Para tetangga yang mengenal Navita (3) sebagai bocah periang, langsung menangis histeris saat melihat foto jasad Navita dipenuhi luka lebam. Mereka tak menyangka ayah tiri Navita, Fardi Sali alias Ardi (20) tega menganiaya anaknya hingga meninggal dunia.
Beberapa tetangga yang tinggal di Jalan KS Tubun, Gang Arwana I RT 17, Kelurahan Tanjung Laut Indah masih belum mengetahui jika Navita tewas dibunuh. Kebanyakan dari mereka masih percaya dengan cerita yang diskenariokan oleh pasangan suami istri (Pasutri) Ardi dan Nita.
Satu rumah yang dipecah menjadi 3 kamar dihuni oleh 3 keluarga. Ardi dan Nita menyewa kamar paling depan bersampingan dengan Kartini yang membuka warung didepan rumahnya. Singkat cerita, saat awal menyewa di rumah itu, Kartini mengatakan 3 hari baru pindah, anaknya Navita keluar rumah dengan kondisi bengkak di kedua pipinya. Nita hanya mengatakan bahwa anaknya jatuh hingga kedua pipinya memar. Setelah bengkaknya mulai kempes, keesokan harinya sudah bengkak lagi. “Itu awal pindah, dan sampe 3 bulan ini sering seperti itu, apalagi saya sering mendengar anaknya nangis kesakitan. Setiap bapaknya pulang, gak lama nangis histeris,” kata Kartini, Rabu (3/5) kemarin.
Namun demikian, Kartini tak pernah mendengar suara teriakan dari kamar yang disewa Ardi dan Nita. Hanya mendengar suara tangis Navita saja. Menurut dia, Navita bukan merupakan anak yang nakal, tetapi hanya bandel sesuai umurnya. Dia kembali bercerita, karena dia berjualan minuman, Navita pernah memainkan plastik untuk minumannya. Sempat ditegur Kartini, namun ibunya datang dan malah langsung mencubitnya. “Saya jadi gak tega lihat anaknya dicubit sampai diputar, Navita sudah nangis-nangis jadi saya bilang tidak apa-apa dimainkan saya bisa beli lagi, asalkan jangan disakiti anak kecil,” ujar dia.
Kartini juga mengatakan bahwa Navita anak yang ceria. Tetapi geraknya dibatasi, sehingga Navita lebih sering dikurung di rumahnya. “Kalau keluar sebentar, ku ajak nonton televisi, ibunya langsung menariknya dan mengunci pintunya. Makanya saat tahu dia meninggal ditabrak saya menangis karena kasihan masih anak kecil,” ungkapnya.
Sementara Fajriah, yang suaminya satu pekerjaan dengan Ardi mengatakan, Navita sering bermain bersama anaknya yang berumur 3 tahun. Dirinya tidak tahu persis kondisi Navita dan kedua orang tuanya. Namun jika main dengan anaknya Navita termasuk anak yang ceria.
Ketika mengetahui Navita meninggal karena menjadi korban tabrak lari, Fajriah langsung menemui Nita. “Saya lihat mereka panik, seperti mau kabur karena mereka sudah menyiapkan baju di dalam tasnya,” ujar dia.
Saat diperlihatkan foto jasad Navita yang dibongkar jajaran Sat Reskrim Polres Bontang, sontak Fajriah menangis histeris. Dari mulutnya keluar kalimat istigfar berkali-kali seakan tak percaya bahwa itu jasad Navita. Diakui dia, Navita merupakan anak yang cantik, jadi jasad itu sangatlah berubah. Apalagi, wajah jenazah Navita dipenuhi luka lebam. “Yaa Allah kasihannya kamu nak,” ujarnya sambil menangis.
Melihat Fajriah menangis, ibu-ibu yang lewat disekitarnya penasaran ingin melihat foto jenazah Navita. Mereka pun seperti kaget dan tidak percaya Navita meninggal dengan cara tragis ditangan ayah tirinya. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: