bontangpost.id – Cuaca panas ekstrem terus dirasakan masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Kaltim. Rabu (26/4), suhu di sejumlah daerah di Benua Etam mencapai 31 derajat Celsius.
Kondisi serupa diperkirakan tidak jauh berbeda pada Kamis (27/4) kemarin. Walau demikian, cuaca panas disebut tidak akan berdampak pada kekeringan ataupun kebakaran hutan.
Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menyatakan, suhu naik karena masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Pada saat transisi ini, suhu akan lebih tinggi 1 atau 2 derajat.
“Kenaikan 1 atau 2 derajat di Indonesia ini masih masa lembap. Karena sisa musim hujan,” ungkapnya.
Kombinasi temperatur dan kelembapan tinggi ini membuat kondisi tubuh gerah. Apalagi tubuh susah berkeringat dan ini menyebabkan panas di tubuh susah dilepaskan.
Sena juga menyatakan temperatur udara di Indonesia juga naik. Ini karena perubahan iklim secara gradual.
“Faktor lainnya, gerah ini terjadi di wilayah perkotaan karena banyak beton yang menyerap panas,” bebernya.
Lanjut dia, kekeringan akan terjadi setelah musim kemarau. Ini karena kelembapan turun. Sementara angin muson timur dari Australia berembus dan menyebabkan suhu turun.
“Tetap panas tapi biasa saja atau tanpa rasa tidak nyaman,” ujarnya.
Pada musim kemarau, selain kekeringan juga berpotensial kebakaran hutan. Musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia mulai pada Mei.
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Kepala BMKG Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Erika Mardiyanti menambahkan, secara dinamika atmosfer, cuaca panas akhir-akhir ini dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah.
Disebabkan anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas.
Sedangkan dari sisi geografis, wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.
Selain itu, wilayah Indonesia memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, dia menyebut dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas.
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum saat ini belum melampaui kondisi pada 16 Mei 2021.
Saat itu, suhu di angka 33-35,2 derajat Celsius terjadi di Surabaya. Erika melanjutkan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau.
Dia berharap masyarakat mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan serta lingkungan. (lyn/jpg/riz/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post