Layani Hidung Belang, PSK Timur Tengah Dibayar Rp 3 Juta
Bogor ibarat ’surga’ bagi para tenaga kerja asing (TKA). Tak terkecuali mereka yang berkecimpung di bisnis esek-esek. Kemarin (13/1) Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), kembali mengamankan puluhan (pekerja seks komersil) asing di Jakarta dan Bogor.
Jumat 13/1) dini hari, petugas Kantor Imigrasi Kelas I Bogor mendapat informasi adanya gerak-gerik mencurigakan WNA Timur tengah di sebuah vila, RT 01/02, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua. Syahdan petugas meluncur ke lokasi sekitar pukul 01.30 WIB. Benar saja, di dua vila terpisah, petugas mendapati empat perempuan asal Maroko, bersama pasangan masing-masing, serta ditemukan sejumlah kondom bekas pakai.
Di vila pertama yakni vila limo, petugas mengamankan Tara (29), imigran asal Maroko yang berprofesi sebagai PSK Timur Tengah alias Magribi. Saat itu, Tara sedang mendapat orderan dari AT, melayani syahwat dengan bayaran Rp3 juta.
“Saat kita ketuk pintu, mereka malah mematikan lampu, kami dobrak pintunya,” kata Kasi Wasdakim pada Kantor Imigrasi Kelas I Bogor, Arief S toto, kepada Radar Bogor.
Saat lampu dinyalakan, Tara langsung menutupi wajah. Sedangkan si lelaki hidung belang, AT, bersembunyi di samping lemari. Saat itu, Tara dan AT baru sekali melakukan hubungan badan. Hal itu dilihat dari alat kontrasepsi yang didapati di atas kasur dan lantai. Dari total tiga bungkus, baru satu yang terpakai.
Petugas kemudian meminta Tara menunjukkan dokumen keimigrasian. Namun perempuan mancung bertubuh sintal itu tak mampu menunjukkan apa-apa. Sedangkan AT memiliki kelengkapan surat dan langsung dilepaskan.
Usai menangkap tara, petugas imigrasi menuju lokasi kedua, yakni vila suci dan
vila renad. Dari kedua vila tersebut, kembali imigrasi menangkap tiga Magribi. Di antaranya bernama Khatar, Qobil dan Bilqis. “Semuanya berasal dari Maroko,” kata Toto.
Ketiga vila tersebut hanya satu dari 200 vila sewaan yang kerap dipakai pelancong asal Timur Tengah menginap kala berada di puncak. Kala itu, vila tengah disewa oleh turis berkebangsaan Arab Saudi. “Turis dari Arab Saudi semua, sudah ada semingguan. Emang sering disewain ke orang Arab. Nah, kemarin sempet nanya-nanya cari cewek dimana, ke saya,” tutur Adi Afriansyah (27) warga RT 01/02, desa Tugu Utara.
Empat ‘kupu-kupu malam’ itu langsung dibawa mobil Imigrasi menuju kantor Dirjen Imigrasi Kemenkumham RI, di Jakarta. Mereka didampingi Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Jawa Barat, Ade Sukma Sinulingga.
“Sesusai SOP dilakukan Imigrasi, hanya karena mereka belum punya dokumen, nanti kita deportasi. Kita sedang dalami,” ujarnya kepada Kepada Radar Bogor, kemarin (13/1).
Berdasarkan pantauan Imigrasi, para magribi ini adalah muka-muka lama. Hasil pemeriksaan sementara, para Magribi berdalih dokumen tertinggal di kontrakan mereka.
Ade menegaskan, Imigrasi tingkat kabupaten/kota harus memperkuat pengawasan dan berkordinasi lintas stake holder. Langkah jitu itu, kata dia, dengan memperkokoh tim pora. “Kita tingkatkan pengawasan dan lebih gencar turun lapangan memperkuat lebih sinergi lagi dengan instansi lain,” tegasnya.
Magribi bukan barang baru di kawasan puncak. Bisnis prostutusi PSK impor ini sudah ada sejak puluhan tahun silam. Hal ini tidak terlepas dari kehadiran turis Arab Saudi dan lokasi penampungan Imigran Timur tengah, menjadi ladang bisnis bagi para magribi.
“Puncak kan lokasi penampungan imigran. Selain itu menjadi tempat favorit turis asal Arab Saudi,” ujar camat Cisarua, Bayu Ramawanto.
Bisnis prositusi Magribi bahkan kian mengkilat sejak 2012. Namanya terus mencuat menjadi bisnis prostitusi kelas premium di Puncak. Pelanggannya tidak sekadar pria Arab yang tengah berlibur saja. Sejumlah pria lokal berduit pun menjadi pengguna jasa syahwat mereka.
Seiring gencarnya razia oleh petugas Imigrasi, para Magribi kini lebih selektif memilih calon pelanggan pria pribumi. Namun tetap pelanggan prioritas adalah turis Arab Saudi.
Cara pemesanannya pun berubah. Dulu, memesan magribi bisa dilakukan di salon-salon kecantikan yang ada di puncak. Lalu beralih ke restoran Arab. Saat ini, cukup mengunakan aplikasi Whats App. Syaratnya, ada transfer duit panjer alias down payment.(don/all/d)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: