Demam e-sport atau olahraga elektronik juga menghinggapi pemuda di Kota Taman. Tak jarang, waktu luang mereka pakai untuk mengutak-atik gadget. Warung kopi (warkop) dijadikan tempat menikmati salah satu cabang olahraga ini.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
JEMARI Akbar Zidan tampak lincah mengusap layar telepon pintar miliknya ketika duduk di warkop Jalan Awang Long, Bontang Baru, Kamis (17/1). Sesekali dia berteriak. Menjawab suara di balik sambungan udara. Ditemani minuman hangat dan earphone di telinga, dia tampak acuh dengan pengunjung lainnya.
“Ini hanya untuk mengisi waktu luang saat posisi jenuh. Sama sekali tidak mengganggu jam belajar,” kata Zidan saat ditanya Kaltim Post sembari bermain gim. Siang itu, pelajar tingkat SMA di salah satu sekolah negeri di Bontang ini sedang mengisi waktu dengan bermain gim online. Aktivitas itu dilakukan usai jam sekolah.
Ia mengaku mulai kecanduan sejak dua tahun lalu. Kesukaannya tersebut bermula saat menonton aksi rekan sejawat. Ada dua gim yang kerap pun dimainkan. Mobile Legend hingga Free Fire. “Awalnya lihat teman bermain. Kelihatannya seru, jadi saya mencoba. Sampai sekarang makin rutin main,” ungkap pelajar yang sekarang berusia 15 tahun ini.
Namun, Zidan mengaku kemampuannya bermain gim masih sangat minim. Makanya dia belum ada niatan untuk mengikuti kejuaraan e-sport. “Saya sudah sangat senang bisa kumpul dan main dengan teman-teman,” ujarnya.
Lain pula dengan Anca, Warga Bontang Baru ini sudah makan asam garam dunia e-sport. Tercatat, ia kerap bergonta-ganti permainan hanya untuk menjadi pemain profesional. Mulai dari Clash of Clans (COC), Clash Royale, dan Free Fire. Namun, pilihan hati kini jatuh pada gim Mobile Legend. Mengingat, jenis permainan yang cenderung adu strategi dengan banyak karakter hero ini lebih menarik.
Ia mengaku tidak pernah absen bermain tiap harinya. Tercatat selama empat jam matanya hanya terpusat pada smartphone miliknya. “Tujuan bermain lebih ke mengisi kekosongan waktu saja,” ungkap Anca.
Sengaja, pria yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara bermain setelah bekerja. Warkop atau kafe pun menjadi pusat tongkrongannya. “Kalau di rumah itu tidak enak sama orang tua. Mau teriak pasti mereka (orang tua) terganggu dan itu biasanya reflek,” kata pria yang berusia 31 tahun ini.
Menurutnya, kepuasan saat bermain gim ialah menunjukkan peringkat ke rekannya. Baik teman di sosial media maupun di lingkungan tempat tinggal. “Ada gengsi yang diperebutkan. Kalau peringkat lebih tinggi biasanya puas,” tuturnya.
Keinginannya ialah menjadi pemain e-sport profesional. Namun, dia sampai saat ini dia belum pernah mengikuti kejuaraan. Anca mengaku sempat ingin mendaftar kejuaraan Mobile Legend dua bulan lalu. Tetapi, rekan-rekannya belum siap bertanding. Mengingat gim ini dibutuhkan lima pemain.
Belum lagi, wadah seperti Indonesia e-Sports Association (IeSPA) di Bontang urung terbentuk. Sehingga komunitas pencinta gim pun masih minim. Bahkan, kejuaraan pun tidak seintensif kota besar semacam Samarinda, Surabaya, maupun Jakarta. “Saya berharap ada wadah sehingga ada wakil Bontang yang bisa menjadi pemain profesional,” harapnya. (ndu/k18/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post