JAKARTA – Tangis Almyanda Saphirra pecah begitu tiba di Rumah Sakit Kartika Pulomas, Jakarta Timur Selasa sore (27/12). Mantan isteri Dodi Triono, korban dugaan perampokan di Jalan Pulomas Utara, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung itu tidak kuasa menahan duka lantaran keluarganya menjadi korban. Terlebih dua anak kandungnya, Diona Arika Andra Putri dan Dianita Gemma Dzalfayla ditemukan sudah tidak bernyawa. Padahal keduanya masih sangat muda. Diona -panggilan Diona Arika Andra Putri- masih berusia 16 tahun. Sedangkan Gemma -panggilan Dianita Gemma Dzalfayla- berumur sembilan tahun.
Berulang kali, perempuan yang akrab dipanggil Phirra itu memohan maaf kepada kerabat serta saudara yang sudah lebih dulu sampai di Rumah Sakit Kartika Pulomas. “Maafin almarhum (Dodi Triono) dan anak-anak saya,” ucap dia lirih. Untaian doa serta ucapan belasungkawa terdengar setiap kali Phirra memeluk kerabat dan saudaranya. Tangis Phirra yang tidak kunjung berhenti membuat suasana duka kian terasa. Seisi ruang tunggu rumah sakit yang terletak di Jalan Pulomas Timur pun turut menangisi kepergian Dodi dan anak-anaknya. “Mohon doa dari semua,” Phira meminta.
Pelan-pelan dia mengungkapkan kabar terakhir yang diterima dari Gemma. Menurut Phira beberapa jam sebelum kejadian pada Senin sore (26/12), dia sempat berkomunikasi dengan anak bungsunya tersebut. “Terakhir anak saya bilang i love you. Kangen Mama. Mama Gemma sudah belajar salat,” kenangnya. Itu adalah kalimat terakhir yang dia dengar langsung dari Gemma. Sama sekali tidak ada firasat buruk yang dia rasakan. Sebab, bersama Dodi -panggilan Dodi Triono-, Gemma selalu baik-baik saja. Begitu pula Diona dan Zanette Kslila Azaria. Dodi amat sayang kepada tiga anak tersebut.
Zanette -panggilan Zanette Kslila Azaria- termasuk salah satu dari lima korban selamat. Meski ikut disekap nyawanya masih tertolong. Pelajar berusia 13 tahun itu mampu bertahan hidup bersama empat korban selamat lainnya. Yakni Emi, Santi, Fitriani, dan Windy yang belakangan diketahui bekerja sebagai pembantu di rumah Dodi. Phirra menyebutkan, sampai kemarin sore kondisi Zanette masih stabil. Hanya saja dia harus dirontgen lantaran merasakan sakit pada bagian bahu. “Alhamdulillah kondisi (Zanette) stabil,” ucap Phirra. “Mohon doanya,” tambah dia.
Berbeda dengan Zanette dan empat korban lainnya, nyawa Tasrok yang biasa bertugas sebagai sopir Dodi tidak tertolong. Ketika petugas kepolisian masuk ke rumah Dodi sekitar pukul 10.00 kemarin, Tasrok ditemukan masih bernapas. Dia bersama Zanette dan empat korban selamat lain pun segera dibawa ke Rumah Sakit Kartika Pulomas. Namun, di tengah jalan Tasrok meregang nyawa. Dia tidak kuasa menahan sakit lantaran berjam-jam disekap di dalam kamar mandi berukuran dua meter persegi bersama sepuluh korban lainnya. “Saya sampai (di rumah Dodi) baru dibuka polisi,” ucap Endah, 29.
Warga yang tinggal di bilangan Rawamangun itu tidak lain adalah isteri Tasrok. Berdasar penuturan Endah, Tasrok memang jarang pulang. Sebab, dia selalu menginap di rumah Dodi. Sekitar pukul 17.00 pada hari kejadian, dia sempat menghubungi suaminya. Namun, nomor telepon seluler (ponsel) pria berusia 40 tahun itu sudah tidak aktif. Pikir Endah, Tasrok tengah diajak majikannya ke luar rumah. Namun, sampai kemarin pagi tidak kunjung ada kabar dari Tasrok. Lantaran tidak enak hati, dia bergegas bertolak ke tempat kerja suaminya. “Saya datang ternyata sudah ramai,” ungkap Endah.
Meski tidak terucap, sorot mata Endah menunjukan kesedihan mendalam. Dia hanya bisa pasrah dan berdoa yang terbaiki untuk suami tercinta. Ketika jenazah Tasrok dipindahkan dari Rumah Sakit Kartika Pulomas ke Rumah Sakit POLRI di Kramat Jati, dia turut serta. Baik Endah maupun Phirra sama-sama berharap besar kepada petugas kepolisian. Mereka ingin pelaku dugaan perampokan yang menyebabkan enam nyawa melayang segera ditangkap. “Kejam banget,” tutup Phirra getir. Sampai kemarin malam, perempuan berjilab itu masih berada di Rumah Sakit Kartika Pulomas. Petugas kepolisian pun menjaga ketat rumah sakit tersebut.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Agung Budiono yang menyempatkan diri menengok lima korban selamat mengungkapkan, pihaknya masih mendalami dugaan perampokan itu. Berkaitan dengan kondisi seluruh korban selamat, dia tidak bisa banyak komentar. “Semua (korban selamat) masih dalam proses pemulihan,” ungkapnya. Sehingga dia dan anak buahnya belum bisa memintai keterangan. “Jadi, kami belum bisa lakukan komunikasi,” kata dia tegas. Yang paling penting, ucap pria yang akrab dipanggil Agung itu, mereka segera pulih. “Mereka siap dulu, sehat dulu. Baru kami lakukan komunikasi,” jelas dia. (syn/JPG)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post