bontangpost.id – Misteri masih menyelubungi kematian dua anak di Desa Pagat, Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah. Hingga kemarin, petugas kepolisian masih memeriksa beberapa saksi untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada Rabu, 25 November itu.
“Kami sudah memeriksa dua saksi. Tapi belum menemukan fakta baru. Kemungkinan akan ada tambahan saksi yang dimintai keterangan,” kata Kasat Reskrim Polres HST, AKP Dany Sulistiono, Kamis (26/11).
Apakah belum ada dugaan awal setelah meninjau langsung ke TKP untuk mengumpulkan bukti-bukti? “Kondisi TKP berantakan. Tapi belum berani menyimpulkan apa-apa kami menunggu hasil pemeriksaan saksi-saksi,” lanjutnya.
Sejauh ini, polisi sudah mengamankan S, wanita 27 tahun ibu kandung dua anak itu. KTP dan kartu keluarganya serta baju anaknya, bocah lelaki berusia 6 tahun berinisial MNK dan adik perempuannya, SNH berusia 3 tahun.
Kejadian memilukan ini terjadi pada Rabu (25/11) tadi. Bermula dari warga desa yang lewat di depan rumah S dan mencoba menanyakan MNK dan SNH. Dua anak itu biasanya bermain di pekarangan.
S kemudian mengatakan kedua anaknya sudah dibunuh. “Setiap warga menanyakan hal itu jawabannya selalu sama,” ucap seorang tetangga yang namanya enggan namanya disebut.
Karena curiga S serius dengan kata-katanya, warga pun mulai mendatangi rumahnya. Rumah itu ternyata terkunci dari dalam. Seorang warga yang mencoba mengintip melihat sesuatu yang mengejutkan. Kedua anak itu ternyata sudah terkapar tanpa baju. Sementara S yang juga telanjang, mulai berteriak. “Jadi kami tidak berani masuk ke dalam rumah sebelum polisi datang,” lanjutnya.
Setelah polisi datang mereka kemudian masuk dengan mencongkel pintu rumah. Di dalam MNK dan SNH sudah tak bernapas. Sementara S langsung ditutupi dengan kain dan dibawa ke kantor polisi.
Saat diamankan itu, S mulai histeris. Ia meracau tak jelas. Videonya yang sedang mengoceh itu belakangan viral di media sosial.
S sendiri adalah janda. Dia diduga mulai mengidap depresi setelah suaminya meninggal sebulan lalu. Suaminya berprofesi sebagai tukang bangunan. Polres HST saat ini masih menunggu hasil observasi kejiwaan di RS Kandangan untuk melihat kondisi kejiwaan S.
Namun dugaan depresi itu berlawanan dengan pernyataan adik ipar S, Haji Ipul. Sebab sehari sebelum kejadian S sempat datang ke warungnya yang letaknya sekira 50 meter dari TKP untuk membeli air minum. Saat itu, tidak ada keanehan. S dalam keadaan sehat walafiat.
Haji Ipul juga baru mengetahui jika dua keponakannya meninggal setelah puluhan warga berduyun-duyun mendatangi rumah S. Ia langsung mengamankan anak tiri S yang baru berusia 10 tahun. Bocah perempuan itu sempat kabur setelah melihat dua adiknya tak bernyawa lagi.
“Katanya, dia (anak tiri S) melihat pembunuhan itu. Tapi dia tidak berani cerita karena takut,” ucap Ipul yang langsung membawa bocah itu ke rumah keluarga di desa Waki, Hantakan.
Si anak tiri ini pun sudah diperiksa oleh polisi sebagai saksi. “Saat ditanya dia menjelaskan kalau kedua adiknya itu meninggal karena dibalut dengan kain seluruh tubuh seperti pocong sampai tidak bisa bernafas,” kata Haji Ipul menceritakan kembali.
Jika kesaksian ini benar, ini sekaligus menjawab penyelidikan polisi atas cara S menghabisi dua anaknya. Saat mereka ditemukan, tidak ada darah dan luka lebam. (mal/ran/ema/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post