bontangpost.id – Setelah PLTU beroperasi pada Oktober 2019, jumlah pengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mengalami peningkatan. Menukil data Puskesmas Bontang Lestari yang membawahi Loktunggul, penyakit ISPA masuk daftar 10 penyakit terbanyak yang menjangkit masyarakat Bontang Lestari pada 2021.
Saat itu ISPA menduduki posisi keempat dengan jumlah kasus sebanyak 112. Angka itu mengalami peningkatan 235 kasus pada periode Januari-Mei 2022 lalu. Menjadikan ISPA berada diurutan kedua.
“Sebelum 2021, ISPA tidak masuk 10 besar penyakit yang paling banyak diderita masyarakat,” jelas Kepala UPT Puskesmas Bontang Lestari, drg. Faradina saat ditemui tim KJI di ruang kerjanya, Senin, 7 Agustus 2023.
Dokter spesialis paru di RSUD Taman Husada Bontang dr. Dian Ariani Tarigan mengatakan, setiap partikel debu batu bara mengandung zat-zat racun, sehingga jika dihirup dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kerusakan pada organ paru.
Namun, kerusakan tersebut umumnya terjadi secara perlahan-lahan. Kendati demikian, pola hidup yang tidak sehat disebut akan semakin memperparah kondisi kerusakan pada organ paru. Lantaran partikel-partikel debu batu bara yang sudah masuk ke tubuh akan sulit untuk keluar. Kondisi ini menyebabkan peradangan di paru-paru yang pada akhirnya dapat menyebabkan jaringan parut.
“Biasanya memang tidak langsung, (penyakit) akan berkembang secara kronis atau perlahan-lahan,” terang dr. Dian saat ditemui di ruang praktiknya, Kamis, 10 Agustus 2023.
Terpapar debu batu bara berisiko tinggi membuat penderita terjangkit penyakit gangguan pernapasan. Seperti batuk pilek, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga kelelahan akibat kekurangan kadar oksigen. Namun, menghirup paparan debu batu bara dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan timbulnya penyakit pneumokoniosis. Pneumokoniosis adalah penyakit paru-paru yang penyebabnya dikhususkan karena menghirup debu batu bara dalam jangka panjang.
“Kalau pneumokoniosis semakin parah bisa membuat paru-paru menjadi hitam (black lung) sampai kanker paru. Nah, kanker paru ini yang paling bahaya. Tidak ada obat-obatan yang bisa menolong pasien dengan kanker paru,” paparnya.
Dijelaskan dr. Dian, tidak ada obat khusus untuk penyakit pneumokoniosis. Umumnya, dokter hanya akan memberikan obat untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami oleh pasien pneumokoniosis. Ini dilakukan lantaran kondisi paru-paru pasien sudah mengalami kerusakan.
“Jadi hanya untuk menghilangkan gejalanya. Kalau dia (pasien) batuk, ya dikasih obat batuk,” terangnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: