TRAGEDI kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar terbilang sarat dengan muatan keagamaan. Namun begitu, masyarakat Kaltim diminta tidak mudah terpancing emosi terkait informasi-informasi yang beredar luas mengenai tragedi ini. Khususnya yang marak beredar di media sosial.
“Masyarakat Indonesia khususnya Kaltim agar bisa bersikap dewasa. Jangan mudah terbakar emosi. Jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak terpuji yang bisa merugikan,” kata Masykur Sarmian, anggota Fraksi PKS DPRD Kaltim saat dihubungi Metro Samarinda.
Ketua DPW PKS Kaltim ini menyebut, adanya gerakan aksi kemarin merupakan bentuk kebersamaan masyarakat Indonesia khususnya Kaltim dalam menentang segala bentuk penjajahan. Sebagaimana terkandung dalam UUD 1945, Indonesia merupakan negara yang menentang praktik penjajahan di muka bumi, termasuk yang tengah terjadi pada etnis Rohingya.
“Karena apa yang dialami saudara-saudara kita di sana (Rakhine, red.) merupakan isu kemanusiaan. Sehingga bila ada yang tidak terketuk hatinya atas penderitaan etnis Rohingya, perlu dipertanyakan lagi kemanusiaannya,” beber Masykur.
Kebiadaban militer Myanmar, sambungnya, jelaslah merupakan sebuah kejahatan. Apalagi adanya kecenderungan genosida, perampasan hak-hak hidup yang dibenarkan oleh negara Myanmar. Untuk itu, pemerintah RI diminta untuk mengambil langkah tegas dalam menyikapi tragedi ini.
Bukan hanya pemerintah, PKS juga mengimbau masyarakat untuk ikut bertindak sesuai kemampuan masing-masing. “Kami sudah instruksikan ke seluruh daerah, agar melakukan aksi kepedulian terhadap Rohingya. Bisa dengan penggalangan dana atau doa bersama,” tambahnya.
Penderitaan Rohingya yang berada tak jauh dari Indonesia memang begitu memilukan. Sehingga membuat banyak pihak tergerak untuk ikut menunjukkan kepeduliannya. Diding Rivila salah satunya, ibu rumah tangga yang merupakan Ketua Persaudaraan Muslimah Kaltim tak segan turun ke jalan dalam aksi peduli Rohingya kemarin.
“Penderitaan mereka adalah penderitaan kami juga. Bagaimana mungkin anak-anak dan perempuan bisa dibantai dengan begitu kejamnya di sana,” ujarnya.
Dalam sepekan terakhir, aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya mengalami peningkatan. Militer Myanmar melakukan tindakan represif terhadap masyarakat Rohingya yang merupakan etnis minoritas di negeri tersebut. Ratusan jiwa meninggal dunia dalam tragedi berdarah ini, sementara puluhan ribu lainnya mengungsi ke daerah perbatasan.
Militer Myanmar mengklaim mereka sedang melakukan operasi pembersihan terhadap “teroris ekstrimis” dan pasukan keamanan telah diperintahkan melindungi warga sipil. Namun para warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan aksi pembakaran dan pembunuhan terjadi dengan tujuan memaksa mereka keluar dari Rakhine. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: