bontangpost.id – Kondisi pandemi Covid-19 berimbas pada sektor perekonomian. Belakangan ini harga kedelai melonjak drastis. Kondisi ini dikeluhkan oleh pengusaha pengrajin tahu dan tempe (PTT) Bontang.Mereka pun mengancam akan menyetop produksi pada 27-28 Mei mendatang.
Keputusan itu tertuang dalam SK nomor 01.004/PPTKB/5/2021 yang dikeluarkan oleh gabungan pengusaha di bidang tersebut. Tertanggal 22 Mei 2021. Salah satu pengrajin Mudawam mengatakan langkah itu diambil agar pemerintah mengambil kebijakan terhadap harga kedelai yang melonjak hampir dua kali lipat dari kondisi normal.
“Sebelum pandemi harga per karung berkisar Rp 375 sampai 385 ribu. Sekarang menjadi Rp 580 ribu. Pasokan diambil dari Samarinda, kalau Bontanglebih mahal lagi,” kata pengrajin yang berdomisili di Gang Rawa Indah, kelurahan Api-Api tersebut.
Diketahui satu karung kedelai berisi 50 kilogram. Menurutnya kondisi ini sudah melampui batas standar harga. Umumnya kenaikan hanya berkisar 5-10 ribu rupiah. Skema aksi ini diambil supaya masyarakat mengetahui adanya gejolak harga di komoditas kacang kedelai.
“Masyarakat kasihan jika harga tempe dan tahu tiba-tiba kami naikkan,” ucap pria yang sudah menekuni usaha ini sejak 30 tahun belakangan ini.
Sementara, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan (Diskop-UKMP) Asdar Ibrahim mengatakan bakal mengadakan pertemuan dengan PTT Bontang. Kegiatan itu akan dihelat Senin (24/5)di Ruang Rapat UPT Pasar, 13.30 Wita.
“Tujuan pertemuan ini untuk memfasilitasi dan menjembatani saja. Karena persoalan kenaikan harga kedelai ini sifatnya global. Bukan hanya di Bontang,” sebut Asdar.
Pasalnya hampir seluruh daerah mengalami kelangkaan pasokan kedelai. Berdasarkan koordinasi dengan Pemprov Kaltim, jumlah suplai kedelai impor dari Tiongkok mengalami penurunan. Ditambah harga kedelai dari Amerika juga meningkat di pasar dunia.
Solusi yang akan ditawarkan ialah pengusaha tahu dan tempe dapat menyesuaikan harga jual. Selaras dengan kenaikan harga bahan baku produksi. Meski demikian, peningkatan harga jual tempe dan tahu diharapkan tidak naik 20 persen dari ambang batas normal. Sehingga tidak mempengaruhi daya beli konsumen.
“Karena ini situasi pandemi. Harapan kami harga kedelai segera normal. Supaya gejolak harga ini tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu,” pintanya.
Mengacu koordinasi dengan pemerintah pusat, sebenarnya pasokan kedelai masih terbilang aman. Tetapi ada keterlambatan dalam pendistribusian ke daerah. Sementara kebutuhan pasca lebaran juga mengalami lonjakan. Kondisi ini menimbulkan kenaikan harga kedelai. Tak hanya itu, Diskop-UKMP akan terus intens koordinasi dengan Pemprov Kaltim.
“Kami akan menunggu arahan lebih lanjut dari pemprov seperti apa terkait hal ini,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post