Taman Mangrove di Salebba Segera Dibangun  

AKAN DIBANGUN: Tampak gapura Taman Mangrove Salebba sedang dalam pengerjaan oleh CSR perusahaan.(VERI SAKAL/BONTANG POST)

Tak Rusak Ekosistem, Utamakan Konservasi
BONTANG – Proyek pembangunan Taman Mangrove Salebba, Kelurahan Bontang Baru akan segera dibangun. Pasalnya, Unit Layanan Pengadaan (ULP) pembangunan taman ini sudah memiliki pemenang di pusat. Maka dari itu, taman mangrove yang nantinya diberi nama Bontang Mangrove Park Taman Nasional Kutai (TNK) sejatinya akan segera dimiliki Kota Taman.

Kepala Balai TNK Nur Patria Kurniawan menjelaskan, karena sudah memiliki pemenang, pembangunan taman mangrove ini akan segera dikerjakan. Kalau tidak sebelum puasa, maka pembangunan ini akan dilakukan saat memasuki Mei atau Juni. Kendati demikian, ia tetap yakin pembangunan taman tersebut akan segera terealisasi. Dikarenakan 2 Mei nanti, pihaknya akan mempresentasikan pembangunan tersebut yang dihadiri langsung Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“Untuk presentasi dengan Pemkot Bontang, kami sudah lakukan. Hasilnya ibu wali kota sangat antusias terhadap pembangunan ini,” ujarnya.

Nur memaparkan, dana yang digelontorkan dalam pembangunan wisata ini sebesar Rp 8,6 Miliar. Namun dana pembangunan yang akan turun nanti akan bertahap. Diperkirakan, sepertiga dari anggaran pembangunan taman ini, yakni sebesar Rp 2,8 Miliar. Ini dikarenakan pembangunan taman mangrove ini belum menjadi taman nasional destinasi wisata seperti, Pulau Komodo dan Wakatobi.

“Bila nantinya terbangun, taman ini bisa juga nantinya akan dihubungkan dengan Sungai Belanda di Bontang Kuala,” katanya.

Dia memaparkan, taman yang masuk dalam kawasan TNK ini memiliki luas wilayah sebesar 200 Hektar. Dalam pembangunannya nanti, bangunan yang ada tidak sampai merusak ekosistem di dalamnya. Sebab pihaknya sudah merancang membangun taman ini untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem yang berada di dalamnya. Dalam perencanaan pembangunan taman ini, yang utama adalah konservasi yang merupakan nafas TNK, kedua edukasi, dan ketiga wisata.

“Warga pun nanti di sini diperbolehkan berjualan, yang penting mereka tidak merusak ekosistem yang berada di dalamnya,” tegasnya. (ver)

Print Friendly, PDF & Email

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version