bontangpost.id – Dalam rapat antara Komisi II DPRD Bontang dan direksi RSUD Taman Husada, mengemuka gagasan agar penjaga pasien tak perlu dites rapid antigen. Tapi dites menggunakan GeNose. Gagasan ini lahir lantaran GeNose dinilai lebih terjangkau dari sisi harga, pun sudah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Di bandara kan sudah pakai GeNose. Kemenkes pun sudah berikan izin edar sejak akhir 2020. Kenapa tidak pakai ini juga,” kata anggota Komisi II DRPD Bontang, Nursalam di tengah rapat, Senin (3/5/2021) siang.
Plt Direktur RSUD Taman Husada dr Bahauddin menjelaskan, pihaknya memang belum berani menggunakan GeNose. Alasannya, GeNose belum disarankan penggunaanya oleh Otoritas Kesehatan Dunia (WHO), kendati Kemenkes RI sudah beri izin edar. Rumah sakit, ujar Bahauddin, mesti menerapkan standar yang lebih tinggi ketimbang di tempat-tempat umum guna menangkal penyebaran Covid-19. Standar ini secara umum harus mengikuti standar kesehatan di negara-negara lain.
Hal lain juga, pihaknya juga mesti pastikan rumah sakit steril. Banyak pasien yang secara fisik imunitasnya lemah. Untuk mengatisipasi adanya pembesuk yang bestatus orang tanpa gejala (OTG), harus diterapkan tes yang akurasinya tinggi. Dan itu merujuk ke tes antigen, bukan GeNose.
“Kalau di bandara atau pelabuhan okelah kalau mau pakai GeNose,” bebernya.
Juga dari sisi hitung-hitungan, menurut Bahauddin, GeNose tak semurah yang dikira. Harga satu unit GeNose, sebutnya, Rp 120 juta. Sementara idealnya alat itu digunakan di ruangan yang bertekanan negatif. Menurut hitungan kasar direksi RSUD, mulai pembelian alat hingga pemenuhan ruangan yang berstandar dibutuhkan anggaran lebih Rp 200 juta.
“Sebenarnya mahal juga kalau kami hitung-hitung,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post