bontangpost.id – Tingginya mobilisasi masyarakat yang menggunakan moda transportasi laut menjadi perhatian Satgas Penanganan Covid-19. Wakil Ketua I Satgas Letkol Arh Choirul Huda mengatakan jumlah penumpang yang datang di Pelabuhan Loktuan dari keberangkatan sebelumnya rata-rata melebihi ketentuan 50 persen kapasitas kapal.
“Ini yang menjadi atensi saya. Terutama saya menyoroti jumlah yang datang,” kata Letkol Arh Choirul Huda.
Pasalnya kondisinya bahkan ada yang melebihi 100 persen. Padahal penambahan memang diizinkan tetapi tidak sampai overload. Jika ini ini dibiarkan maka dua aspek tidak dijaga. Baik dari segi keamanan maupun kesehatan penumpang. Mengingat penumpang harus berdesakan di dek kapal.
“Beberapa kali saya terima informasi melebihi 100 persen. Bontang sudah dijaga secara ketat tetapi di pelabuhan sebelumnya seperti dibiarkan,” ucapnya.
Ia pun meminta instansi yang memiliki ranah di sektor perhubungan laut untuk turun tangan. Berkoordinasi dengan aparatur di rute keberangkatan sebelumnya. Supaya tidak terjadi penumpukan penumpang di dalam kapal. Bentuknya dengan mengirimkan surat peringatan.
“Saya minta untuk segera berkoordinasi dengan instansi di Pelabuhan Awerange dan Pare-Pare,” tutur dia.
Dijelaskan Choirul, dibutuhkan ketegasan dalam mengambil keputusan. Perihal jumlah penumpang yang akan berangkat. Tentunya dengan pendekatan persuasif kepada masyarakat. Bila itu dilakukan dan masyarakat memahami tentu tidak akan terjadi aksi anarkis di area pelabuhan bersangkutan.
“Butuh ketegasan karena ini menyangkut kemaslahatan orang banyak,” terangnya.
Sejauh ini, ia membenarkan ada penambahan jumlah penumpang dari Pelabuhan Loktuan. Tetapi instansi terkait di sini selalu meminta restu kepada satgas. Sekalipun itu jumlahnya minim. Pria yang juga menjabat sebagai Dandim 0908/BTG ini menggaransi penambahan kapasitas tidak melebihi 75 persen.
“Ada memang penambahan tetapi sifatnya kasualistis. Tidak selalu capai 75 persen,” sebutnya.
Senada, Sekretaris Kota (Sekkot) Bontang Aji Erlynawati juga meminta Dinas Perhubungan untuk melakukan koordinasi dengan pelabuhan keberangkatan sebelumnya. Karena mekanisme keberangkatan penumpang di daerah awl belum tentu sama dengan di Bontang.
“Itu yang dikhawatirkan. Kalau di sini selalu harus menyodorkan hasil pemeriksaan rapid antigen dan pengukuran suhu,” terangnya.
Dalam waktu dekat, Satgas akan mengevaluasi terkait kebijakan PPKM Mikro selama ini. Termasuk dengan langkah penanganan lonjakan penumpang di Pelabuhan Loktuan.
Diketahui, indikasi lonjakan penumpang yang turun terlihat saat kedatangan perdana yang boleh mengakut penumpang pada 21 Mei. Kala itu jumlah penumpang turun melalui KM Egon mencapai 439. Pun demikian dengan penumpang yang naik yakni 306. Dari kapasitas kapal sesuai regulasi yakni 217 penumpang.
Selanjutnya puncak lonjakan penumpang yang datang terjadi pada 29 Mei pada KM Binaiya. Kala itu jumlah penumpang turun tercatat 890 orang. Sementara penumpang berangkat menuju Awerange juga tinggi yaitu 651 orang. Dua hari berselang jumlah penumpang turun sebanyak 426, sedangkan yang berangkat 666 orang. Dari kapasitas kapal sesuai regulasi yakni 500 penumpang.
Kedatangan KM Egon pada 4 Juni lalu mengkalkulasi penumpang tiba di Pelabuhan Loktuan sejumlah 473. Adapun penumpang yang naik hingga 327 orang. Ia pun belum bisa memprediksi lonjakan penumpang di kedatangan selanjutnya. Sesuai jadwal kedatangan selanjutnya ialah KM Binaiya pada 12 Juni mendatang.
Jumlah bombastis penumpang turun terjadi pada 12 Juni dengan KM Binaiya. Kapal ini mengangkut 932 penumpang dari pelabuhan Awerange. Sementara yang naik hanya 654. Terakhir pada 14 Juni jumlah penumpang turun tercatat 442 dan naik 819 orang. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post