BONTANG – Meski air adalah kebutuhan pokok manusia, warga pesisir di Pulau Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari, masih sangat susah mendapatkannya. Muslimin, ketua RT 17 Bontang Lestari mengaku, untuk mendapatkan air bersih, masyarakat harus berlayar menuju Kelurahan Tanjung Laut. Itu pun harus membeli per jeriken.
“Satu jeriken isi 30 liter kami harus beli Rp 1.000,” kata Muslimin.
Jumlah tersebut belum termasuk bahan bakar kapal yang harus dikeluarkan. Ditaksir tiap bulan sejumlah Rp 300 ribu harus dikeluarkan warga di pulau tersebut untuk air bersih.
Muslimin berujar, warga mendapatkan air secara mandiri atau tanpa terorganisasi. Maksimal untuk satu kapal ketinting, 10 jeriken dapat terangkut. “Kalau tidak bisa mengambil, kami harus menghemat air sebelumnya,” tuturnya.
Air bersih tersebut digunakan warga untuk keperluan mandi dan memasak. Diterangkan Muslimin, untuk membeli air pun warga harus memerhatikan kondisi cuaca. Hingga kini, tiga orang sempat tenggelam saat berlayar saat hujan deras dan angin kencang.
“Kadang-kadang jika tidak ada air dan cuaca buruk, kami memilih mandi menggunakan air laut. Walau sekadar bilas-bilas saja,” ungkapnya.
Senada, Fadlun, warga Tihi-Tihi mengatakan bahwa pengambilan air bersih dilakukan tiap hari. Minimal empat jeriken cukup digunakan bersama empat anggota keluarganya.
Meski demikian, kuantitas penggunaan air bergantung kondisi cuaca. Bila panas terik menyengat, konsumsi air lebih banyak dibanding saat musim hujan. “Susahnya mendapatkan air menjadi keluhan warga di sini,” kata Fadlun.
Dia mengaku, untuk mencuci baju mengandalkan tampungan air hujan. Air tersebut masuk tandon yang ditempatkannya di sudut rumah. “Ini juga bergantung cuaca. Bila kemarau otomatis tidak ada air,” tuturnya.
Fadlun berharap Pemkot Bontang memfasilitasi ketersediaan air bersih. Sehingga, warga tidak perlu jauh-jauh mengambil tiap hari.
Berdasarkan pantauan Kaltim Post, belum lama ini warga di daerah tersebut mendapatkan bantuan dari perusahaan. Berupa elektrolisasi air. Wujudnya mengubah air hujan agar laik konsumsi.
Namun, kembali ini bergantung kondisi cuaca. Diketahui, terdapat 76 kepala keluarga atau 324 jiwa di daerah pesisir ini. (ak/dwi/k16/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: