bontangpost.id – Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan (Diskop-UKMP) telah menyetorkan penerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah pusat. Kabid Koperasi Diskop-UKMP Yusran mengatakan angkanya mencapai 1.262 pelaku usaha.
“Sudah kami ajukan pada 27 Agustus lalu. Sesuai batas waktu pengajuan yang diberikan kepada kami,” kata Yusran.
Pelaku usaha yang dikirim datanya ialah mereka yang memiliki izin usaha mikro. Berupa izin dari kecamatan maupun perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau Online Single Submission (OSS).
“Angka itu yang terdata di data kami. Kalau yang tidak terdaftar jumlahnya banyak,” ucapnya.
Dalam data yang disetor, Diskop-UKMP memberikan catatan kepada pemerintah pusat. Termasuk mereka yang telah menerima bantuan lainnya. Baik BLT dari Pemkot maupun Pemprov. Sehingga penyortiran menjadi kewenangan dari pemerintah pusat.
“Itu sesuai dengan kesepakatan saat rapat dengar pendapat di DPRD beberapa waktu lalu,” tutur dia.
Hingga kini, Diskop-UKMP belum menerima informasi kapan bantuan itu cair. Namun nominalnya telah ditetapkan pemerintah pusat yakni Rp 2,4 juta. Dalam sekali penyaluran. “Hanya satu kali dapat tiap UMKM,” sebutnya.
Diketahui, Pemprov sebelumnya telah menyalurkan BLT. Totalnya mencapai 13.916 pelaku usaha se-Kaltim. Angka itu tertuang dalam surat keputusan dari Gubernur Kaltim. Anggaran yang dikucurkan sebesar Rp 10,4 miliar. Tiap UMKM mendapat bantuan sejumlah Rp 750 ribu. Adapun jumlah pelaku usaha di Kota Taman yang mendapatkan bantuan itu sejumlah 164 pelaku usaha.
Sebelumnya, Pengurus Asosiasi Industri Kerajinan (Asik) Bontang Dian Hanurani mengatakan belum menerima bantuan. Konon, informasinya akan tersalurkan pada akhir September.
“Mekanismenya kurang tahu. Tetapi kami mencatumkan nomor telepon saat pendataan,” kata Dian.
Bantuan ini sangat diharapkan untuk modal usaha. Pasalnya, di masa pandemi Covid-19 kerajiban souvenir Kaltim jarang dipesan. Sehingga modal yang ada hanya untuk kebutuhan sehari-hari pemilik usaha.
“Kami butuh perputaran untuk modal. Saat ini sudah menipis karena dalam tiga hari hanya ada satu atau dua pembeli. Sedangkan kebutuhan hidup mencapai 4-5 juta rupiah sebulan,” ungkapnya.
Inovasi pun dilakukan demi menyambung hidup usaha. Salah satunya kain saat ini dialihkan untuk dijadikan masker. Dalam mendukung upaya penanganan virus korona. Sementara untuk souvenir bebatuan praktis mandek total.
“Hampir semua pengrajin manik-manik berhenti,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: