SAMARINDA- Indonesia National Air Carrier Association (INACA) mengakui mulai akhir tahun lalu rata-rata kenaikan harga tiket pesawat mencapai 40-120 persen. Kenaikan harga ini berdampak pada penurunan penjualan tiket karena para penumpang banyak beralih menggunakan kapal laut.
Isu kenaikan tiket ini dibahas pada Coffee Morning KPFM Samarinda yang bekerja sama dengan Kaltim Post. Menghadirkan narasumber dari pihak agen travel dan dampak lain seperti okupansi hotel di Samarinda.
Divisi Ticketing PT Cendana Mitra Perkasa Ervina Mila Wati mengatakan, mahalnya tiket pesawat serta aturan baru mengenai bagasi berbayar mulai berdampak di Samarinda. Penjualan tiket pesawat menurun hingga puluhan persen. Hal itu karena banyaknya penumpang pesawat yang beralih ke transportasi darat atau laut.
“Apalagi penumpang dengan banyak bawaan, daripada naik pesawat mahal lalu bagasi berbayar lebih baik naik kapal,” jelasnya saat Coffee Morning KPFM Samarinda, Rabu (20/2).
Dia menjelaskan, peralihan langsung ke tiket kapal tentunya memperlihatkan bergesernya kebutuhan masyarakat. Tiket pesawat hanya dibeli sebagai kebutuhan mendesak, atau keperluan bisnis. Sedangkan jika sekadar jalan-jalan atau kunjungan wisata maka masyarakat akan memilih naik kapal laut. “Sebentar lagi ada event guru sekumpul di Banjarmasin. Biasanya warga Kaltim akan banyak memesan tiket pesawat Samarinda ke Banjarmasin,” ujarnya.
Namun, tambahnya, saat ini banyak yang beralih untuk naik bus. Sebelum kenaikan tiket, masyarakat memilih naik pesawat. Selain cepat, selisihnya hanya sekitar Rp 400 ribu. Sekarang, selisihnya minimal Rp 800 ribu, sehingga lebih baik lama di jalan tapi murah. “Kami para agen travel juga semakin sulit karena penghapusan insentif dari maskapai penerbangan,” tuturnya.
Dia menjelaskan, dulu agen travel bisa mendapatkan 5-10 persen insentif dari penjualan tiket. Namun, saat ini sudah tidak ada. “Harapannya ada regulasi yang bisa mengatur ini, agar tiket pesawat bisa normal kembali. Pemerintah harus bisa bergerak cepat menurunkan harga tiket pesawat, sebelum dampaknya jauh lebih besar,” pungkasnya.
Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC-PHRI) Samarinda, Leni Marlina mengatakan, berbagai daerah di Indonesia juga terdampak kenaikan tiket. “Tapi Samarinda belum menunjukkan secara angka untuk penurunan okupansi hotel atau kunjungan restoran,” tuturnya.
Namun, dampaknya pasti akan terlihat. Banyak orang yang akan menunda perjalanan apalagi untuk liburan. Karena, yang tadinya sudah merencanakan liburan akibat tiket mahal jadi tertunda. Dengan berkurangnya kunjungan, maka penginapan hotel juga akan berdampak.
“Selain itu dari restoran juga akan terkena imbas penurunan. Karena pengiriman barang dari daerah ke daerah lainnya lebih mahal. Biaya kargo yang meningkat tentunya akan berdampak pada industri makan dan minum di Kota Tepian,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, meningkatnya biaya kargo akan menyebabkan makanan, dan minuman yang didatangkan dari luar Kaltim meningkat harganya. Kenaikan itu berujung pada berkurangnya daya beli masyarakat. “Okupansi hotel menurun, dari restoran juga turun. Itu karena Samarinda merupakan kota jasa dan perdagangan,” katanya.
Leni mengatakan, jika pemerintah tidak membuat regulasi secepatnya untuk menurunkan harga tiket pesawat, maka kebiasaan lama masyarakat akan kembali. Yaitu, memilih untuk naik kapal laut karena murah. Namun, akan banyak membuang waktu perjalanan. “Ini bukan kemajuan untuk masyarakat, tapi kemunduran. Seharusnya ada regulasi yang mengatur cepat hal ini,” jelasnya.
Menurutnya, tingkat hunian kamar di Samarinda sejak 2014 sudah mengalami penurunan. Bahkan, dari sekitar 8.000 kamar hotel di Kota Tepian dari mulai hotel bintang lima hingga nonbintang, hanya terisi tak sampai 1.000 kamar setiap harinya. Itu sudah terjadi sejak lama, terjadi peningkatan tapi tak setinggi penurunan tersebut.
“Ditambah lagi kenaikan tiket pesawat saat ini. Otomatis kembali terdampak untuk keterisian kamar. Ini yang harus membuat pemerintah bergerak cepat mengambil kebijakan harga tiket, agar masyarakat nyaman melakukan penerbangan dan dampaknya tidak lebih jauh,” pungkasnya. (*/ctr/ndu/k15/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post