bontangpost.id – Menurunnya angka kemiskinan tidak membuat prevalensi stunting di Kaltim turun. Hal ini disampaikan dalam Dialog Percepatan Penurunan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem, Kamis (16/3/2023) di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang.
Presentase kemiskinan ekstrem Kaltim pada 2021 sebanyak 1,66 persen turun menjadi 1,55 persen di 2022. Tidak sejalan dengan penurunan itu, angka prevalensi stunting justru meningkat sebesar 1,1 persen. Maka dari itu, dilakukan pengkajian kembali dengan melakukan klarifikasi dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) masing-masing kabupaten/kota.
Saat ini, prevalensi stunting tertinggi di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 27,1 persen. Sementara tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi di Kabupaten Kutai Timur yakni sebesar 6,45 persen.
Disebutkan juga kendala-kendala dalam upaya penurunan stunting di berbagai daerah karena adanya keterbatasan tenaga kesehatan, akses jalan sulit, hingga peralatan pengukuran yang masih minim.
Melihat kondisi itu, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan akan terus berupaya melakukan percepatan penurunan stunting. Utamanya pendekatan data hasil SSGI dan e-PPGBM.
“Kami ingin membenahi pendekatan dan metode pengukuran dari hasil SSGI dan e-PPGBM dengan memastikan alat-alat standar digunakan di puskesmas dan posyandu. Distribusi peralatan akan dilakukan secepatnya,” kata Hadi.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post