BONTANG – Pemkot Bontang diminta untuk tegas dalam menyikapi praktik prostitusi di Prakla, Bontang Selatan. Terlebih rencana penutupan tempat mesum itu sudah dijanjikan sejak 4 tahun lalu.
Ketua DPRD Bontang Nursalam mengatakan bahwa prostitusi di Prakla sudah sewajarnya dihentikan. Dan untuk merealisasikannya butuh keseriusan dari pemkot. “Itu kan (penutupan Prakla) masuk dalam program 100 hari wali kota dan wakil. Jadi sudah sepatutnya dilaksanakan,” terangnya, saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (8/7/2019).
Dia menyinggung daerah lain yang berani menutup tempat prostitusi. Seperti halnya Kutim, Kukar, Balikpapan, dan Samarinda. “Kenapa Bontang tidak berani? Jangan setengah-setengah (mengambil kebijakan),” terangnya.
Jika memang belum berani untuk menutup sepenuhnya Prakla, paling tidak, sebutnya, harus membongkar kamar-kamar yang ditengarai menjadi tempat PSK memberikan layanan. Menurutnya, ketakutan bahwa jika Prakla ditutup lalu keberadaan PSK menjadi tidak terkendali, kata Nursalam, merupakan perkara lain. “Justru kalau ini (Prakla) dibiarkan, pemkot terkesan melegalkan,” ujarnya.
Dia juga menyinggung Satpol PP Bontang yang dinilai tidak peka dalam menyikapi hal ini. Menurutnya, sebagai pamong, mereka bertugas untuk mengawal perda maupun perwali. Sehingga, jika ada yang menyalahi aturan harus berani bertindak. “Tidak mesti menunggu permintaan dari dinas terkait. Karena itu memang sudah tugasnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Penutupan Prakla masih sekadar wacana. Meski diklaim hanya sebagai tempat hiburan malam (THM) namun nyatanya terjadi praktik prostitusi di tempat itu. Hal itu sudah dibuktikan sendiri dibuktikan sendiri oleh awak media ini.
“Nanti ada manajemennya. Sebetulnya saya serahkan ke pak wakil (Wawali Basri Rase, Red). Komitmen kami itu. Oleh karena itu kami pembagian tugas,. Tugas itu diserahkan ke pak wakil wali kota,” kata Neni, Ahad (7/7/2019).
Masih suburnya aktivitas prostitusi di Prakla, kata Neni, merupakan konsekuensi sebuah kota. Akan tetapi dia mengaku akan tetap melakukan pembinaan. Dia menjelaskan, meski Prakla ditutup, tidak menutup kemungkinan akan ada lagi tempat prostitusi serupa di tempat lain.
“Di sini ditutup larinya ke kilo 7 mungkin, Tenda Biru. Yang terpenting sebetulnya membangun spiritual, keimanan, dan ketakwaan. Walaupun ada di situ, kalau imannya kuat, mungkin tidak ada juga (yang datang). Kami tutup atau demo di sini, eh tahunya muncul di kilo berapa. Ya, bertahap lah. Kami tidak melakukan tindakan ekstrim, tapi secara persuasif,” jelasnya.
Sementara ketika dikonfirmasi kepada Wawali Basri Rase. Dia hanya menjawab singkat. Dia melempar kembali jawaban ke Neni atas rencana penutupan Prakla. “Tanya aja Bu Neni kalau itu,” tuturnya, ketika dihubungi telepon selulernya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, media ini menemui seorang PSK. Sebut saja Karin – nama samaran. Padahal, selama ini pemerintah selalu mengklaim jika aktivitas prostitusi sudah tidak ada. Melainkan tempat hiburan malam (THM). Prakla disebut bakal disulap menjadi tempat wisata kuliner. (edw)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post