bontangpost.id – Peringatan Hari Kemerdekaan ke-79 RI di Teluk Balikpapan, yang digelar koalisi masyarakat sipil bersama puluhan warga yang berada di kawasan IKN, Sabtu (17/8/2024) siang, berujung penangkapan sejumlah aktivis dan jurnalis.
Berdasarkan keterangan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), ada 30-an aktivis Greenpeace Indonesia dan sejumlah jurnalis yang sempat ditangkap aparat kepolisian dan TNI AL.
Advokat YLBHI Edy Kurniawan mengatakan, penangkapan terhadap aktivis dan jurnalis itu terjadi sekitar pukul 12.00 Wita. Saat itu, kapal yang mengangkut para aktivis dan jurnalis ini dikepung dan dicegat oleh personel Satpolair Polres PPU dan TNI AL yang tengah bertugas.
“Awalnya yang kami catat ya datanya itu ada sekitar 30 orang yang ditangkap. Ada yang ditangkap langsung di lokasi perayaan di sekitaran jembatan (Jembatan Pulau Balang), ada juga yang dihadang di perjalanan pulang,” kata Edy pada konferensi pers, Minggu (18/8/2024).
Namun, dari puluhan orang yang ditangkap, Edy menyebut hanya 14 orang yang dibawa ke Polres PPU. Sisanya langsung dibebaskan.
14 orang yang dibawa ke Polres PPU, kata Edy adalah tim pemanjat Greenpeace, yang sebelumnya membentangkan spanduk raksasa berukuran 50×15 meter dengan tulisan “Indonesia is Not For Sale. Merdeka!” di Jembatan Pulau Balang. Selain ditangkap dan dibawa ke Polres PPU, Edy menyebut ada aktivis yang sempat mendapat kekerasan fisik dari aparat, bahkan ada yang pingsan.
“Ada juga teman yang lain itu mengalami kekerasan dibenturkan kepalanya ke tiang,” kata Edy.
Saat berada di Polres PPU, para aktivis disebut Edy tak menjalani pemeriksaan. Mereka justru didata dan identitasnya diamankan. Beberapa atribut kampanye juga turut disita kepolisian.
Sejatinya, ke-14 aktivis ini sudah dapat dibebaskan pada Sabtu (17/8/2024) sore. Namun, karena situasi tidak kondusif karena kedatangan ormas pendukung IKN, kepulangan para aktivis sempat tertunda karena mereka diminta kembali masuk ke Polres PPU.
Edy menduga, ormas yang menggelar aksi di depan Pores PPU merupakan oknum yang sengaja didatangkan untuk menintimidasi para aktivis.
“Mereka akhirnya baru bisa pulang seteleh proses lobi. Kepulangan para aktivis ini juga mendapat pengawalan ketat dari para aparat,” kata Edy.
Mengutip tempo.co, Kepala bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Komisaris Besar Yuliyanto, membantah adanya penangkapan.
“Tidak dilakukan penangkapan ya. Petugas kami sedang diskusi dengan mereka,” ujar Yulianto dalam pesannya, Sabtu 17 Agustus 2024.
Diberitakan sebelumnya, tak jauh dari lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), sejumlah organisasi masyarakat sipil dan warga di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, menggelar serangkaian kegiatan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Namun berbeda dengan mewahnya acara yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), perayaan ini menjadi momen bagi masyarakat untuk menyuarakan berbagai keresahan tentang kerusakan lingkungan hidup dan pelemahan demokrasi di Tanah Air.
Rangkaian acara dibuka dengan upacara memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-79. Puluhan masyarakat dari sejumlah desa serta organisasi masyarakat sipil menggelar upacara bendera di kawasan Pantai Lango, Kecamatan Penajam.
Acara dilanjutkan dengan pembentangan sebuah kain merah berukuran 50×15 meter dengan corak tulisan putih berbunyi “Indonesia is not for sale, Merdeka!” di Jembatan Pulau Balang oleh sejumlah aktivis Greenpeace.
Sejumlah banner lainnya terkembang dari atas perahu-perahu kayu yang melakukan parade kemerdekaan di perairan di bawah jembatan. Beberapa di antaranya bertuliskan “Selamatkan Teluk Balikpapan”, “Tanah untuk Rakyat”, “Digusur PSN, Belum Merdeka 100%”, “Belum Merdeka Bersuara”, “79 Tahun Merdeka, 190 Tahun Dijajah”, dan lainnya. (hul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: