bontangpost.id – Suasana webinar itu berlangsung meriah, Rabu (2/12/2020) pagi, dihadiri 475 tenaga pendidik sekolah vokasional, dari Indonesia barat hingga timur. Terhimpun dalam satu forum bertajuk “Webinar nasional pendidikan vokasi Konsep dan strategi pengembangan pendidikan vokasi era digital untuk mempersiapkan SDM dalam menghadapi industri 4.0”. Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi apik antara PT Kaltim Parna Industri (KPI) dan SMK Negeri 1 Bontang.
Kepala SMK 1 Bontang Kasman Purba mengatakan, webinar ini dihelat untuk mengetahui tantangan, persiapan dan peluang SMK dalam menyongsong era RI 4.0. Dari kegiatan ini diharapkan, sekolah dan pendidik dapat meramu kurikulum yang pas sesuai dengan kebutuhan industri. Jangan sampai lulusan SMK kurang terserap industri di sekitarnya. Atau tak mampu berdaya dengan menciptakan peluang bisnis sendiri lantaran landasan keilmuannya tidak relevan dengan kebutuhan.
“Jangan sampai kurikulum di sekolah tidak sesuai kebutuhan industri,” tegasnya.
Tak lupa ia menyampaikan terima kasih kepada PT KPI yang telah menggandeng SMK 1 guna menghelat agenda ini. Semoga kegiatan positif serupa bisa berlanjut, dan kerjasama dengan SMK lain juga ikut diperluas.
Sementara Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim Idhamsyah mengatakan, semoga, kerjasama antara sekolah dan industri di daerah, khususnya di Kaltim tak hanya berakhir sebatas nota kesepahaman (MoU) untuk memberi ruang anak-anak untuk mencicipi dunia kerja atau magang. Pun juga memberi kesempatan pada pendidik sekolah vokasional untuk ikut dibimbing di industri tersebut.
Agar ilmu para pendidik sekolah vokasional ikut terbarukan selaras perubahan yang dilakukan industri di sekitar. Harapannya, terjadi sinkronisasi antara ilmu yang diajarkan di kelas, dengan aplikasinya nanti ketika murid mulai magang.
“Dengan begitu kan kurikulum bisa diselaraskan. Jadi dibangun kesamaan persepsi soal apa sih kebutuhan industri. Harapannya tidak ada lagi kasus lulusan SMK tidak memenuhi standar yanh dibutuhkan,” urai Idhamsyah.
Vice President PT KPI, Hotdo Pasaribu menuturkan bila masyarakat dunia telah diambang industri 4.0. Semua aspek dalam kehidupan masyarakat mulai terdigitalisasi. Keberadaan webinar ini adalah contohnya. Seluruh peserta, yang berasal dari Aceh sampai Papua, bisa terhimpun dalam satu forum diskusi.
Bahwa selama ini hubungan kerjasama dengan SMK 1 Bontang telah terjalin dengan baik seperti penerimaan magang di perusahaan, dan pada 17 November 2020 ditandatangani MoU kerjasama antara PT KPI dengan SMK 1 Bontang dalam pengembangan SDM menyongsong era industri 4.0.
Sedikit dia singgung tentang pabrik PT KPI, dalam menjalankan industrinya, sejak awal berdiri PT KPI telah menerapkan teknologi pabrik dengan sistem digitalisasi dan terus dikembangkan dengan mengintegrasikan antara teknologi cyber dan teknologi otomatisasi yang tentunya mendorong efektifitas dan efisiensi dalam operasional perusahaan. Dan seiring dengan perkembangan jaman juga telah menerapkan teknologi untuk proses administrasi pendukung lainnya.
Atas penerapan teknologi tersebut, pada Oktober 2020 lalu Kementerian Perindustrian melakukan assessment dan penilaian atas kinerja dan penerapan teknologi KPI bersama-sama sejumlah perusahaan industri lainnya di Indonesia. Sesuai penilaian, KPI ditetapkan sebagai salah satu penerima INDI Award 4.0 pada 25 November 2020 di Jakarta yang diserahkan oleh Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil.
Sementara webinar ini merupakan bentuk kontribusi perusahaan dalam dunia pendidikan serta mendukung program pemerintah. Ditegaskan, lulusan SMK harus bisa mengambil bagian dalam perkembangan RI 4.0. Untuk itu dibutuhkan pembedahan soal 4.0 itu sendiri. Agar segalanya lebih jelas.
“Ini salah satu cara kami berkontribusi melalui CSR khususnya di bidang pendidikan,” tandasnya.
Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Profesor Putu Suardika didaulat sebagai pembicara utama dalam webinar ini. Pemaparan dia buka dengan membedah 5 konsep dasar pendidikan vokasi di era RI 4.0.
Ada 5 konsep ditawarkan yakni tradisi atau penyerapan lulusan SMK dalam dunia kerja merupakan tujuan utama. Kedua, pelatihan keterampilan. Ketiga, keuntungan ekonomi atau pemerataan kesejahteraan. Keempat, pembentukan mental murid SMK agar miliki kemampuan kerja, kebiasaan kerja. Terakhir, pembangunan sosial budaya, pengentasan pengangguran dan kemiskinan.
Bila ke-5 konsep dasar ini harus diingat betul oleh pendidik. Pendidikan vokasi tidak sama dengan pendidikan pada umumnya. Melatih murid SMK harus utuh. Mulai kemampuan teoritis hingga pembentukan mental agar siap masuk ke industri.
”Dalam mengembangkan pendidikan vokasional. Tolong 5 hal ini dijadikan diperhatikan,” tegasnya.
Dikatakan, pendidikan kejuruan yang dilaksanakan di SMK tidak sama dengan sekolah biasa. Lantaran penyelenggaraannya yang diciptakan untuk menciptakan keuntungan ekonomis. Sebabnya ada indikator ditetapkan. Yakni seberapa banyak lulusan SMK terserap industri, seberapa banyak yang berdaya dengan membangun usaha sendiri, sementara sisanya ialah yang lanjut ke perguruan tinggi.
Tentu, agar tujuan pendidikan vokasional ini terwujud, harus terjadi sinkronisasi antara apa yang diajarkan di sekolah selaras dengan kebutuhan industri di daerah. Agar berkesinambungan, maka jalan utamanya ialah sekolah mesti menyusun kurikulum yang sesuai dengan tuntutan tersebut.
“Ketika lulus, anak-anak bisa langsung masuk dalam industri yang sesuai dasar keilmuan mereka,” bebernya.
Sejumlah persoalan dan pendidikan vokasional di Indonesia menurut Putu di antaranya belum melatih kapabilitas kerja lulusan secara komprehensif, sesuai kebutuhan industri dunia kerja dan kerja (IDUKA). Kurikulum, pendidik, atmosfir pembelajaran belum terkait dengan baik ke IDUKA industri 4.0. Pun kurikulum di sekolah belum masuk dalam kebutuhan inti industri 4.0 itu sendiri.
Untuk menghalau tantangan ini, Putu menawarkan 12 strategi pengembangan pendidikan vokasi. Diantaranya meningkatkan kecerdasan belajar dari berbagai sumber dengan jaringan media digital berkelas dunia. Penguatan mental, kognitif atau intelektual dan motorik. Menerapkan blended learning. Dan mendorong pembelajaran yang peer-to-peer yang komunikatif komprehensif.
Tantangan nyata industri 4.0 lantaran manusia seolah bersaing dengan mesin yang memiliki kecerdasan buatan (Artificial intelegent/AI). Beberapa jurusan di SMK, utamanya di bidang operator dan administrasi, sangat besar potensinya digerus oleh mesin-mesin otomatis.
“Strategi yang kami tawarkan ini semoga bisa menjadi acuan bapak dan ibu dalam mengembangan pendidikan di sekolah. Agar kedepan, lulusan SMK tidak kalah saing, dan tetap relevan dengan industri di sekitarnya,” urai guru besar di UNY itu.
Kata dia, seberapa majunya industri 4.0, mesin-mesin otomatis tidak akan sanggup mengambil peran dalam berpikir kritis dan merasa laiknya manusia. Untuk itu, ada 12 pokok keterampilan juga mesti diajarkan pendidik kepada murid-muridnya agar tidak kalah saing. Beberapa di antaranya, berpikir analitis dan berinovasi, pemecahan masalah yang kompleks, emotional intelligence, mampu berpikir kritis dan mampu menganalisis, serta kemampuan memimpin.
Webinar ini berjalan interaktif. Usai pemaparan begitu banyak pertanyaan diajukan kepada pemateri, Prof Putu. Serta saling berbagi pengetahuan antara pemateri dan peserta. Akhirnya, webinar yang dibuka sekira pukul 09.10 Wita ini ditutup sekira pukul 12.40 Wita. “Ini salah satu cara kami berkontribusi melalui CSR khususnya di bidang pendidikan,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: