bontangpost.id – Perjalanan sebagian penumpang KM Binaiya penuh perjuangan. Utamanya mereka yang dari luar Kota Taman. Begitulah yang dialami oleh Dewi (44). Ia sudah tiba di Pelabuhan Loktuan, tiga hari sebelum waktu keberangkatan. Sekira 21.00 hari itu.
Tidurnya pun bukan di tempat penginapan maupun rumah kerabat. Melainkan bermalam di depan loket karcis pelabuhan. Akibatnya sehari sebelum berangkat ia mengalami sakit kepala. Kepalanya pun penuh koyo. Sembari tidur beralaskan karpet yang dibawanya. “Ia saya sakit kepala karena kurang tidur,” kata Dewi.
Ia mengaku memiih perjalanan menggunakan kapal karena lebih santai. Menuju Bima yang merupakan kampung halamannya. Selama empat tahun belakangan ia tidak bisa mudik. Karena terhalang pekerjaan, demi memberikan nafkah kepada anak-anaknya.
“Rindu pulang kampung. Apalagi dua tahun belakangan ada pandemi jadi tidak bisa pulang,” ucapnya.
Pada keberangkatan kali ini, ia bersama tujuh orang anggota keluarganya. Mulai dari anak hingga saudara. Kepada redaksi bontangpost.id, saat dijumpai di dek kapal, ia mendapatkan tiket seharga Rp 450 ribu. Sementara Kepala PT Pelni Cabang Samarinda Syarif Hidayat mengatakan pasca menjumpai calon penumpang yang sakit ini langsung mengarahkan untuk menuju ruang pemeriksaan kesehatan.
“Kasihan kalau misalnya saat berangkat itu sakit. Apalagi saat ini menjalani puasa,” tutur dia.
Saat pemeriksaan kondisi pasien, hasilnya hanya membutuhkan perawatan ringan. Pada malam terakhir, calon penumpang ini diminta istirahat di ruang kesehatan agar bisa dicek rutin kondisinya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post