MUI dan Ormas Islam Sepakat Melarang Perayaannya
BONTANG – Hari kasih sayang atau valentine day yang jatuh pada 14 Februari identik dengan pemberian kado tehadap pasangan seperti cokelat, bunga, dan hadiah lainnya. Namun di hari tersebut, berbagai masyarakat termasuk ormas islam pun menolak perayaan ini dikarenakan banyak pengaruh buruk yang terjadi pada remaja bila merayakan hari tersebut.
Seperti Imam Hambali Ketua MUI Bontang misalnya, dia mengatakan bahwa dalam Islam itu setiap hari harus saling berbagi kasih sayang. Sehingga tak ada istilah khusus yang dirayakan dengan waktu yang ditetapkan.
Pihaknya pun terkait hal ini meminta agar umat Islam tidak ikut-ikutan merayakannya karena memang budaya tersebut bukan berasal dari Islam. “Karena dalam Islam kasih sayang itu setiap hari, dan kami tidak ingin mengganggu gugat hak orang lain, silakan saja merayakan,” jelas Imam saat ditemui di kediamannya, Sabtu (11/2) lalu.
Disinggung mengenai boleh tidaknya merayakan dengan hanya memberikan kado atau coklat tanpa maksiat, Imam menyatakan itu bagi mereka yang ikut-ikutan. Dalam hal ini, lanjut dia, orang yang ikut-ikutan budaya asing merupakan mereka yang ilmu agamanya masih dangkal. Apalagi, di Indonesia ini, umat Islam itu terbanyak dan mayoritas Muslim. “Kalau niatnya ikut-ikutan walaupun tidak melakukan maksiat tetap tidak boleh,” tegas dia.
Berbeda halnya dengan niat memberi hadiah untuk sodaqoh, itu diperbolehkan. Tetapi, ditegaskan dia, tidak di tanggal dan di hari yang dikenal dengan nama Hari Kasih Sayang atau Valentine. “Sodaqoh bisa kapan saja, untuk menolak bala. Tetapi kalau niatnya ikut-ikutan agama lain itu dilarang. Dikembalikan lagi ke niatnya,” ungkap dia.
Lalu, bagaimana cara menyikapi Hari Valentine bagi umat Islam? Imam mengatakan bahwa semua umat Islam selalu berkasih sayang satu sama lainnya setiap hari dan tidak selalu di tanggal 14 Februari. Makanya, perlu adanya imbauan atau pemahaman-pemahaman bagi anak muda yang berniat ingin ikut-ikutan merayakannya. Imam menyebutkan salah satu cara atau upayanya ialah melalui muballig-muballig.
Misalnya di ormas Nahdatul Ulama (NU) yang banyak memiliki NU. “Perlu disampaikan pemahaman kepada anak-anak atau remaja supaya situasi tetap kondusif, karena niat kami bukan untuk memojokkan umat lainnya, kami sama-sama menjaga Indonesia,” bebernya.
Tugas MUI pun, dalam hal ini yakni menyerukan melalui muballig-muballig agar umat Islam jangan ikut-ikutan tanpa percekcokan dengan kaum lainnya. Sesuai falsafah Pancasila, silakan Non Muslim merayakan asal tidak mengganggu stabilitas Nasional. “Kekhawatiran tentu ada, apalagi mengingat anak cucu, juga saudara seiman lainnya yang kedangkalan agamanya maka mereka berbuat sesuatu yang menjerumuskan mereka, tapi tetap kami berupaya mencegahnya melalui para muballig,” pungkasnya.
Sementara itu, dari Nahdatul Ulama lebih meminta remaja Islam tidak ikut-ikutan merayakan hari kasih sayang atau valentine day yang jatuh pada Selasa (14/2). Selain tidak sesuai dengan syariat Islam, perayaan ini juga dinilai berpotensi menimbulkan kemaksiatan di antaranya kegiatan-kegiatan yang menjurus pada perzinaan.
“Islam jelas mengharamkan yang demikian, karena tidak sesuai syariat Islam. Jadi tidak usah ikut-ikutan merayakannya,” kata Ketua NU Bontang Slamet Rahardjo.
Kata dia, valentine day berasal dari tradisi barat di luar agama Islam. Sehingga sudah semestinya umat Islam tidak ikut merayakannya. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Daud, berbunyi “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”
“Itu yang dinamakan dengan Tasyabbuh, dan itu tidak boleh dilakukan. Khususnya bila tradisi tersebut menjurus pada perbuatan maksiat,” jelasnya.
Kasih sayang sendiri menurut Slamet seharusnya dilakukan setiap hari tanpa mengkhususkan pada hari-hari tertentu. Terutama kasih sayang kepada orangtua dan di antara suami istri yang sesuai dengan syariat Islam. Bila perwujudan kasih sayang ini dikhususkan pada satu hari tertentu sebagaimana valentine, maka seakan-akan mengikuti tradisi tersebut.
“Jangan dikhususkan untuk valentine. Saling mengasihi pun ada batas-batasnya. Arahnya kemana. Kalau menjurus kemaksiatan maka itu yang dilarang,” urai Slamet.
Termasuk dalam pemberian berbagai pernik valentine seperti cokelat dan bunga misalnya, semestinya tidak boleh dilakukan bila hanya dikhususkan di hari tertentu. Slamet menyebut, bentuk pemberian merupakan perbuatan terpuji. Dalam Islam dikenal dengan sedekah yang dalam pemberiannya bisa setiap hari.
“Tentu kami mengingatkan kepada generasi kita untuk tidak ikut-ikutan seperti itu (merayakan valentine, Red.). Tidak usah ada saja perayaan seperti itu di kalangan umat Islam,” tandasnya.
Namun terkait perayaan valentine, sikap tegas ditunjukkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bontang. Melalui Ketua PDM Bontang, Mardi Raharjo, ia mengatakan dengan tegas mengharamkan perayaan yang sering disebut Hari Kasih Sayang ini. “Secara formal, kami tidak mengeluarkan anjuran atau maklumat apa-apa. Tapi sebagai pengurus, kami tegas menolak Hari Valentine,” jelasnya.
Bahkan, kata-kata “haram” beberapa kali terlontar saat Bontang Post mewawancarai pria yang juga dikenal sebagai Ustad Taliban ini. Menurutnya, sikap tersebut sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surah Al-Isra’ ayat 32. “Sudah jelas dikatakan dalam Al-Quran, janganlah kalian mendekati zina. Mendekati saja sudah dilarang,” ujarnya.
Perayaan Hari Valentine memang identik dengan hura-hura, bahkan menjurus untuk melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama. Daripada terjerumus kepada hal-hal berbau maksiat, ujar Mardi, lebih baik tidak ikut-ikutan merayakan Hari Valentine tersebut. “Kalau ekstrimnya, lebih baik dinikahkan saja sekalian, biar halal,” tegasnya.
Mardi pun mengajak orangtua untuk turut serta mengawasi pergaulan anak-anaknya, agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang merugikan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. “Lebih baik berikan kesibukan, mengasah potensi diri, agar masa mudanya tid\ak digunakan sia-sia. Pemahaman agama juga harus terus diberikan, agar anak dapat terhindar dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT,” ucapnya.
Sementara itu, larangan perayaan valentine day’s juga ditegaskan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bontang. Pasalnya perayaan Valentine day’s dinilai merupakan bagian dari ritual atau aktivitas dari agama lain. Padahal dalam Islam sudah dijelaskan, tidak boleh meniru-niru orang kafir dalam hal ibadah maupun aktivitas keagamaan lainnya.
Ketua HTI Bontang Wahyudi menjelaskan, perayaan Valentine days merupakan aktivitas yang melanggar hukum Islam. Kata dia, tidak ada sedikitpun nilai kebaikan dari perayaan tersebut meskipun dengan alasan mengungkapkan kasih-sayang kepada sesama.
“Tengok saja, Valentine’s Day umumnya dirayakan oleh pasangan muda-mudi. Seorang pemuda yang menyukai lawan jenisnya, akan mengirimkan kartu ucapan selamat, bunga mawar merah atau memberi hadiah coklat kepada cewek idamannya itu. Jelas ini aktivitas yang tidak dibenarkan dalam Islam karena dapat membangkitkat syahwat, sementara mereka belum terikat dengan tali pernikahan yang dapat menjadi penyalurannya,” paparnya kepada Bontang Post Senin (13/2) kemarin.
Dia melanjutkan, pasangan muda-mudi yang sudah saling dimabuk asmara, tentu akan lebih parah lagi. Mereka akan merayakannya berdua-duaan, menyepi, bermesra-mesraan dan tak jarang diakhiri dengan hubungan suami-istri. “Jelas ini aktivitas yang diharamkan oleh Allah. Mereka sudah melakukan dosa berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, Red.), mendekati zina, bahkan sampai melakukan zina itu,” terangnya.
Selain itu Wahyudi juga menjelaskan, perayaan Valentine’s day merupakan bentuk penjajahan oleh bangsa Barat di negeri-negeri muslim. Valentine’s Day sejatinya sengaja dijajakan ke penjuru dunia sebagai bagian dari skenario liberalisasi (kebebasan). Hari Kasih Sayang sengaja dicekokkan ke benak umat Islam untuk melenakan mereka dengan aktivitas yang melanggar syariat. Dengan aktivitas ini, sedikit demi sedikit umat Islam diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam.
“Jelas sudah bahwa, jika kita berpartisipasi pada acara ritual tersebut, model pakaian dan pola pikir yang mereka miliki, kit akan terjerumus dalam budaya barat,” ujarnya.
Lantas, bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi perayaan valentine’s day ? Wahyudi mengatakan, Setelah mengetahui hukumnya bahwa perayaan Valentine day haram, umat islam harus menghindari segala bentuk perayaan Valentine day dan tidak ikut mendukung atau memberikan fasilitas dalam perayaan Valentine day tanggal 14 Februari nanti. Disisi lain lebih menyibukan dalam kegiatan keagamaan islam dalam upaya menghindari pengaruh perayaan valentine day, dengan berbagai alternatif seperti mengikuti pengajian atau membentuk forum-forum diskusi di masjid atau di Mushala.
“Karena itu, umat islam haram merayakan hari Valentine day dengan segala bentuknya walaupun hanya sekedar menukar cokelat. Karena spiritnya yang ada dalam menukar cokelat adalah dalam rangka memperingati hari Valentine day,” pungkasnya. (mga/luk/bbg/zul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post