bontangpost.id – Ketersediaan sapi potong di Kota Taman dipastikan aman jelang Iduladha. Kepala UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Hasyim mengatakan saat ini sudah ada sekira 1.500 ekor sapi di Bontang. Ia menilai biasanya kebutuhan sapi potong saat Iduladha di angka 1.000 ekor.
“Stok sudah banyak sekali. Bahkan melebihi target,” kata Hasyim.
Bahkan sebagian rencananya akan dialihkan ke daerah lain. Salah satunya yakni Kutim. Mengingat angka ketersediaan itu sudah termasuk kebutuhan rutin pemotongan dari pedagang di pasar. Terakhir pasokan yang masuk terjadi pada akhir bulan lalu. Jumlahnya mencapai 50 ekor. Suplai itu berasal dari Sulawesi Selatan.
“Data kami terpencar memang ada yang di kilometer 12. Termasuk yang berada di pinggir jalan atau pedagang musiman. Kami alihkan karena kalau di sini nanti justru banyak sisa,” ucapnya.
Menurutnya untuk harga jual sapi Iduladha ini mengacu patokan pembelian. Biasanya sapi yang dibeli seharga Rp 17 juta akan dijual sekira 19-20 juta rupiah. Ia menjelaskan harganya memang mengalami peningkatan. Utamanya saat ada wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) ini.
“Kalau harga jual sapi potong untuk Iduladha itu naik 20 persen dari pembelian,” tutur dia.
Seluruh sapi yang sudah masuk sudah melakukan pemeriksaan oleh dokter hewan. Hingga saat ini belum ada kasus PMK yang masuk Bontang. Meski demikian dokter hewan tetap berjaga bila ditemukan kondisi hewan yang mengarah ke PMK atau penyakit lainnya.
Sebelumnya diberitakan, imbas adanya wabah PMK membuat harga sapi kurban di Kota Bontang mengalami kenaikan. Achiruddin salah seorang pedagang sapi mengakui mengatakan satu ekor sapi dengan bobot 70 kilogram atau sapi berukuran kecil dikenai harga Rp 25 juta per ekor. Naik dari harga sebelumnya yang hanya berkisar Rp 18 juta. Sedangkan saat ini sapi dengan bobot 90 kilogram dikenai harga Rp 30 juta di mana sebelumnya dibanderol dengan harga Rp 25 juta.
“Kami masih jual sapi dengan harga Rp 22 juta. Tapi bobotnya kurang dari 70 kilo,” ucapnya.
Penyebab naiknya harga sapi kurban disinyalir karena tingginya biaya karantina. Satu ekor sapi dikenai biaya hingga Rp 800 ribu. Itu pun belum termasuk biaya transportasi dan makan pemilik sapi.
“Sekarang kan sapi itu wajib karantina untuk menghindari adanya PMK. Kalau dulu harga karantina Rp 300-400 ribu per ekornya,” imbuhnya.
Tingginya biaya karantina membuat Achiruddin hanya bisa menjual 30 ekor sapi di tahun ini. Padahal di tahun sebelumnya ia bisa menjual 60 ekor sapi. “Enggak sanggup kami kalau ambil 60 ekor. Apalagi harus dapat tambahan biaya karantina yang tidak sedikit. Kami memasok sapi dari Sulawesi,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post