SAMARINDA-Lagi-lagi Jembatan Mahakam, Samarinda ditabrak. Kemarin (28/4) Tongkang Indo Sukses 25 yang mengangkut kayu menabrak jembatan yang selesai dibangun pada 3 Agustus 1986 itu. Ini menjadi insiden yang kesekian kali di jembatan tua yang minim perawatan itu.
Dari pantauan Kaltim Post kemarin, yang ditabrak adalah pilar utama (P3) Jembatan Mahakam sekitar pukul 06.10 Wita. Adapun tongkang itu ditarik oleh Tugboat Capricorn 126.
Setahun lalu, fender Jembatan Mahakam ditabrak Tongkang Bahari Perdana yang bermuatan batu bara. Selama 2018, pelindung jembatan dua kali ditabrak. Jika sebelumnya ada lima fender, kini hanya tersisa dua. Kejadian kemarin, fender tersisa tak berfungsi maksimal. Padahal, peran fender sangat vital. Bisa mengurangi benturan antara kapal dengan pilar utama jembatan.
Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Klas II Samarinda Captain Dwi Yanto menjelaskan, sudah mendengar kejadian tersebut. “Sudah tahu, dipanggil dulu kru kapal untuk dimintai keterangan,” ujarnya. Termasuk pemilik kapal dan muatan.
Diungkapkan eks kepala KSOP Benoa, Bali itu, sementara kapal ditambatkan di tempat khusus. Agar tak mengganggu alur pelayaran kapal-kapal lainnya di Sungai Mahakam. “Diamankan dulu, sambil muatannya dikurangi,” sambungnya.
Berdasarkan catatan, Februari 2018 lalu, tugboat bertuliskan Capricorn bermuatan kayu, juga bermasalah, yakni menghantam fender jembatan. Bahkan, penyelesaian pengadaan ulang fender, belum jelas sampai saat ini. “Kalau kejadian pertama, saya belum ada di sini. Jadi saya enggak tahu persis,” kata Dwi.
Kaltim Post menelusuri kondisi pilar jembatan yang dihantam. Menyewa perahu. Lebih dekat dilihat, tampak bekas gesekan di pilar. Saat itu kapal masih ditambatkan di perairan Sungai Mahakam, tak jauh dari Masjid Darunni’mah di Jalan Slamet Riyadi, Sungai Kunjang. Agar tak terlihat jelas, Tugboat Capricorn 126 yang menarik tongkang bermuatan kayu, menutupi bagian tongkang yang berbenturan.
Senada dengan Dwi, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XII Kaltim-Kaltara Refly Tangkere yang dikonfirmasi harian ini mengaku sudah mengetahui kejadian tersebut. “Ya, tadi sudah mendapat informasi,” ungkapnya. Namun dia belum bisa berkomentar banyak. Refly menyebut, secepatnya akan mengirimkan tim untuk melakukan investigasi. Agar mengetahui kondisi jembatan. “Besok (hari ini) bisa saja langsung turun, yang jelas harus segera,” tambahnya.
Sebelumnya, sempat dinyatakan masih aman oleh BPJN XII Kaltim-Kaltara, hal itu tak bisa disahihkan. Pasalnya, usianya yang tak lagi muda, ditambah beberapa kali ditabrak, tentu bisa membuat proyek yang dibangun era Presiden Soeharto itu runtuh. Fender atau pelindung jembatan yang sejatinya bisa melindungi pilar, tak kunjung dibangun kembali.
Tidak adanya fender, membuat jembatan tak aman bila terjadi benturan. Secara visual, jembatan sepanjang 400 meter itu masih aman untuk dilintasi. “Asal jangan ada penumpukan kendaraan, terlebih truk bermuatan di atas 8 ton,” ungkap Refly.
Atas dasar tersebut, jajaran Satlantas Polresta Samarinda pun membuat kebijakan, truk-truk diarahkan melalui Jembatan Mahakam Ulu (Mahulu). Apalagi, dalam waktu dekat, Jembatan Mahakam IV di sebelahnya juga segera beroperasi. Memerlukan perangkat pelindung yang sama.
Jauh sebelum kejadian, BPJN pernah mengirimkan desain fender ke KSOP Klas II Samarinda, yang sejatinya mampu melindungi pilar utama jembatan. Dari data yang diperoleh Kaltim Post, fender tersebut akan dibangun 12 meter dari pilar utama (P3).
Terdiri dari dua dolphin (semacam bundaran) untuk melengkapi dua dolphin yang sudah ada. Setiap dolphin diameternya 8 meter dan berisi tujuh tiang pancang baja diameter 1 meter dan ditancapkan dengan kedalaman 60 meter. Setiap dolphin juga dilapisi karet yang didesain sedemikian rupa dengan ketebalan 50 sentimeter. (*/dra/rom/k16/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post