengan mata berkaca, pada media ini dia berkisah, Agustania tinggal di rumah dengan tiga kamar bersama 11 anggota keluarga. Dulu, perempuan yang pernah dua kali menikah itu tinggal bersama anak dan suaminya.

Seiring berjalannya waktu, suami keduanya meninggalkannya sejak dia terserang kanker payudara. Sementara anaknya, NW (22), tinggal bersama suaminya.

Baca Juga:  Taman Tepian untuk Kesenian

“NW itu anak dari suami pertamanya. Nama suaminya dulu Firdaus. Meninggal tahun 1999. Setelah itu dia menikah lagi,” ungkapnya.

Agustania lahir sebagai anak ketiga. Ardiah adalah anak kedua. Sementara saudara yang lainnya, ada Lisnawati, Irnawati, dan Fitriani. Lima bersaudara itu semuanya perempuan.

“Kami yang bantu rawat dia. Kadang ada juga sepupu dan teman-teman dia yang bantu untuk beli obat,” sebutnya.

Hidup keluarga itu terbilang penuh getir. Ibu kandungnya yang tinggal tak jauh dari rumah Agustania, terserang penyakit lumpuh. Sementara sang ayah, bekerja sebagai penjaga masjid.

Ketika masih tinggal bersama suami keduanya, Agustania sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Suaminya bekerja di tambang batu bara. Di tangan laki-laki itu, segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kini, dia tak berdaya. Suaminya menikah lagi semenjak dia tak dapat berjalan karena lumpuh.

Kartu jaminan kesehatan tak punya. Sehingga sulit mendapatkan pelayanan gratis dari program pemerintah. Ardiah menyebut, suami Agustania pernah memiliki kartu BPJS Kesehatan. Namun terputus seiring laki-laki yang kini telah memiliki istri muda itu tak lagi bekerja di tambang batu bara di Kecamatan Loa Kulu.

Tahun lalu, benjolan sebesar ibu jari orang dewasa muncul di payudara bagian kanan Agustania. Keluarga berusaha menyembuhkannya. Membawa perempuan malang itu ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Loa Kulu.

Baca Juga:  ASTAGA!!! 27 Persen Pelajar ‘Konsumsi’ Obat Terlarang 

“Di Puskesmas, dikasih rujuk. Tiga kali ke sana. Disuruh operasi. Dia enggak mau operasi karena enggak ada biaya. Setelah itu, kami memilih berobat di kampung,” ucapnya.

Sebulan berlalu, penyakit menggerogoti tubuh Agustania. Benjolan membesar layaknya telur kampung. Melihat itu, keluarga berinisiatif mengobatinya dengan obat kampung.

“Pernah dikasih air untuk diminum. Sekalinya benjolan itu pecah. Terus ada lubang besar di situ. Bolong besar di payudaranya. Karena sudah besar, waktu itu mau dioperasi. Tetapi besoknya dia lumpuh. Enggak bisa jalan. Mulai lumpuhnya Februari 2018,” jelasnya.

Beberapa bulan berlalu, di payudara yang kanker itu membentuk lubang menganga. Sehingga bagian dalam tubuhnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Pun demikian, tangan orang dewasa bisa memegang bagian terdalam dari tubuh perempuan yang bertubuh ringkih itu.

Ardiah menyebut, di awal tahun ini, kanker itu sempat mengeluarkan bau menyengat. Tetangga dapat mencium aroma tidak sedap dari penyakit yang dialami Agustania. Seluruh anggota keluarga merujuknya ke klinik terdekat. Dokter memberinya bubuk yang dapat ditaburi di sekitar lubang sebesar piring itu. Tak lama, bau itu mulai menghilang.

Baca Juga:  Paslon Harus Siap Kalah 

“Kami kasih tablet untuk minum. Untuk penahan nyeri. Dulu pernah berobat herbal dan alternatif. Dia juga minum air kunyit,” katanya.

Setiap tiga hari sekali, Ardiah harus menebus obat di klinik. Biaya yang dikeluarkan sekira Rp 150 ribu. Uang itu didapatkan dari saudara, keluarga, dan teman-teman Agustania.

“Itupun terasa berat. Kami pengin bawa ke rumah sakit. Tetapi uangnya enggak cukup. Untuk beli obat setiap tiga hari sekali saja harus kumpulkan uang dulu,” ucapnya.

Setelah dikasih obat secara rutin, lubang di payudara perempuan itu kian membaik. Namun tidak berarti rasa sakit di tubuhnya hilang.

“Dia susah tidur. Bernapas susah. Makan enggak terlalu banyak. Kalau banyak makan, sulit bernapas. Tidurnya kurang. Kadang enggak bisa tidur. Kalau kencing harus dibantu. Tangannya bengkak. Tangan kanannya itu yang lumpuh,” tuturnya.

Pemerintah di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, belum ada satupun yang mengambil langkah atas kanker payudara stadium empat yang dialami perempuan berkulit putih itu.

“Saya berharap pemerintah ikut membantu kami. Supaya adik saya bisa berobat di rumah sakit. Agar bisa sembuh,” harapnya. (**)

Share this:

  • Twitter
  • Facebook


Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Saksikan video menarik berikut ini:

Tags: kisah inspiratifMetro Samarinda
Print Friendly, PDF & Email
PindaiBagikan76Tweet33Kirim

Dapatkan informasi terbaru langsung di perangkat anda. Langganan sekarang!

Berhenti Berlangganan

Komentar Anda

Related Posts

Kisah Pemancing yang Hilang di Mata Istri

Kisah Pemancing yang Hilang di Mata Istri

Rabu, 13 Januari 2021, 13:00 WITA
Kisah Para Pelaku Pesta Miras Berujung Maut

Kisah Para Pelaku Pesta Miras Berujung Maut

Rabu, 6 Januari 2021, 17:00 WITA
Istri Disayang-sayang Malah Kecantol Pria Lain

Istri Disayang-sayang Malah Kecantol Pria Lain

Rabu, 6 Januari 2021, 10:34 WITA
“Saya Ndak Mau Hidup Hanya untuk Menimbun Harta”

“Saya Ndak Mau Hidup Hanya untuk Menimbun Harta”

Minggu, 27 Desember 2020, 15:27 WITA
Cerita Korban Kebakaran di Bontang Kuala, Trauma Rumah Kembali Terbakar, Hanya Sisa Pakaian di Badan

Cerita Korban Kebakaran di Bontang Kuala, Trauma Rumah Kembali Terbakar, Hanya Sisa Pakaian di Badan

Kamis, 15 Oktober 2020, 19:14 WITA
Cerita Paskibra Bontang di Upacara Peringatan HUT ke-75 RI

Cerita Paskibra Bontang di Upacara Peringatan HUT ke-75 RI

Selasa, 18 Agustus 2020, 13:30 WITA
Postingan Selanjutnya
Waspada Dini Bencana Alam, BPBD Siagakan Alat Deteksi Longsor 

Waspada Dini Bencana Alam, BPBD Siagakan Alat Deteksi Longsor 

  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Bocah Bengalon yang Diterkam Ditemukan dalam Perut Buaya

Kamis, 4 Maret 2021, 16:27 WITA
Dampak Proyek Perluasan Kilang Balikpapan, Butuh 15 Ribu Tenaga Kerja

Dampak Proyek Perluasan Kilang Balikpapan, Butuh 15 Ribu Tenaga Kerja

Rabu, 3 Maret 2021, 19:00 WITA
Dua Truk Tabrakan di Bontang Lestari, Sopir Terjepit

Dua Truk Tabrakan di Bontang Lestari, Sopir Terjepit

Kamis, 4 Maret 2021, 09:12 WITA
Bolu Pandan, Camilan Mengenyangkan Saat WFH

Bolu Pandan, Camilan Mengenyangkan Saat WFH

Minggu, 12 April 2020, 13:51 WITA
Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Anak 16 Tahun di Selambai Duel dengan Buaya

Rabu, 24 Februari 2021, 23:00 WITA
Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Ikut Vaksin Sesuai Jadwal

Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Ikut Vaksin Sesuai Jadwal

Jumat, 5 Maret 2021, 20:30 WITA
Selama Buron, Terpidana Pengadaan Eskalator Gedung DPRD Ubah Identitas

Selama Buron, Terpidana Pengadaan Eskalator Gedung DPRD Ubah Identitas

Jumat, 5 Maret 2021, 19:15 WITA
Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Calon Pengantin Bakal Dapat Kartu Prakerja

Jumat, 5 Maret 2021, 17:00 WITA
Sempat Lolos dari Kejaran Polisi, Maling Malah Digigit Buaya

Sempat Lolos dari Kejaran Polisi, Maling Malah Digigit Buaya

Jumat, 5 Maret 2021, 15:00 WITA
Lanjutan Sidang Dugaan Korupsi Dana Bergulir, Niat Menabrak Regulasi Dari Awal

Lanjutan Sidang Dugaan Korupsi Dana Bergulir, Niat Menabrak Regulasi Dari Awal

Jumat, 5 Maret 2021, 14:00 WITA
  • Indeks Berita
  • Redaksi
  • Mitra
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kontak
Iklan dan Marketing: (0548)20545

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Bontang
  • Kaltim
  • Nasional
  • Advertorial
    • Advertorial
    • Pemkot Bontang
    • DPRD Bontang
  • Ragam
    • Infografis
    • Internasional
    • Olahraga
    • Feature
    • Resep
    • Lensa
  • LIVE

© 2019 Bontangpost.id. All Rights Reserved.