BONTANG – Melempemnya kinerja PT Bontang Migas Energi (BME) terus mendapat sorotan. Perusahaan pelat merah itu dianggap gagal menyetor kontribusi ke PAD oleh Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI).
Senin (24/9) kemarin, belasan mahasiswa yang tergabung dalam HMI Bontang menggelar unjuk rasa. Mereka juga menuntut PT BME transparan dalam hal keuangan. Bahkan dari aksi ini, mahasiswa juga menuntut Direktur PT BME Kasmiran Rais mundur dari jabatannya.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan diawali dengan orasi di Simpang Ramayana, dilanjutkan dengan mendatangi Kantor Wali Kota Bontang di Bontang Lestari, dan kemudian melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor PT BME.
Koordinator Lapangan Ari Saldy Jaya mengatakan, PT BME tak transparan dalam hal laporan keuangan semenjak dipimpin oleh Kasmiran Rais. Padahal sebelum dijabat Kasmiran, pihaknya mendapat info jika ada deviden masuk senilai Rp 495 juta. “Tetapi saat kepemimpinan baru ini, pemerintah pun mengaku tidak ada deviden dan selama ini PT BME tidak mengalami keuntungan,” jelasnya usai mediasi dengan Asisten 2 Zulkifli dan Kabag Sosial Ekonomi Aguswati, di Kantor Wali Kota Bontang, Senin (24/9) kemarin.
Sehingga pihaknya menilai ada pembohongan publik. Oleh karenanya mereka meminta transparansi. “Bukan hanya transparansi, kalau perlu dicopot direkturnya. Kami juga minta PT BME diaudit ulang,” ujarnya.
Sementara itu Kabag Sosek Setda Bontang, Aguswati membantah tudingan para pengunjuk rasa yang menganggap PT BME tidak pernah memberikan deviden. Padahal kata Aguswati, ada deviden masuk sebesar Rp 187 juta tetapi bukan hasil dari jaringan gas (jargas). “Dari zaman pak Taufik pun deviden senilai Rp 495 juta setelah diaudit bukan dari jargas, tetapi hasil keuntungan kerja sama dengan PT Blackbear. Tetapi karena alatnya sudah tua, kerja sama pun dihentikan dan PT Blackbear akan menggunakan jasa PT KDM,” ungkapnya.
Dalam pertemuan sebelumnya di Pendopo Rujab, Aguswati menerangkan bahwa Komisaris PT BME sudah menjelaskan hasil laporan akuntan publik yang diaudit oleh BPK dan internal komisaris. “Yang membuat tidak ada keuntungan itu karena harga gas dan biaya operasional per bulan yang tinggi,” terang dia.
Sementara itu, laporan hasil keuangan juga sudah disampaikan ke DPRD Bontang. “Karena memang kewenangan kami sampai di situ saja,” kata Aguswati.
Ditambahkan Komisaris PT BME Agus Wijaya, sejak tahun 2017 secara keseluruhan kerugian PT BME mencapai Rp 400 juta. Karena sejak 2016 keuangan PT BME sudah minus. Tetapi meski minus, Direktur PT BME saat itu, Taufik, tetap memberikan deviden kepada Pemkot Bontang, yang disebut sebagai deviden inferim. Terkait deviden, perusahaan akan berikan laba jika mendapat keuntungan. “Walau masih belum ada keuntungan, yang terpenting adalah bagaimana agar perusahaan bias tetap eksis. Zaman pak Samsul dan Taufik mereka memberikan deviden sebesar Rp 495 setelah dipotong pajak,” urainya.
Saat itu kata Agus, kondisi keuangan PT BME masih minus. Selanjutnya, diberikan lagi Rp 187 juta. “Karena masih rugi, maka pembukuan di Pemkot Bontang juga ditulis sebagat pos uang muka deviden, karena tidak punya keuntungan dan bukan PAD,” ujarnya.
Sementara itu menanggapi aksi mahasiswa, kepada Bontang Post Direktur PT BME Kasmiran Rais mengaku siap menyampaikan laporan kinerja dan laporan keuangan. “BME siap menyampaikan laporan kinerja dan laporan keuangan yang sudah diaudit oleh akuntan publik saat ada rapat dengar pendapat dengan DPRD nanti,” tukasnya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: