Berlindung di balik minimnya cahaya, PLTU Teluk Kadere membuang limbah air panas. Ditengarai mengubah suhu air laut yang membuat ekosistem di sekitarnya terganggu.
YULIANTI BASRI
SUARA mesin ketinting memecah keheningan malam di perairan Teluk Kadere. Cahaya lampu pabrik PT Energi Unggul Persada (EUP) dan pelabuhan PT Indominco Mandiri jadi pembeda.
Laut cukup tenang ketika awak media ini berangkat dari dermaga Lok Tunggul, Ahad (14/3/2021). Mangrove berjejer di kanan kiri. Bak gerbang sebelum dipertontonkan sinar lampu dari dua perusahaan itu.
Ada satu lagi yang beroperasi di sana. PLTU Teluk Kadere. Berkapasitas 2×100 megawatt. Posisinya, sebelah kanan dari dermaga. Pabrik ini berdampingan dengan warga Lok Tunggul.
Kami menuju pintu pembuangan limbah air panas milik PLTU. Warga cukup resah karena limbah yang dibuang langsung menuju laut. “Lihatkan. Ada asap. Mereka lagi buang (limbah) ini,” kata Sutarno –nama samaran.
Sutarno merupakan warga Lok Tunggul. Dia meminta agar identitasnya dirahasiakan. Dia menyebut, PLTU kerap membuang limbah pada malam hingga subuh. “Biasanya kalau banyak, mereka buang sekitar jam 1,” tuturnya.
Asap yang mengepul di atas permukaan laut menjadi bukti adanya perubahan suhu. Air laut menjadi sedikit panas. Limbah yang dibuang juga berbusa. Kondisi ini mempengaruhi warga yang notabene banyak bergantung pada perairan Teluk Kadere.
Asap masih terlihat hingga sekira 100 meter dari outlet pembuangan. Padahal kami hanya mengandalkan cahaya rembulan.
“Rumput laut tidak bisa hidup di sini, karena bagian atas (permukaan) jadi panas. Di dasar memang dingin, tapi karang jadi mati,” sesalnya.
PLTU membangun saluran sekira satu kilometer. Dengan lebar empat meter. Dari dokumentasi yang ditunjukkan Sutarno, limbah yang dibuang sempat meluber. “Berbusa sekali,” ungkapnya.
Di dekat pintu utama pembuangan, terdapat pos keamanan. Sebelum menuju laut, terdapat jaring agar busa air tidak terlampau banyak. Sekira 30 menit awak media ini berada di sana. Arus air limbah cukup deras.
Perusahaan disebut sengaja membuang limbah pada malam hingga subuh hari agar tidak terlalu mencolok.
Sayang, PT Graha Power Kaltim selaku pengelola PLTU memilih bungkam. Mereka tidak merespons ketika dimintai klarifikasi. (*)
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Saksikan video menarik berikut ini:
Komentar Anda