Aktivitas Tambang Batu Bara Hambat Pembangunan Tol Balikpapan-Samarinda

KIAN DEKAT DENGAN OPERASIONAL: Jalan Tol Balikpapan-Samarinda di Seksi 2 yang sudah terlihat mulus. Terlihat jembatan untuk aktivitas hauling batu bara dari perusahaan tambang.FUAD MUHAMMAD/KALTIM POST

BALIKPAPAN–Aktivitas pertambangan batu bara sudah berdampak ke Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam). Sejumlah titik lubang bekas tambang disebut turut menghambat progres pengerjaan. Pemerintah meminta perusahaan menyetop aktivitas penambangan emas hitam tersebut.

Dua hari lalu, media ini menyusuri megaproyek Rp 9,97 triliun itu. Mobil yang ditumpangi Kaltim Post melaju melalui Jalan Mulawarman menuju Batakan, Balikpapan Timur. Masuk melalui Seksi 5 di dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar.

Di sini, sejumlah truk dan alat berat terlihat lalu lalang menyelesaikan pekerjaan seksi yang akan menghubungkan Kilometer 13 ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan.

Seksi 5 kini dipecah pembangunannya. Ada dua. Seksi 5 dan Seksi 5A. Seksi 5 dianggarkan dari APBN dengan skema APBN dan loan dari Tiongkok. Dikerjakan Beijing Urban Construction Group–PT Wijaya Karya–PT Pembangunan Perumahan. Nilai kontraknya Rp 848 miliar. Sedangkan Seksi 5A anggarannya dari APBN. Dikerjakan oleh PT Wijaya Karya. Dengan nilai kontrak Rp 221 miliar lebih.

Akhir Juli 2018, terakhir kali media ini melalui jalan ini, kondisinya masih tanah. Namun, Kamis (14/2) kondisinya sudah rigid. Bahkan untuk jalur kanan, satu lajurnya sudah dilapis dua.

Namun, rigid berakhir setelah berkendara sekitar 10 menit. Tanah kembali menyapa. Bahkan seperti kunjungan terakhir, mobil harus mengambil jalan alternatif. “Lagi pematangan lahan,” kata seorang pekerja.

Jalan alternatif menuju Seksi 1. Sayangnya mobil kembali tak bisa masuk ke badan jalan tol. Ada pekerjaan alat berat yang menghalangi. Kembali bertanya kepada pekerja, terpaksa perjalanan dilanjutkan melalui Jalan Soekarno-Hatta. Keluar lewat Transad Kilometer 8, Balikpapan Utara. Melalui kampus Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Migas. “Lagi ada pengangkatan pipa. Tak bisa dilalui,” ujar pekerja yang Kaltim Post temui di Transad Kilometer 8.

Sampai di Kilometer 13, mobil melakukan manuver. Masuk tol mengarah ke Samboja. Ingin kembali merasakan berkendara di tol, tapi kembali mendapat halangan. Sekuriti yang ditemui menyebut mobil tak bisa melintas. Sedang ada pekerjaan.

Upaya untuk masuk melalui Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH) Kilometer 23 juga urung dilakukan. Jalan masuk ke tol diportal. Tol disebut harus steril. Khawatir ada balapan liar dan pencurian aksesori tol yang sudah dipasang. Keinginan untuk kembali melintasi Jembatan Sungai Manggar tak bisa dilakukan.

Untuk Seksi 1 (Kilometer 13–Samboja) diketahui dikerjakan dari anggaran multiyears APBD Kaltim. Rp 1,425 triliun dikucurkan untuk lima segmen.

Segmen 1 dikerjakan PT Wijaya Karya (panjang 4,8 kilometer nilai kontrak Rp 322,3 miliar, PT Bangun Cipta Kontraktor (panjang 3,45 kilometer nilai kontrak Rp 238,2 miliar), PT Adhi Karya (panjang 5,9 kilometer nilai kontrak Rp 317,7 miliar), PT Hutama Karya (panjang 3,9 kilometer nilai kontrak Rp 273,5 miliar), dan PT Waskita Karya (panjang 3,28 kilometer nilai kontrak Rp 273,6 miliar). “Tidak bisa masuk. Sedang ditutup penuh jalurnya,” ujar sekuriti itu.

Upaya merasakan mengaspal di tol kembali dilakukan. Mobil kembali melaju di Jalan Soekarno-Hatta. Sampai di Kilometer 38, belok kanan ke Kelurahan Sungai Merdeka, Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar). Persimpangan dari Seksi 2 ini, Jalan Sungai Merdeka dialihkan. Dibuatkan jalan baru untuk kendaraan bisa melintas. Namun, ada pemandangan berbeda. Ketika belasan pria berseragam cokelat berkumpul.

“Ada yang komplain. Tanah yang diganti rugi buat tol menolak tanahnya digusur. Karena pembayarannya tidak sesuai dengan luas tanahnya,” ujar pemilik warung yang disinggahi media ini.

Tol Balsam memang sejak lama selalu diadang pembebasan lahan. Di Seksi 2 ini misalnya. Selain pembebasan tanah warga, Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto juga disebut menjadi kendala. Terbaru, sekitar 70 warga Sungai Merdeka menuntut ganti rugi atas tanam tumbuh mereka.

Grafis: Kaltim Post

Camat Samboja Ahmad Junaidi yang dihubungi media ini mengaku sudah melakukan upaya mediasi. “Tanam tumbuh mereka digusur. Ganti rugi tak dilakukan dengan alasan berada di luar area pemanfaatan lain (APL) tahura,” ujar Junaidi.

Seksi 2 (Samboja–Muara Jawa) menjadi ruas terpanjang tol. Totalnya 30,975 kilometer. Ditangani PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS). Yang juga menangani Seksi 3 dan Seksi 4. Kontraktornya PT Wijaya Karya. Dengan nilai kontrak Rp 6,58 triliun untuk tiga seksi tersebut.

Upaya untuk mengetahui lokasi lubang bekas galian tambang pun dilakukan. Sayang beberapa kali media ini menaikkan drone di Seksi 2, 3, dan 4, tak ada tanda-tanda lubang bekas galian tambang yang bersinggungan langsung dengan tol.

Informasi kemudian diperoleh dari Kepala Balai Pengelola Jalan Nasional (BPJN) XII Kaltim-Kaltara Refly Ruddy Tangkere. “Memang sebelumnya ada beberapa titik lubang bekas galian tambang. Dari Seksi 2 hingga 4. Tapi sudah ditangani. Sekarang tersisa satu titik,” kata Refly.

Titik tersebut disebut Refly berada di antara Seksi 2 dan 4 jalan tol. Refly menyebut sudah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim. Surat disebut telah dilayangkan kepada perusahaan tambang. Karena galian sudah masuk dalam buffer zone jalan tol. “Buffer zone kami itu 60 meter. Dan aktivitas mereka (tambang) sudah masuk buffer zone. Sudah terlalu dekat,” kata Refly.

Meski sudah ada surat dari Dinas ESDM Kaltim kepada perusahaan tambang tersebut, Refly berharap, perusahaan tak meneruskan aktivitasnya di buffer zone. Jangan sampai setelah itu perusahaan bandel. “Jangan sampai sudah berhenti, dua minggu kemudian mereka lanjut (menambang). Semoga ada komitmen dari perusahaan mengenai aturan,” ujarnya.

Ditanya berapa titik penambangan batu bara yang sempat mengambat proyek? Refly mengaku tak memegang data. Menurut dia, perlu direkapitulasi terlebih dahulu.

Sebelumnya, lubang bekas galian tambang di Kelurahan Bantuas, Kecamatan Palaran, tak hanya mengancam bangunan SMP 33 Samarinda. Namun juga berdampak pada proyek Tol Balsam. Meski demikian, masalah tersebut dianggap sudah klir. “Di sana sebagian jalan tol sudah di-redesign,” ucap Direktur Utama PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS) STH Saragi, Selasa (12/2).

Desain ulang tersebut berupa pile slab. Ditangani dengan timbunan dan treatment dengan mini pile, geotekstil, dan penggantian material tanah. Semua sudah ditangani oleh konsultan desain. “Secara teknis tidak mengganggu,” tegas Saragi.

Adapun, data terakhir yang diterima media ini dari BPJN XII Kaltim-Kaltara, hingga 14 Februari 2019, progres untuk pembebasan lahan tol sepanjang 99,35 kilometer sudah di angka 99,18 persen.

Sementara itu, realisasi konstruksinya ada di 83,667 persen. Dari Seksi 1 hingga Seksi 4, kemungkinan target operasinya pada April 2019. Sementara untuk Seksi 5 operasinya Mei 2019. Dan Seksi 5A target operasinya pada Juni 2019 meski main road akan dirampungkan April 2019. (lihat grafis). (*/rdh/rom/k8/kpg)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version