PEMBANGUNAN di Bontang tak luput dari peran industri migas yang beroperasi di daerah ini. Malahan, dua perusahaan nasional yang ada di kota ini memiliki andil besar dalam perkembangan Bontang menjadi sebuah kota otonom seperti saat ini.
Badak LNG dan PT Pupuk Kaltim, itulah dua perusahaan raksasa yang sudah sangat identik dengan Bontang selam empat dekade lamanya. Selama kurun waktu itu pula kedua perusahaan ini menjadi magnet bagi para pendatang luar Bontang untuk mengadu nasib.
Gairah industri di Bontang bermula dari kemunculan Badak LNG. Perusahaan gas alm cair ini memiliki historis yang begitu panjang, sejak adanya penemuan kandungan gas terjadi pada 1972 oleh Huffco Inc.
Dikatakan Cindy Rindamwati selaku Media Relation Officer Corporate Communication Badak LNG, Hucco Inc dan Mobil Oil Indonesia bekerja di bawah Production Sharing Contracts dengan perusahaan tambang minyak negara Indonesia, Pertamina.
“Saat itu bisnis LNG belum banyak dikenal dan hanya ada empat kilang LNG di seluruh dunia dengan pengalaman tiga sampai empat tahun pengoperasian,” kata Cindy.
Selanjutnya, Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco Inc bersepakat mengembangkan proyek tersebut hingga dapat mengekspor gas alam berbentuk cair dalam jumlah besar. Upaya berbuah hasil, setelah lima perusahaan Jepang berminat dengan kontrak penjualan yang ditawarkan pada 5 Desember 1973.
Kelimanya perusahaan “Saudara tua” itu adalah Chubu Electric, Kansai Electric Power, Kyushu Electric Power, Nippon Steel Corp, dan Osaka Gas. “Penjanjian itu dikenal The 1973 Contract. Isinya komitmen dari para pembeli untuk mengimpor LNG Indonesia selama 20 tahun, yang saat itu kilang LNG belum selesai didirikan,” ucapnya.
Pada pertengahan 1977, Pertamina bersepakat memberikan suplai dari kedua kilang yang akan dibangun 3,5 tahun selanjutnya. Secara otomatis, pembuatan kilang membuat perusahaan segera bertindak cepat dengan menyiapkan kapal tanker dan terminal penerima.
“Begitu pula jadwal pengatur pembiayaan atas beragam proyek. Itupun harus dilaksanakan juga secara simultan,” tuturnya.
Tak hanya ke luar negeri, Badak LNG juga mengirimkan hasil LNG ke beberapa kawasan di Indonesia. Selama produksi berlangsung, beragam prestasi telah ditorehkan. Salah satunya proper emas sebanyak tujuh kali berturut-turut. “Semoga tahun ini kami juga memperolehnya kembali,” harapnya.
Perkembangan terus dilakukan oleh Badak LNG. Salah satunya dengan membuka pusat pembelajaran tenaga ahli LNG di Badak Learning Center. Tak hanya itu, fasilitas filling station untuk mengisi iso tank juga menjadi gebrakan dari perusahaan tersebut.
Dikatakan Cindy, selain membangun Bontang lewat tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), Badak LNG juga fokus empat pilar yang telah dicanangkannya. Meliputi empowerment, charity, capacity building, dan infrastruktur.
“Kami juga memiliki 43 mitra binaan. Banyak juga yang mendapatkan prestasi,” tutur Cindy.
Mengikuti pergerakan Badak LNG, PT Pupuk Kaltim resmi berdiri 7 Desember 1977. Manajer Humas PT Pupuk Kaltim Wahyudi mengatakan, awalnya proyek PT Pupuk Kaltim dikelola Pertamina. Dengan fasilitas pabrik pupuk terapung atau pabrik di atas kapal.
“Namun karena beberapa pertimbangan teknis, proyek tersebut dialihkan ke darat sesuai keputusan Presiden RI saat itu. Lahan seluas 443 hektare lantas disiapkan untuk pembangunan proyek tersebut,” kata Wahyudi.
Proyek pertama pembangunan Pabrik Kaltim I dimulai 1979. Sementara untuk Kaltim II baru berdiri tiga tahun kemudian. Namun keduanya diresmikan pada 1984. Selanjutnya Kaltim III digagas dan diresmikan di 1989. Sepuluh tahun selanjutnya, pabrik urea granul pertama di Indonesia yang dinamakan Proyek Optimasi Kaltim (Popka) berdiri.
Peresmian Popka bersamaan dengan pemancangan tiang pertama Kaltim IV di tahun 2000. “Kaltim IV pun diresmikan pada 2002 untuk unit Urea dan pada 2004 untuk unit Amoniak,” ujarnya.
Selanjutnya, pemerintah memutuskan untuk merevitalisasi industri pupuk nasional melalui replacement. Pabrik pupuk yang memiliki konsumsi gas di atas 34 MMBTU per ton Urea, digantikan dengan pabrik berteknologi baru. Tentunya, lebih hemat energi dan konsumsi bahan baku.
Wahyudi menuturkan revitalisasi tersebut diwujudkan melalui pembangunan Kaltim V yang dimulai pada 2011 dan diresmikan oleh Presiden RI pada 2015. “Pembangunan tersebut dalam rangka mendukung program Ketahanan Pangan Nasional serta untuk menunjang sektor perkebunan dan industri dalam negeri,” tuturnya.
Selain itu, Pupuk Kaltim juga mengakuisisi PT Kaltim Pasifik Amoniak (KPA) secara resmi melalui proses transfer aset pada 2014. Saat ini, pengoperasian KPA bergabung dengan Popka di bawah satu koordinasi Pabrik 1A.
Hingga kini, kapasitas produksi urea mencapai 3,43 juta ton, amoniak 2,74 juta ton, dan NPK 350 ribu ton per tahunnya. Hasil produksi dijual ke seluruh segmen baik dalam hingga luar negeri.
Untuk wilayah distribusi sektor subsidi dalam negeri, wilayah pemasaran Pupuk Kaltim meliputi 2/3 wilayah Indonesia yakni Kawasan Timur Indonesia hingga Papua dan sebagian besar Jawa Timur dan Kalimantan, kecuali Kalimantan Barat. Sedangkan untuk pemasaran luar negeri, Pupuk Kaltim melakukan ekspor ke negara-negara di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan tujuan lainnya.
“Kegiatan usaha utama dari PT Pupuk Kaltim terdiri dari industri, perdagangan dan jasa,” ucapnya.
Dijelaskan Wahyudi, dalam bidang industri, Pupuk Kaltim mengolah bahan-bahan mentah tertentu menjadi bahan-bahan pokok yang diperlukan guna pembuatan pupuk, petrokimia, agrokimia, agroindustri dan bahan kimia lainnya. Serta mengolah bahan pokok tersebut menjadi berbagai jenis pupuk dan hasil kimia lainnya beserta produk turunannya.
Sementara, PT Pupuk Kaltim menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan. Baik dalam maupun luar negeri yang berhubungan dengan produk di atas dan produk-produk lainnya. Berhubungan dengan perpupukan, petrokimia, agrokimia, agroindustri dan kimia lainya.
Bukan itu saja, kegiatan impor barang antara lain bahan baku, bahan penolong atau pembantu, peralatan produksi pupuk dan bahan kimia lainnya juga dilakukan. Pada sektor jasa, perusahaan tersebut melaksanakan studi penelitian, pengoperasian pabrik, perbaikan, dan jasa teknis lainnya.
Berkenaan CSR pun juga tak luput diberikan oleh PT Pupuk Kaltim. Dijelaskan Wahyudi, komitmen tersebut dikemas dalam bentuk program-program pengembangan masyarakat yang berorientasi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Hal tersebut telah dilakukan Pupuk Kaltim secara berkelanjutan dan konsisten, terutama di wilayah terdampak. “Program CSR yang dilaksanakan bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga keberadaan perusahaan dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, berlokasi di Bontang dipandang memiliki beberapa keunggulan. Yaitu lokasi yang strategis dan sumber daya yang tersedia (gas bumi dan batu bara). Tak hanya itu dukungan berupa fasilitas dan infrastruktur telah tersedia.
Ke depan, PT Pupuk Kaltim berencana untuk melakukan beberapa pengembangan. Baik yang dilakukan oleh Pupuk Kaltim sendiri, maupun Joint Venture dengan Mitra Strategis. Pengembangan tersebut diharapkan memberikan multiplier effect kepada stakeholders PT Pupuk Kaltim, Kota Bontang dan khususnya masyarakat Bontang.
Sehubungan tersedianya lowongan tenaga kerja, serta peningkatan ekonomi, perdagangan, dan jasa. “Untuk itu, PT Pupuk Kaltim mengharap dukungan dari seluruh warga Bontang. Agar PT Pupuk Kaltim dapat terus tumbuh dan berkembang bersama Bontang,” harapnya.
Selama perusahaan berdiri, beberapa kendala sempat ditemukan. Meliputi perubahan skema atau pola subsidi yang awalnya subsidi dibayarkan kepada produsen, nantinya akan diberikan langsung ke petani. Di samping itu kondisi bisnis urea dan amoniak dunia sudah mature atau oversupply. Di sisi konsumen, adanya isu terkait biofertilizer bakal mengancam pupuk kimia.
“Beberapa kontrak gas bumi PT Pupuk Kaltim secara berturut-turut akan berakhir dan harga kontrak gas baru yang lebih tinggi,” paparnya.
Menanggapi itu, transformasi bisnis pun dilakukan. Seperti transformasi core bisnis perusahaan dari pupuk menjadi petrokimia, dan melakukan diversifikasi produk berdasarkan prinsip consument base.
Manajemen pun melakukan pengembangan industri turunan gas bumi, urea dan amoniak. Seperti pembangunan pabrik NPK Chemical dan pabrik Amonium Nitrat. Serta, mengimplementasikan Industri 4.0 untuk proses bisnis PT Pupuk Kaltim. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post