Puasa Ramadan Sebagai Penghormatan Terhadap Alquran

Yakub Fadillah, S.IP

oleh:

Yakub Fadillah, S.IP

Wakil Sekretaris PD Muhammadiyah Kutai Timur

Bulan Ramadan, selain bulan yang dimulyakan oleh kaum muslimin bahkan dianggap suci yang harus dijaga kesuciannya. Namun Ramadan juga memiliki nilai sejarah besar bagi perjalanan  kaum Muslimin dan bangsa Indonesia yg merupakan komunitas Muslim terbesar di dunia dalam bingkai sebuah negara kesepakatn dan kesaksian (darul ahdi wasysyahadah). Berikut adalah catatan sejarah yang perlu kita ingat yang terjadi di bulan Ramadan, antara lain :

Pelantikan Rasulullah saw di goa Khira’ terjadi pada tanggal 17 Ramadan 13 SH, suasana pelantikan ini digambarkan pada QS. Al Qadar : 1-5.

Nuzulul Qur’an, turunnya Alqura’an untuk pertama kali sebagai tanda atas Pelantikan Rsulullah saw pada 17 Ramadan 13 SH . dengan 5 ayat pertama QS. Al Alaq : 1-5 dengan perintah membaca dengan dengan arti yang sangat luas yang merupakan tonggak dari gerakan literasi yang merubah peradaban dunia.

Perang Badar, terjadi pada 17 Ramadan 2 Hijriyah, merupakan kemenangan gemilang dari 313 pasukan melawan 1000 orang kafir Quraisy, 14 mujahid menjadi syuhada sementara pihak Quraisy Mekah tewas sebanyak 70 orang dan tertawan 70 orang.

Fathu Mekah, terjadi pada 10 Ramadan 8 H Rasulullah saw bersama kaum Muslimin yang berjumlah 10,000 orang memasuki kota Mekah tanpa perlawanan dan tanpa syarat, seluruh penduduk Mekah menytakan tunduk dan bersyahadat, mereka mengira akan merusak tatatan kota, para pedagang di pasar khawatir akan di ziarah, namun nyatanya tidak, yang pertama kali diduduki adalah Kakbah, 360 berhala dihancurkan, dan semuanya menjadi saudara. Sejarah dunia mencatat Fathu Mekah adalah satu-satunya revolusi dunia tanpa pertumpahan darah.

Penaklukan Selat Jabal Thariq (Gibraltar), Thariq bin Ziyad yang namanya diabadikan dalam selat ini dan menjadi nama sebuah negara kepulauan kecil antara Spanyol dan Maroko ( Maghribi) adalah panglima perang muda. Peristiwa ini terjadi pada Ramadan 92 H. Dengan peristiwa heroik yang membakar 200 kapal armada maritim membuat pasukan mujahidin hanya punya 2 pilihan, menaklukan Andalusia (Spanyol) atau mati syahid.

Setelah penaklukan Spanyol ini daulah Islamiyah memimpin peradaban Islam di Spanyol dan Portugal selama 7,5 abad, dimana keruntuhannya  pada 1492 M pada masa Raja Muhammad XII di bawah pasukan koalisi pernikahan Fernando II dari Aragon dan Isabel I dari Kastilia.

Penaklukan Palestina (Filistini) oleh Sholahuddin Al Ayubi, takluk pada Ramadan 584 H dari cengkraman Romawi Timur (Bizantium), sebelumnya pasukan Inggris di bawah komando raja Richard the Lion Heart ( Richard berhati singa) atau Richard III diporak-porandakan oleh pasukan Sholahuddin AL Ayubi.

Pengusiran pasukan Mongol di Ain Jalut (Palestina), setelah tunduknya raja Seljuk di Baghdad Mongol semakin yakin akan bisa menaklukan benua Afrika. Setelah Eropa Timur dan Semenanjung Balkan diduduki pasukan Mongol yang dipimpin Panglima Kibaid yang berpikir Mesir harus ditaklukan untuk menaklukan Afrika, mengingat Mesir adalah pintu masuk ke Afrika melalui gurun Sinai yang menjadi penghubung dengan Palestina (Asia) yang sekaligus juga penghubung dengan Eropa Timur.

Melihat pasukan Mongol yang besar, ahli dalam berkuda yang bisa sambil membidik lawan dengan panah, sumpit dan tombak yang merupakan keahlian yang tdk dimiliki pasukan perang imperium manapun. Namun Musyafa Quthz berhasil membangkitkan semangat jihad bala tentara Mesir, Musyafa Quthz lebih memilih menyambut pasukan Mongol di perlintasn luar Mesir (Ain Jalut).

Pada saat terdesak Musyafa Qutzh berhasil membangkitkan semangat pasukan denga sya’ir perjuangan yang membakar semangat. Pasukan Mongol berhasil dipukul mundur bahkan Panglima Kibaid tewas dalam pertempuran itu. Peristiwa ini terjadi pada  24 Ramadan 658 H.

Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih, Selama perang 52 hari Muhammad Al Fatih memimpin pertempuran yang kesekian kalinya. Meneruskan perjuangan ayahnya Sultan Murad berhasil menjebol benteng Konstantinopel sepanjang 33 KM yang tangguh seperti tembok China, pintu masuk laut ke Teluk belakang Istana yang diblokade oleh portal rantai  bawah laut  barhasil dilalui dengan memilih menjalankan kapal melalui puncak bukit, dengan semangat inilah para milisi Romawi Timur ( Bizantium / Konstantinopel) mulai gentar, dalam waktu yang bersamaan angkatan darat berhasil memasuki kota dengan jebolnya benteng Konstantinopel.

Pada waktu Shubuhlah Muhammad Al Fatih sang Penakluk yang barusia 25 tahun dalam hitungan hijriyah melulai serangan mengakhiri pertempuran pada saat Ashar. Penaklukan pada 874 H ini seperti pertukaran imperium, di saat yang hampir bersamaan Daulah Islamiyah di Spanyol takluk di hadapan pasukan koalisi Aragon dan Kastilia yang telah dikepung dengan kerajaan –kerajaan yang bersekutu dengan Inggris hampir selama 400 tahun, dimana penaklukan Spanyol di Granada adalah awal malapetaka muslim dunia.

Tidak hanya sampai pada penaklukan dan pengusiran penduduk sipil Muslim di Andalusia, penjelajahan dunia yang merupakan langkah awal penjajahan dunia dengan menyisir wilayah yang sudah memeluk Islam, hal ini menjadi langkah awal karena para pelaut yang tercatat dalam sejarah dunia seperti Colombus, Magelhanz, Amerigo Vespuci, Vasco de Gama adalah pelaut Spanyol dan Portugal yang menggunakan jasa pelaut muslim yang masih tersisa seperti Ibnu Majid yang sudah menemukan kompas 8 arah, sehingga rute pelayaran mengikuti jejak para pelaut Muslim terdahulu, dari peristiwa itu terjadilah imperialisme besar-besaran bangsa Eropa dengan membagi seluruh kawasan dunia, baik Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia yang juga tidak mau ketinggalan meski harus menjadi pengekor

Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 8 Ramadan 1362 H atau 17 Agustus 1945 adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta memprokalmasikan kemerdekaan di bulan Ramadan, sehingga kemerdekaan ini tidaklah berlebihan bila disebut atas berkat rahmat Allah seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 pada alenia ketiga. Melalui perjuangan yang panjang, 350 tahun dengan perlawanan fisik yang diakhiri dengan perlawanan intelektual yang juga harus dipertahankan secara fisik pada masa awal kemerdekaan.

Dalam pembahasan di akhir ini yang perlu kita garis bawahi adalah peristiwa satu dan dua saja, karena dari peristiwa tiga sampai sembilan adalah peristiwa yang bersifat berkah Ramadan yang patut kita ketahui. Dalam surat Al baqarah ayat 185  Allah swt berfirman

Syahru Ramadan alladzii unzila fiihil qur’ani hudallinnasi wabayyanati minalhuda walfurqan…..”

Artinya “ Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda……………….”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa pada bulan Ramadan itu terdapat keistimewaan, dimana sebagai bulan yang dipilih untuk menjalankan syariat berpuasa selama sebulan penuh.

Yang menjadi alasan dari puasa sebagai penghormatan terhadap Alquran adanya keterkaitan antara ayat perintah puasa dan penjelasan-penjelasan secara singkat baik jumlah hari puasa, orang yang mendapatkan keringanan (rukshoh) untuk memilih hingga janji Allah akan kedekatan dengan hambaNya dan larangan apa saja yang harus ditinggalkan saat berpuasa, maka erat kaitannya antara turunnya Alquran dan perintah berpuasa di bulan Ramadan.

Namun demikian tujuan dari ibadah puasa yang membentuk pribadi yang bertaqwa tidak boleh dikesampingkan, karena meski ibadah puasa dalam persepsi sebagai penghormatan terhadap Alquran namun tujuan utamanya adalah membangun ketaqwaan dalam jiwa hamba Allah yang beriman kepadaNya.

Dasar pemikiran lain adalah bahwa pada bulan Ramadan itu ada peristiwa lailatul qadar, yaitu malam kemuliaan yang di dalamnya terdapat kebaikan yang nilainya adalah lebih baik dari seribu bulan. Dalam surat Alqadar ayat 1-5 yang menjadi favorit para imam tarawih mulai pertengahan Ramadan, yang berbunyi

“ Inna anzalnahu fii lailatil qadr, wamaa adraaka maa lailatul qadr, lailatul qadri khairum min alfi syahr, tanzzalul malaaikatu warruhu fiiha bidzni rabbihim minkulla amr, salaamun hiyya hatta mathlai’il fajr”

Artinya “ Sesungguhnya kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah yang dimaksud malam kemuliaan itu ?.Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu berturunanlah para malaikat dan roh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah malam itu sampai terbit fajar.

Peristiwa yang dimaksud dari ayat ini adalah peristiwa nuzulul Quran yang merupakan peristiwa untuk pertama kalinya turun. Peristiwa penting itu juga menandakan sebagai pelantikan Rasulullah SAW. Pada ayat keempat digambarkan sebuah peristiwa penting dengan berturunannya para Malaikat yang mengiringi Jibril AS dalam mengemban titah untuk bertemu dengan Rasulullah saw.

Suasana istimewa ini bila dalam kehidupan tatanan dunia saat ini bisa diambil sebuah contoh pelantikan seorang raja atau Presiden, persiapan begitu matang, spesial, hari bersejarah dan akan diikuti oleh parade militer.

Demikianlah gambaran para Malaikat itu ketika mengantarkan wahyu yang pertama, sehingga belasan tahun kemudian di bulan yang sama Allah perintahkan puasa di bulan yang sama dalam membangun ketaqwaan sebagai wujud pembuktian keimanan. Sehingga di dalamnya terdapat ujian dalam menyikapi perintah disamping tujuan utama dan manfaat dari puasa Ramadan itu sendiri.

Jika maksud dari peristiwa Lailatul Qadar adalah peristiwa Nuzulul Quran apakah mungkin Lailatul Qadar sampai kepada kita sebagai generasi muta’akhirin ? tentu itu adalah rahasia Allah swt, jika banyaknya peristiwa penting yang menjadi keberkahan umat di bulan Ramadan yang terus terjadi, maka sangat mungkin Lailatul Qadar itu masih ada.

Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan momentum Ramadan ini sebagai cara membuktikan ketaqwaan kita kepada Allah dalam rangka merawat dan membangun iman serta momentum penghormatan atas turunnya Alquran dan pelantikan Rasulullah SAW.

Lailatul Qadar bila diilustrasikan dalam gambaran dunia bisa kita ambil contoh posisi yang paling prestisius dan puncak dalam sebuah negara, yaitu Presiden. Semua warga negara bermimpi untuk bertemu dengan Presiden, namun hanya orang-orang yang berada dalam stratifikasi sosial tertentulah yang mudah menemuinya, rakyat kecil mungkin bertemu dengan Presiden namun peluangnya tidak sebesar orang-orang tertentu seperti politis papan atas, pejabat tinggi negara dan para pakar (ilmuwan ternama).

Seperti itulah kira-kira gambaran Lailatul Qadar, kadar keimanan dan kataqwaan kita akan memepengaruhi bertemu atau tidaknya kita dengan Lailatul Qadar, namun bukan berarti yang kadar keimanannya tipis tidak punya peluang.

Wallahu a’lam. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version