BONTANG – Kondisi lapangan sepak bola di Stadion Bessai Berinta (Langlang) mengenaskan. Usai kegiatan Tahun Baru 2017, lapangan rusak. Rumput berhamburan. Tanah berlubang. Alhasil, banyak pemerhati sepak bola yang kecewa. Pasalnya, lapangan tidak digunakan untuk peruntukkannya.
Jonathan Mcsardella misalnya, Manajer PS Pama ini tidak setuju bila lapangan dicampur dengan kegiatan lain di luar sepak bola. Sejatinya bila digunakan di luar kegiatan sepak bola, tentu akan merusak lapangan tersebut. Kemudian bila rusak, Pemkot Bontang akan mengeluarkan biaya khusus lagi dalam perbaikan lapangan.
“Harapan kami, kalau bisa lapangan Langlang (Stadion Bessai Berinta) itu 100 persen digunakan untuk kegiatan sepak bola saja,” tuturnya, Minggu (9/1) Kemarin.
Senada dikatakan Bahctiar, pemilik Sekolah Sepak Bola (SSB) Rawa Indah itu menuturkan, bila ada kegiatan partai, HUT Bontang atau kegiatan apapun yang menggunakan lapangan, disarankan dapat mengalihkan ke tempat lain. Pasalnya, bila kegiatan tersebut digelar di Stadion Bessai Berinta, tentu akan merusak lapangan.
Dia mencontohkan, kondisi lapangan saat ini. Melihat itu merupakan satu-satunya lapangan yang dapat digunakan dalam pembinaan usai muda, tentunya akan berdampak besar terhadap masa depan sepak bola Bontang. Pasalnya, aliran bola tidak akan berjalan maksimal.
“Bila ada kegiatan, baiknya jangan menggunakan lapangan ini (Satdion Bessai Berinta, Red.). Bisa menggunakan lapangan Tanjung Laut atau di belakang Gedung Aini Rasyifa,” jelasnya.
Para pelatih pun ikut angkat bicara. Bagus Prabowo, staf pelatih Akademi Sepak Bola (ASB) Pelangi Mandau sekaligus pelatih YKPP FC ini memaparkan, setiap kegiatan yang menggunakan panggung besar untuk acara di dalam lapangan, pasti akan merusak rumput. Belum lagi kendaraan yang mengangkut panggung.
Harapannya Pemkot Bontang atau dinas terkait yang membidangi hal tersebut, bisa berusaha mencari lahan tersendiri tanpa mengganggu sarana olahraga umum yang ada.
“Tentu percuma bila nanti lapangan diperbaiki, akhirnya rusak lagi karena bukan digunakan untuk kegiatan sepak bola,” tuturnya.
Sementara itu, Aswar Arif, pelatih PS IPLB Loktuan menyampaikan keperihatinanya terhadap Stadion Bessai Berinta. Dia bermain di lapangan tersebut sejak usia 15 tahun. Namun tak disangka keprihatinannya tersebut berlanjut hingga dia melatih.
Bahkan dia mencotohkan kerusakan lapangan yang paling fatal adalah kendaraan besar masuk sampai ke tengah lapangan. Bahkan melakukan manuver. Tentunya ini dapat membuat lapangan semakin rusak parah.
“Jangakan hal tersebut, sepatu kets saja sebenarnya dilarang masuh menginjak rumput, bila melihat peraturan sebenarnya,” kata mantan pemain Bontang PKT angkatan 2008-2009 ini. (ver)