“Hancur Sudah Harapan Saya”
AWALUDDIN mencoba tegar. Tepat sepekan sejak kepergian sang istri, Ida Ayu yang meninggal karena meningitis dan TBC, dia juga mesti rela melepas kepergian putra semata wayangnya.
Ahmat Alfiansyah, bayi berusia setahun lebih tiga bulan itu meninggal Kamis (19/1) malam, pukul 23.40 Wita akibat sakit paru-paru dan gizi buruk yang dideritanya.“Hancur sudah harapan saya,” ujar Awaluddin dengan mata berkaca-kaca.
Air mata mulai memenuhi kantong matanya saat mengisahkan ihwal meninggalnya sang buah hati. Di hari nahas itu, putranya sempat mengalami koma dengan kondisi tubuh menurun secara drastis. “Para perawat berusaha menstabilkan denyutnya. Kondisinya drop,” tambahnya.
Nyawa Alif, begitu balita ini akrab disapa, pada akhirnya tidak tertolong. Setelah berbagai upaya dilakukan, termasuk transfusi satu kantung darah akibat kadar trombositnya yang berkurang. Dalam kondisi kritis, kesadaran Alif memang naik turun. Bahkan sempat keluar darah dari telinga dan hidungnya.
Hingga kemudian dia dipindahkan dari ruang Cempaka untuk dirawat intensif di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Taman Husada Bontang. Di sanalah Alif mengembuskan napas terakhirnya. Rupanya, sebelum kepergian Alif, Awaluddin sempat mendapat firasat tidak menyenangkan hari itu. “Perasaan saya tidak enak. Sempat gelisah, tidur tidak nyenyak. Ternyata kejadian, Alif meninggal,” ujarnya lirih.
Kematian Alif menambah duka di hati pria kelahiran Makassar, 31 tahun lalu ini. Pasalnya, sepekan sebelumnya, istri terkasihnya Ida Ayu (24) meninggal dunia di rumah sakit yang sama karena meningitis dan TBC. Penyakit paru-paru yang diderita Alif, kemungkinan tertular dari sang ibunda.
Dijelaskan Awaluddin, saat lahir kondisi Alif sebenarnya sehat. Namun di bulan ketiga, kondisi putranya memburuk di usia tiga bulan. Tubuhnya dilanda demam berkepanjangan. Lahir dari pasangan yang menikah siri, Alif tidak memiliki akte kelahiran. Imbasnya, dia tidak memiliki jaminan kesehatan. Kondisi keuangan Awaluddin yang sehari-hari bekerja di bangunan tidak mencukupi untuk memenuhi biaya berobat baik anak dan istrinya.
“Alif masuk rumah sakit tanggal 3 Januari, delapan hari setelah ibunya masuk rumah sakit. Dan sekarang dia meninggal tujuh hari setelah ibunya meninggal,” kisah Awaluddin.
Pria yang juga tengah sakit demam ini mengungkapkan, kematian Alif semakin membuat perasaannya hancur. Impiannya untuk membangun keluarga hingga usia tua pun pupus sudah. Karenanya saat dia belum tahu apa yang akan dilakukannya ke depan. Saat ini, dia fokus untuk menggelar tahlilan untuk putranya tersebut.
“Saya tidak tahu sekarang harus bagaimana. Saat ini belum bisa kemana-kemana. Mau mengelar baca-baca terlebih dulu untuk Alif,” sebutnya.
Sebelumnya, penderitaan Alif sempat mendapat simpati dari masyarakat Kota Taman. Banyak warga Bontang yang memberikan bantuan berupa dana dan dukungan bagi kesembuhan Alif. Termasuk Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni turut menjenguk Alif pada Minggu (15/1) lalu. Dalam kunjungan tersebut, Neni membantu biaya untuk pengobatan Alif.
Kini Alif telah berpulang. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Pisangan, selepas salat Jumat (20/1) kemarin. Setelah sebelumnya sempat disemayamkan di kediaman Sanudding, tetangga Awaluddin yang sudah dianggap keluarga sendiri di Jalan Selayar RT 12 Tanjung Laut. Selain tetangga dan kerabat Awaluddin, istri wakil wali kota Bontang Basri Rase, Hapidah turut hadir memberikan ucapan belasungkawa atas kepergian Alif. Selamat jalan Alif. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: