BONTANG – Terdeteksinya penderita difteri pada salah seorang murid di salah satu sekolah dasar di Kota Bontang, mengharuskan Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) bergegas menggelar sosialisasi kepada orang tua serta pengajar di sekolah tersebut, Kamis (1/2).
Difteri merupakan penyakit infeksi dari bakteri Corynebacterium Diphtheria Toksigenik yang menyerang selaput lendir hidung dan tenggorokan, kadang dapat mempengaruhi kulit. Difteri pun menular dan dapat mematikan dengan masa inkubasi 2-5 hari.
Untuk itu, Diskes-KB bersama Puskesmas Bontang Selatan I mengambil tindakan cepat dengan menyurvei sekolah tersebut, melaksanakan penyelidikan epidemiologi atau kegiatan penelitian atau survei untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh agar mendapatkan data klien kontak dengan siapa saja selama proses belajar berlangsung.
Adapun kegiatan selanjutnya selain penyelidikan epidemiologi adalah sosialisasi kepada orang tua murid yang merupakan murid sekelas atau kontak dengan pasien suspek. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang difteri serta tindakan pencegahan bagi anak-anak dan guru kontak langsung dengan pasien.
Tindakan mencegahan berupa pemberian erythromycin kepada orang-orang yang terpapar langsung atau melakukan kontak dengan penderita (teman sekelas, teman ngaji, pengajar, serta cleaning services, red.). Hal ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran dan penularan penyakit.
Sementara, pemberian dosis obat Erytromicin untuk anak-anak sampai 20 kg (berat badan) terhitung 30-50 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam. Pun bagi dewasa dan anak-anak diatas 20 kg meminum 1 kapsul,250 tiap 6 jam atau 1 kaplet ERITROMISIN®c 500 tiap 12 jam (sebaiknya sesudah makan).
“Untuk sementara, kami berikan obat dulu untuk dikonsumsi selama seminggu. Segera kami akan berikan vaksinasi kepada seluruh penghuni sekolah untuk mengurangi kegelisahan penularan bakteri difteri,” ucap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Diskes-KB, Diana Nurhayati, SKM, MM.
Ciri-ciri difteri yakni gejala demam, kadang tidak tinggi (tidak lebih dari 39ºC), sakit menelan, kadang muncul suara ngorok saat bernapas, kelenjar getah bening di leher membesar atau bengkak (bullneck), badan lemas, pusing, tenggorokan dan amandel tertutup membrane berwarna abu-abu.
Penularan dapat terjadi karena menghirup cairan dari mulut (droplet) atau hidung orang, benda seperti mainan yang terinfeksi bakteri, kontak dengan luka terbuka (luka kulit), pakaian atau tempat tidur penderita. Komplikasi akibat penyakit ini juga dapat menyebabkan gagal napas, gagal jantung, kelumpuhan, hingga kematian.
Ia mengimbau kepada orang tua, maupun warga Bontang untuk pencegahan penyebaran bakteri dengan melakukan imunisasi dan vaksinasi, menjaga kebersihan, meningkatkan imunitas, mengatur pola makan, melakukan gaya hidup sehat, menghindari penderita difteri, serta menggunakan masker saat berpergian, serta memperhatikan setiap perilaku anak.
Terkait rencana imunisasi pada beberapa lokasi khusus (lokus) pada 5 Februari mendatang, berdasarkan hasil rapat dan tren kasus yang bertambah sepekan ini, maka diputuskan akan dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI). “Diskes-KB bersama seluruh puskesmas yang ada di Kota Bontang, harus segera memberikan imunisasi kepada anak-anak kita. Mengingat dalam sepekan penderita difteri terus bertambah,” tambah dia.
Ia pun memastikan jika penyebab penyebaran difteri di Kota Bontang berasal dari bakteri bawaan dari luar kota (Balikpapan, Samarinda, Kutai Timur, bahkan luar jawa) yang memiliki kasus serupa dan bukan dari penyebaran kasus yang ditemukan di Bontang. (ra/adv)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: