Puasa Kawah Candradimuka Pemuda Islam 

Hairi Anshari, S.Pd.I, M.Si

Oleh:

Hairi Anshari, S.Pd.I, M.Si

Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kutai Timur

Sesungguhnya, Allah tidak membutuhkan apapun dari hamba-Nya. Bahkan sebaliknya, manusialah yang sangat membutuhkan Allah SWT. Demikian pula dalam amal/ibadah, Allah tidak memerlukan ibadah manusia. Andaikata seluruh manusia beribadah kepada Allah atau tidak ada satupun yang beribadah, Allah tetaplah Rabbul ‘alamin, Tuhan semesta alam yang kekuasaan-Nya tidak akan berkurang. Maka, hikmah ibadah yang dilakukan manusia juga akan kembali kepada manusia.

Puasa merupakan ibadah istimewa yang karenanya Allah berfiman dalam hadits qudsi :

الصَّوْمُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita sebagai manusia harus pandai bersyukur dengan segala karunia kesehatan, kesejahteraan, dan kekuatan yang diberikan Allah salah satunya adalah untuk meningkatkan etos kerja.

Tujuan puasa adalah agar kita bertakwa. Pada ayat yang memerintahkan puasa disebut la ‘allakum tattaqun (agar kamu bertakwa). Kata takwa tentu mencakupi segala kebaikan yang kita lakukan. Termasuk dalam pekerjaan yang kita geluti sehari-hari bagian untuk mencapai ketakwaaan. Ada yang mengatakan bahwa puasa yang kita lakukan adalah jahitan pakaian ketakwaan kita.

Dalam ibadah puasa, ada tiga nilai pokok: Pertama, adalah adanya sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar; Kedua, adanya keterkaitan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial (kelompok), dan; Ketiga, lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, efesiensi dan inovatif.

Dari ketiga nilai itulah tertanam sejumlah spirit puasa dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Peningkatan produktivitas kerja, satu caranya dimulai selama Ramadhan. Bulan Ramadhan menjadi ujian awal untuk menguji etos kerja seseorang. Jika etos kerja meningkat selama Ramadhan, maka sudah bisa dipastikan secara alamiah bahwa produktivitas kerjanya juga terus meningkat pada bulan-bulan setelah Ramadhan

Esensi aktivitas kehidupan manusia bermuara pada dua unsur, yaitu unsur ibadah dan maksiat. Semua kita berada pada satu unsur tersebut pada setiap aktivitas kerja yang kita lakukan. Dengan catatan keberadaan kita pada satu unsur itu sangat tergantung pada niat melaksanakan setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa “Sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan.” Jadi nilai suatu bentuk pekerjaan, bukan hanya dilihat dari kinerja produktivitas, melainkan juga harus dilihat secara holistik dan filosofis dalam niat kebaikan atau keburukan.

Pada bulan Ramadhan semua ibadah akan dilipat gandakan pahalanya. Makanya karena nilai ibadahnya tinggi, sudah pasti setiap orang akan berlomba-lomba untuk beraktivitas dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja yang baik. Bagi yang memahami bulan yang penuh rahmat ini tentu akan meningkatkan berbagai aktivitas (ibadah), dan tentu berusaha untuk mereduksi aktivitas-aktivitas yang memiliki unsur maksiat. Supaya puasa yang dijalani diterima Allah Swt.

Imam Al-Ghazali dalam karya monumentalnya, Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa setelah kita melaksanakan ibadah puasa dan amalan-amalan lainnya, kita harus menyikapinya dengan dua maqam, yaitu khauf (khawatir) dan raja’ (harap). Artinya kita harus menjadikan puasa benar-benar sebagai ibadah yang agung dan dapat membawa inspirasi bagi kita, keluarga dan umat secara keseluruhan. Sebagai upaya agar puasa yang kita laksanakan diterima Allah Swt.

Pemuda dalam Al-Quran dan Hadis

Dalam Al-Quran, kata pemuda diistilahkan dengan fatan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala dalam QS. Al-Anbiya: 60 tentang pemuda Ibrahim, yang artinya: “Mereka berkata, ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim’.”Al-Quran dalam menjelaskan kisah pemuda Ashabul Kahfi menggunakan kata fityah (pemuda-pemuda) sebagai bentuk jamak dari kata fatan. Sebagaimana Allah firmankan dalam QS. Al-Kahfi: 13, yang artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Kata pemuda dalam hadis disebut dengan istilah syaabun. Hadis yang berkaitan dengan pemuda antara lain HR. Imam Bukhari yang disebutkan, di antara tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah syaabun nasya’a fii ‘ibaadatillaah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah Subhanahu wa ta’ala).

Puasa merupakan kawah candra di muka dalam hal penggemblengan pemuda, Dalam ibadah puasa, ada tiga nilai pokok: Pertama, adalah adanya sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar; Kedua, adanya keterkaitan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial (kelompok), dan; Ketiga, lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, efesiensi dan inovatif.

Dari ketiga nilai itulah tertanam sejumlah spirit puasa dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Peningkatan produktivitas kerja, satu caranya dimulai selama Ramadhan. Bulan Ramadhan menjadi ujian awal untuk menguji etos kerja seseorang. Jika etos kerja meningkat selama Ramadhan, maka sudah bisa dipastikan secara alamiah bahwa produktivitas kerjanya juga terus meningkat pada bulan-bulan setelah Ramadhan.

Sebagaimana halnya yang telah disebutkan sebelumnya pemuda memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan, maka diharapkan dengan puasa Pemuda dapat lebih meningkatkan, semangat dan etos kerja karena pada bulan puasa semua amal usaaha dilipat gandakan, sehingga karakteristik dan eksistensi pemuda yang diharapkan Alqur’an dan hadits dapat terwujud.

Sehubungan dengan pentingnya eksistensi dan peranan pemuda Al-Quran ataupun hadis, banyak mengungkapkan karakteristik sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai pemimpin yang sukses. Karakteristik tersebut antara lain adalah:

Pertama, pemuda harus memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang benar(haq) itu benar (haq) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya. Allah memberikan contoh seorang pemuda Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah Subhanahu wa ta’ala) sama sekali tidak ada manfaatnya.

Kedua, pemuda harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS. Al-Baqarah: 260).

Ketiga, pemuda harus selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul-Kahfi yang dikisahkan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam QS. Al-Kahfi: 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Keempat, pemuda harus selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam QS. Yusuf: 22-24.

Kelima, pemuda memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang  bergelar al-amin (tepercaya) dari masyarakatnya.

Jika setiap pemuda memiliki karakteristik sebagai yang disebutkan, mereka akan dapat menghadapi kehidupan ini dengan baik. Terlebih lagi permasalahan atau problem kehidupan secara individu atau secara komunal bahkan secara nasional/internasional semakin memprihatinkan. Dengan demikian pemuda siap atau tidak siap akan berhadapan dengan situasi kehidupannya.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, kebangkitan Islam di masa mendatang dimanifestasikan oleh pemuda, dengan syarat mereka mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada agamanya. Jika prasyarat ini gagal ditanamkan pada jiwa mereka, niscaya tragedi kebangkitan Islam tidak akan pernah berkumandang di dunia ini.(*)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor