Sudah saatnya tigalisme yang bersemayam di tubuh KNPI melebur jadi satu. Masing-masing kubu harus menyadari, enam tahun menjalani masa perpecahan adalah sikap yang merugi.
bontangpost.id – Perpecahan di tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bontang sudah terjadi sejak 2015 silam. Terbukti dengan muncul- nya tiga versi kepengurusan yang hingga kini tak kunjung menyatu.
Pertama, kubu Abdul Rasyid yang dikukuhkan pada 2015. Lalu, kubu Achmad Faisal yang kepengurusannya dilantik pada 2016. Dan terakhir, KNPI versi Supriyadi yang berdiri sejak 2017 lalu (baca juga laporan khusus KNPI Bontang di Kaltim Post edisi Kamis, 28 Oktober 2021, di halaman 20).
Ternyata, setelah 6 tahun konflik berjalan, tumbuh keinginan yang kuat dari masing-masing kubu untuk bersatu. Tidak terpecah tiga seperti sekarang. Sebab, perpecahan ini membuat kekuatan mereka tak utuh. Pergerakan terbatas. Dan kepercayaan publik sukar diraih.
Ada harapan yang diutarakan masing-masing kubu. Pertama, Abdul Rasyid. Ada tiga poin harapan ia utarakan dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini. Yakni, berharap para pemuda terus berkarya, tidak berhenti walau sedang ada polemik di internal organisasi.
Pemuda bisa berkarya secara individu, di OKP atau di KNPI. Rasyid turut berharap di pengujung 2021 ini KNPI bisa menyatu, terlebih Kaltim telah ditetapkan sebagai ibu kota negara (IKN) baru.
“Tak akan habis karya buat dinikmati sendiri. Harus ditularkan,” ujar Rasyid.
Terakhir, ia berharap agar pengelolaan Graha Pemuda dikembalikan ke KNPI. Pasalnya, kata Rasyid, gedung itu merupakan hasil perjuangan para senior KNPI di Pemprov Kaltim. Kalau pun KNPI masih berpolemik, berikan pengelolaan ke OKP. Berikan mereka hak untuk menduduki gedung yang telah diperjuangkan senior mereka.
Sementara kubu Achmad Faisal atau akrab disapa Ichal, berharap agar anak muda terus bergerak, jangan berhenti berkreasi. Tumpuan bangsa ada di pundak mereka. Jadi pemuda yang aktif, lakukan sesuatu untuk negeri dan daerah.
Ia pun berharap, ke depan, KNPI dinakhodai anak muda yang progresif, cerdas, gesit, dan paham problematik yang terjadi di daerahnya.
“Kita tentu ingin KNPI satu lagi,” tegasnya.
Terakhir, kubu Supriyadi menekankan bila pemuda harus siap dalam menghadapi tantangan ke depan. Pemuda Bontang nilai tawar dan punya daya saing. Terlebih Indonesia bakal menghadapi bonus demografi. Jangan sampai angkatan yang mestinya bisa mencetak banyak karya, justru tidak produktif. Apalagi cuma jadi penonton.
Yadi -sapaannya- optimistis, KNPI bisa satu lagi. Dengan catatan, seluruh pihak mau menurunkan ego, menyatukan perspektif. Wadah semacam KNPI pun diperlukan pemuda. Sebab untuk menyatukan gagasan hebat, dibutuhkan wadah yang hebat pula.
Dan KNPI, terkhusus di Bontang, sudah membuktikan itu. Ketika kegelisahan anak muda berbuah perjuangan Bontang jadi kota yang otonom. “Bersatu dulu. Satukan perspektifnya,” tandasnya. (edw/ind/k15)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post