bontangpost.id – Kebakaran di area Kilang Pertamina Balikpapan menjadi ironi di tengah berlipatnya kapasitas produksi. Di balik daya yang besar, risiko yang ditimbulkan terhadap masyarakat juga besar.
Sejak direvitalisasi pada 2019 sampai pengujung Mei 2024, setidaknya sudah lima kali kebakaran terjadi di dalam fasilitas pengolahan minyak mentah terbesar di Indonesia itu. Peristiwa terbaru terjadi pada Sabtu (25/5) pukul 04.25 Wita. Menurut keterangan manajemen Pertamina, kobaran api terjadi pada instalasi crude distillation unit (CDU) IV.
Itu merupakan fasilitas pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar minyak. Saat kebakaran, kapasitas minyak yang sedang diolah sekira 170 ribu barel per hari (bph). Ketika itu, terdapat sekitar 9 operator menjalankan operasional kilang. Pada saat kejadian, Pertamina mengeklaim tidak ada aktivitas maintenance atau pemeliharaan. Hingga kemarin (26/5), penyebab kebakaran masih diinvestigasi Pertamina bersama kepolisian. Hari ini (27/5), tim Puslabfor Polri cabang Surabaya dijadwalkan melakukan penyelidikan di lokasi kejadian.
Kebakaran yang terjadi tiga hari lalu itu, membuat publik waswas terhadap keamanan objek vital nasional itu seiring meningkatnya kapasitas produksi pengolahan. Dari semula 260 ribu barel per hari, menjadi 360 ribu barel per hari. Dalam keterangan resminya kemarin, anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mendesak Pertamina mengevaluasi dan melaporkan ke publik pengaruh insiden kebakaran CDU Unit IV Kilang Pertamina Balikpapan terhadap proyek peningkatan kapasitas kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.
Mulyanto khawatir, insiden kebakaran yang terjadi berpengaruh besar pada proyek RDMP. Pasalnya, proyek RDMP juga fokus pada unit CDU IV. “
Andai demikian maka kerja keras yang kita lakukan untuk meningkatkan kapasitas kilang Balikpapan selama ini menjadi muspro (sia-sia). Kalau itu terjadi kan sungguh sangat disesalkan,” kata Mulyanto.
“Apalagi kita tahu proyek RDMP ini akan menjadikan Kilang Balikpapan yang terbesar di Indonesia, yang akan semakin mengurangi ketergantungan impor BBM kita dari Singapura,” imbuhnya.
“Ini kan ketergantungan yang sangat tinggi,” ujarnya. Dengan proyek RDMP ini, kata dia, diharapkan dapat mengurangi impor BBM dari Singapura sampai sebesar 12 persen. Ini jelas merupakan proyek yang sangat strategis. Sebelum kebakaran terjadi, Komisi VII DPR RI yang membidangi energi nasional, sudah menjadwalkan akan mengunjungi fasilitas ini pada pertengahan Juni 2024.
Pada bagian lain, ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kaltim Isradi Zainal menuturkan, becermin dari kebakaran yang terjadi selama ini, cenderung mengarah kepada permasalahan pada instalasi migas. Atau peralatan yang menurutnya kurang aman dari segi teknis.
“Untuk itu mesti dilakukan check and re-check secara lebih optimal. Saya rasa check dan re-check sudah ada. Tetapi perlu lebih dioptimalkan. Baik dari internal maupun eksternal,” katanya kemarin.
Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Profesi Jasa K3 (APJK3) Nasional itu menegaskan, terkait aspek manajemen keselamatan kerja atau fire safety management, yang harus diperhatikan adalah material atau instalasi migas. Harus tersertifikasi, diinspeksi, dan dipastikan aman.
Begitu juga dengan fungsi sistem emergency shutdown atau sistem penghentian darurat. Kemudian personel yang mengoperasikan, tidak lengah dalam melihat segala potensi bahaya yang bisa terjadi.
“Unit penanggulangan kebakaran seperti di kilang mesti betul-betul siap. Jadi man, material, method, terus SOP (standar operasional prosedur) yang dilakukan mesti harus mengantisipasi semua yang bakal terjadi. Dan mengantisipasi supaya tidak membesar,” jelas dia.
Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) ini meyakini jika instalasi migas seperti di Kilang Pertamina Balikpapan, pada umumnya sangat bagus dan memenuhi syarat. Akan tetapi, potensi kebakaran bisa terjadi setiap saat.
Menurutnya, antisipasi yang dilakukan dengan mengambil langkah emergency shutdown sudah sesuai dengan prosedur. Kemudian kesigapan tim unit kebakaran disebutnya sudah sesuai dengan fire safety management. Akan tetapi, masih ada satu hal yang menjadi kelemahan di Indonesia dan berbeda dengan di luar negeri. Yakni mengenai transparansi terkait dengan penyebab kebakaran. Kata dia, kadang-kadang tertutup.
Padahal semestinya penyebabnya bisa disampaikan secara terbuka ke publik. Karena dengan keterbukaan itu, masyarakat akan tahu, hal apa yang semestinya dilakukan.
“Saya melihat beberapa kejadian, alhamdulillah Kilang Pertamina masih mampu mengatasi dengan sebaik-baiknya. Dan bisa mengambil langkah ketika terjadi kebakaran. Itu yang dinamakan tanggap dan siap dalam menghadapi keadaan darurat. Akan tetapi bagi saya keterbukaan itu perlu,” ujar Isradi.
Mantan dekan K3 dan mantan dekan Teknik Uniba ini kemudian menyampaikan catatan agar insiden kebakaran tidak terulang dan membahayakan masyarakat sekitar. Yakni, memastikan bahwa peralatan instalasi migas yang digunakan untuk proses produksi semua dalam keadaan aman. Telah melakukan pemeriksaan uji riksa dari pihak ketiga atau inspeksi teknik. Kemudian, semua personel yang bertugas tahu bagaimana mengoperasikan dan bagaimana mengambil langkah yang akan dilakukan ketika terjadi kegagalan peralatan. Termasuk prosedur untuk mengatasinya.
Selanjutnya, mesti ada kerja sama dengan masyarakat berupa drill and exercise atau pelatihan tanggap bersama masyarakat. Selain itu, koordinasi di internal Pertamina, maupun dengan pemerintah dan warga setempat.
Menurutnya, ada semacam person in charge (PIC) atau penanggung jawab untuk mengantisipasi potensi kebakaran yang bisa bersumber dari mana saja. Setidaknya langkah yang dianggap perlu, serta kesiapan yang sewaktu-waktu bisa dilakukan, dan bisa direncanakan.
Dia juga meminta Pemkot Balikpapan berkoordinasi dengan Pertamina untuk meningkatkan fire safety management dalam meningkatkan kesiapan menghadapi keadaan darurat bagi warga di sekitar Kilang Pertamina Balikpapan. Selain itu sinergi antar-pemerintah tentunya. Yang paling utama, sambung dia, mengevaluasi apa yang menjadi penyebab kebakaran.
“Saya rasa kalau berbicara bagaimana supaya kebakaran tidak terjadi adalah dengan mengoptimalkan fire safety management. Mulai dari pimpinan tertinggi, ada komitmen untuk memastikan bahwa semua peralatan di instalasi migas itu kondisinya baik, tersertifikasi, dan memenuhi syarat. Dilengkapi dengan aspek safety ketika terjadi kegagalan,” pesan dia.
Kaltim Post sempat meminta konfirmasi mengenai kebakaran yang terjadi di Kilang Pertamina Balikpapan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Di sela-sela kunjungannya ke Plasa Seremoni Ibu Kota Nusantara (IKN) kemarin. Akan tetapi, dirinya belum bersedia memberikan keterangan.
“No… nanti. Satu-satu. Ini dulu (kunjungannya ke Plasa Seremoni IKN),” ucapnya.
Temuan Ceceran Minyak sebelum Kebakaran
Untuk diketahui, sebelum kebakaran di area kilang terjadi pada Sabtu (25/5), warga sekitar Kilang Pertamina Balikpapan lebih dulu dihebohkan dengan temuan ceceran minyak yang menyerupai solar di Kelurahan Margasari, Balikpapan Barat.
Ditemui Jumat (24/5), Zainudin (50), warga RT 5, Kelurahan Margasari, mengatakan, warga terganggu bau menyengat sejak Kamis (23/5). Selain mengancam kenyamanan warga, ceceran minyak berwarna hitam pekat itu juga mengancam ekosistem mangrove di area pesisir Balikpapan Barat. Kata dia, beberapa waktu lalu warga sekitar juga pernah mengalami serupa.
“Kemudian tahun kemarin ada kebocoran di laut itu, sempat menimbulkan api, ada ledakan, sekarang ada lagi,” keluhnya.
Sementara pada saat kebakaran, Amir, warga RT 12 Margasari mengaku melihat kobaran api di kawasan Pertamina saat dia mau menunaikan salat Subuh. Tapi, situasi masyarakat di sana banyak yang tidak ke luar rumah.
“Karena pas (kebakaran di Pertamina) orang masih pada tidur,” ungkapnya.
Walhasil, masyarakat baru mengetahui ketika pagi karena ada kepulan asap hitam dari kawasan produksi minyak. Tetapi ketika kebakaran itu, tidak ada tanda alarm yang berbunyi dari Pertamina.
“Biasanya, kalau ada tanda bahaya atau kebakaran, ada sirene,” sambung Amar (45) warga RT 45.
Amar menambahkan, saat Kilang Pertamina Balikpapan terbakar, dirinya masih terlelap. Warga sekitar pun tak langsung heboh saat terjadi kebakaran. Dia mengakui, tidak ada sirene yang muncul saat kilang tersebut terbakar.
Keterangan Pertamina
“Saat ini telah dilakukan emergency shut down di Kilang Balikpapan 2. Sedangkan Kilang Balikpapan 1 masih beroperasi normal. Kami terus memastikan kilang dalam kondisi aman. Kejadian ini juga tidak menyebabkan gangguan pada penyediaan BBM (bahan bakar minyak) di masyarakat,” ungkap Bayu.
Kata dia, pemadam statis (fire ground) yang berada di sekitar lokasi juga diaktifkan untuk membantu pemadaman dan melokalisasi sumber panas.
Upaya itu untuk memastikan tidak ada sumber panas di area kejadian. Dia memastikan tidak ada masyarakat yang terdampak di sekitar kilang.
“Selain itu, monitoring produksi BBM, juga kami lakukan untuk memastikan suplai ke masyarakat tidak terganggu. Sekali lagi terima kasih kepada seluruh stakeholder atas doa dan dukungan yang diberikan. Sehingga, kejadian ini bisa segera ditangani dengan maksimal,” ungkapnya. (riz/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post