SANGATTA – Wakil Bupati sekaligus Ketua Kontingen Kutim, Kasmidi Bulang membantah dugaan jika Kutim “membayar” atlet dari luar daerah. Dirinya memastikan atlet yang diikut sertakan dalam segala cabor asli lokal yang telah lama dibina.
“Kami tidak pernah beli beli atlet, yang ada mereka TC (training center) mandiri. Kami berikan mereka anggaran untuk berlatih dan bersedia membela Kutim dan Kaltim di ajang lebih tinggi,” katanya saat dikonfirmasi belum lama ini.
Baginya jika prestasi yang diraih Kutim terbilang banyak, itu karena tuan rumah sudah menyiapkan diri sejak lama. “Sebelum gong pembukaan buny,i kami sudah petakan potensi anak didik. Maka dari itu kami yakin atas target sebagai juara umum,” tegasnya.
Ia memaparkan, jika mendapat 183 emas itu merupakan hal lumrah. Di mana sebelumnya Kutim menargetkan di atas 200 emas. “Sebenarnya 183 emas itu tidak muluk-muluk. Bahkan awalnya ingin 214 emas. Kemudian dikurangi 20 persen karena melihat keadaan. Sehingga hanya menargetkan 180-190 emas saja,” tuturnya.
Terpisah, Kadispora Kutim, Syahrir mengaku tidak pernah membeli atlet dari luar daerah. Pembinaan atlet tak hanya di Kutim. Namun juga di luar daerah untuk mengembangkan potensi. “Mereka ada yang berlatih di luar daerah, biasa atlet kita yang menempuh pendidikan di luar latihannya ya disana, tidak ada beli-beli atlet,” bebernya.
Diberitakan sebelumnya di Bontang Post (induk Sangatta Post), kontingen Bontang merasa dicurangi oleh Kutim. Sekretaris Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Bontang, Hasbia mengatakan, penyebab tidak tercapainya target emas Bontang dikarenakan dominasi tuan rumah yang diduga menggunakan atlet PON. Alhasil, petinju Bontang hanya mampu mendulang dua emas, empat perak, dan tiga perunggu dari 16 nomor yang dipertandingkan di Porprov kali ini. “Rata-rata mereka mengambil atlet dari Jawa Barat,” kata Hasbia. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: