Oleh:
Nurul Inayah, SEI
Tenaga Kontrak Kemenag Kota Bontang
Ramadhan memang diharapkan dapat mewujudkan ketakwaan pada diri setiap Muslim dan juga menjadi momen penting untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT secara totalitas (kaffah).
“Tidaklah hamba-Ku ber-taqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang Aku fardhukan atas dia. Hamba-Ku terus ber-taqarrub kepada-Ku dengan amal-amal nawafil hingga Aku mencintai dia” (HR al-Bukhari, Ibn Hibban dan al-Baihaqi).
Semua amal salih yang dilaksanakan selama Ramadhan haruslah bisa memupuk ketakwaan pada diri kaum Muslim. Ketakwaan itulah yang mesti diwujudkan dari ibadah selama Ramadhan, terutama ibadah puasa. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (TQS al-Baqarah [2]: 183).
Dengan melaksanakan ibadah puasa, kaum Mukmin akan bisa memupuk ketakwaan dalam diri mereka dan di tengah-tengah mereka. Ketakwaan itu bisa direalisasikan oleh setiap individu Muslim dengan jalan senantiasa terikat dengan hukum-hukum Allah SWT di dalam kehidupannya. Menjadikan halal dan haram atau syariah Islam sebagai standar dalam menjalani aktivitas hidupnya.
Namun, ketakwaan bukan hanya harus diwujudkan pada tataran individu, namun juga harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Allah SWT berfirman: “Jika saja penduduk negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi.” (TQS al-A’raf [7]: 96).
Sayangnya, hal itu belum terealisasi saat ini. Jangankan mewujudkan ketakwaan penduduk negeri secara bersama-sama, mewujudkan ketakwaan individu-perindividu saja sangat sulit. Pasalnya, dalam kehidupan sekularistik, kapitalistik dan hedonistik seperti saat ini, pintu ketakwaan dipersempit, sementara pintu-pintu kemaksiatan dibuka lebar. Bahkan selama Ramadhan, sekularisme (pengabaian agama [syariah Islam] dari kehidupan) tetap mendominasi kehidupan kaum Muslim.
Jika ‘buah’ dari puasa adalah takwa, tentu idealnya kaum Muslim menjadi orang-orang yang taat kepada Allah SWT tidak hanya pada bulan Ramadhan saja, juga tidak hanya dalam tataran ritual dan individual semata. Ketakwaan kaum Muslim sejatinya terlihat juga di luar bulan Ramadhan sepanjang tahun, juga dalam seluruh aspek kehidupan mereka baik dalam tataran individu maupun dalam bermasyarakat.
Dengan demikian, ketakwaan, baik pada tataran individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, hanya akan terwujud dengan penerapan syariah Islam secara total untuk mengatur segala bentuk interaksi yang ada di tengah masyarakat.
Dengan ketakwaan pula, kemuliaan dapat diraih. Maka, hendaknya seluruh kaum Muslim, khususnya di negeri ini, menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momentum untuk segera mengubur sekularisme, kemudian menggantinya dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Itulah wujud ketakwaan hakiki. Itulah yang menunjukkan bahwa kita benar-benar sukses menjalani puasa sepanjang bulan Ramadhan.
Wallahu ‘alam. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post