Camat Sandaran Khawatir Ganggu Ekosistem
SANGATTA – Berubahnya lahan produktif menjadi kebun kelapa sawit di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) bukan menjadi hal yang aneh. Bahkan, kini giliran hutan mangrove yang dibabat untuk dijadikan kebun sawit. Padahal, hutan mangrove atau bakau merupakan kawasan ekosistem sejumlah biota laut. Selain itu, juga menjadi pencegah terjadinya abrasi air laut. Kondisi ini terjadi di Desa Manubar Kecamatan Sandaran.
“Kini perkebunan sawit sudah merata di semua wilayah Sandaran. Namun, yang di Desa Manubar, malah banyak hutan mangrove yang berubah jadi kebun sawit. Tapi, saya belum tahu apakah itu kebun sawit inti milik perusahaan atau plasma,” sebut Camat Sandaran Taher Pekang.
Dia menyebutkan, seharusnya baik pengusaha maupun masyarakat harus mengerti pentingnya keberadaan hutan mangrove. Sebab, hutan itu menjadi habitat bagi kembangbiaknya hewan laut. Selain itu juga menjadi menjadi tempat hidupnya spesies tanaman tertentu. Keberadaan mangrove juga menjadi pelindung dari abrasi laut.
“Nah, kalau ekosistemnya rusak saya khawatir bisa mengganggu keseimbangan alam,” tuturnya.
Taher pun berharap, ada perhatian Pemkab agar kedepan tidak ada lagi izin kegiatan perkebunan di atas hutan mangrove. Selain itu, pengembangan kebun sawit sebaiknya tidak dilakukan secara sporadis. Sehingga, tidak mengganggu kelestarian lingkungan.
“Kami mendukung pengembangan sawit. Tapi, tetap harus menjaga keseimbangan lingkungan,” tutup Taher. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: