bontangpost. id – Manajemen Hotel Grand Mutiara angkat suara perihal penunjukkan bangunan hotel sebagai rumah sakit satelit RSUD. Pengelola Hotel Grand Mutiara Roy mengaku belum mendapatkan kabar dari pihak terkait. Baik dari Pemkot maupun RSUD Taman Husada.
“MoU belum ada. Bahkan pembicaraan secara informal pun juga belum kami dapat,” kata Roy.
Ia menyatakan bakal memasang tarif berbeda jika Pemkot mengambil keputusan itu. Mengingat pasien yang dirawat ialah pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan status gejala ringan dan sedang. Kondisi ini berbeda dengan sebelumnya, kala itu pasien yang dilayani berstatus orang tanpa gejala (OTG).
“Kalau dilakukan bisa saja cost berbeda. Karena ini memengaruhi bisnis jangka panjang di dunia perhotelan. Stigma bangunan itu akan melekat kepada setiap orang,” ucapnya.
Terlebih, manajemen pun telah mulai mempromosikan hotel di masa penormalan baru ini. Akhir bulan ini bahkan ada salah satu event yang menyasar di hotel yang berlokasi di Jalan Arif Rahman Hakim, Belimbing. “Ada event dari Malang. Sudah kami ambil sehingga tidak bisa dibatalkan,” tutur dia.
Persyaratan khusus pun dipatok oleh manajemen. Tiap harinya, pemkot wajib memesan minimal 50 kamar. Dari 100 kamar yang telah siap digunakan di bangunan Merah dan Kuning. Pada bangunan ini tipe kamar ada yang satu ranjang atau twin bed. Namun, fasilitas kamar bisa diubah bergantung pemesanan.
Jika diambil, maka fasilitas seperti spa dan restoran akan ditutup sementara waktu. Sebelumnya manajemen mematok harga Rp 500 ribu per kamar untuk satu harinya. Nominal anggaran itu tanpa pemberian fasilitas makan.
“Ini dilema karena menyangkut tugas sosial dan bisnis. Dan harus ada kepastian sampai kapan dipakainya,” terangnya.
Saat menghubungi stafnya, ia membenarkan pihak perwakilan RSUD Taman Husada telah melakukan survei. Tepatnya pada Rabu (7/10) pagi hari. Akan tetapi, saat disinggung ruang apa saja yang dikunjungi, ia tidak mengetahuinya.
“Mungkin meleihat tata letak bangunan, kelayakan, dan fasilitas,” ujar dia.
Sebelumnya, Pemkot Bontang telah mengambil kebijakan seiring overloadnya ruang isolasi pasien Covid-19 di RSUD Taman Husada. Bukan penunjukkan ruangan di fasilitas kesehatan tersebut. Melainkan menunjuk Hotel Grand Mutiara sebagai rumah sakit satelit.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur RSUD Taman Husada dr I Gusti Made Suhardika. Nantinya di lokasi tersebut digunakan untuk merawat pasien terkonfirmasi dengan gejala ringan dan sedang. “Nanti yang mengelola itu kami (manajemen RSUD),” kata dr Gusti.
Disiapkan 40-45 kamar. Prosedur penanganan di rumah sakit satelit ini nantinya sama dengan di RSUD Taman Husada. Empat dokter umum bakal bertugas. Sementara dokter spesialis sifatnya hanya melakukan kunjungan. Satu perawat nantinya menangani 3-5 pasien di rumah sakit satelit.
Saat ini manajemen masih melakukan konsolidasi lebih lanjut. Mengingat harus ada struktur organisasi. Sesuai dengan regulasi yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Diprediksi masa persiapan ini membutuhkan waktu dua pekan. Pun demikian dengan penyiapan tempat sebagai depo obat.
“Kami harus siapkan SDM baru operasional,” pungkasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post