bontangpost.id – Banjir besar di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, Kutai Timur, mulai surut. Jalan protokol, seperti Jalan Yos Sudarso I-IV di Sangatta Utara kini tidak lagi tergenang. Sementara Jalan APT Pranoto, belum bisa dilintasi kendaraan. Memasuki hari keempat banjir besar Kutai Timur, (22/3), ketinggian air bah di jalan itu masih cukup tinggi. Sekitar 40–50 sentimeter. Adapun di wilayah Sangatta Selatan, ketinggian air masih mencapai paha orang dewasa.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kutim Awang Nanta mengatakan, banjir di kedua kecamatan itu berangsur surut. Penurunan debit air terjadi sangat signifikan di Sangatta Utara. “Alhamdulillah air turun mencapai 20 sentimeter hingga 30 sentimeter,” katanya. Namun, BPBD Kutim belum bisa memprediksi kapan banjir besar yang menimpa kedua kecamatan itu benar-benar mereda. Sebab, dari rilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Sangatta, juga masih didominasi berawan dan hujan ringan dalam tiga hari mendatang.
Apabila hujan lebat tidak turun dan air laut tidak pasang dalam dua hari ke depan, dia meyakini debit air akan turun lebih cepat. “Semoga alam mendukung agar bencana segera berakhir,” harapnya. Dia menerangkan, di Sangatta Selatan, selain wilayah Masabang dan Kampung Kajang, ketinggian banjir memang masih tinggi. Sebanyak 18 perahu karet disiagakan untuk mengevakuasi warga. “Masih ada warga yang ingin dievakuasi. Meskipun kondisi air berangsur turun. Mungkin karena sudah menetap tiga hari di rumah, akhirnya mau dievakuasi. Kami telah berupaya menjamah semua kawasan. Meskipun sulit untuk dijangkau,” ungkapnya. Awang mengatakan, upaya evakuasi melibatkan Tim Tanggap Siaga Bencana (Tagana) dari Korem 091/ASN dan Brimob Samarinda.
Tim evakuasi juga ditugaskan mendistribusikan makanan siap saji hingga 15 ribu bungkus per harinya. “Ini sudah disebar melalui RT dan dusun,” terangnya. Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Tuah Benua (TTB) Kutai Timur Suparjan memastikan aliran air bersih kembali normal kemarin. Sebelumnya, sejak Sabtu (19/3), pasokan air bersih terhambat karena panel listrik di intake instalasi pengolahan air (IPA) terendam banjir. Akibatnya dua IPA sempat stop beroperasi.
“Level air telah melewati ambang batas aman dan telah menyentuh panel listrik intake. Makanya IPA Unit Sangatta Selatan kami hentikan operasinya,” sebut dia.
Kondisi serupa juga sempat menimpa panel intake IPA Kabo. Namun, sekarang intake Kabo sudah normal beroperasi. Meski demikian, pihaknya tetap berjaga-jaga mengantisipasi banjir kembali naik. “Banjir saat ini merupakan yang tertinggi dalam kurun 10 tahun terakhir. Petugas PDAM sudah kami siagakan 24 jam di unitnya masing-masing. Jika kondisi dinilai aman maka operasional seluruh IPA segera dioperasikan kembali,” paparnya.
Ditemui terpisah, kepala seksi lalu lintas angkutan jalan (LLAJ), Dinas Perhubungan (Dishub) Kutai Timur Awang Adi Juni Astara menerangkan, meskipun ada jalan yang belum bisa dilintasi, namun sebagian besar ruas jalan utama mulai dilintasi kendaraan.
Bahkan, banjir yang menutup akses jalan masuk ke pusat Kota Sangatta, mulai diizinkan untuk dilintasi. Dia menyebut, jalan yang masih tergenang air mencapai paha orang dewasa berada di Kilometer 1, simpang tiga menuju Sangatta Selatan.
“Jalan yang digunakan untuk melintas masih menggunakan satu jalur (buka tutup). Sejumlah titik juga masih ada perbaikan jalan longsor oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU), yang diakibatkan banjir, tepatnya di dekat Jembatan Pinang,” terangnya.
Awang Adi menambahkan, pihaknya juga bersinergi bersama Polres Kutim menempatkan personel di beberapa titik jalan yang masih tergenang air.
“Kami (Dishub) mengimbau masyarakat bisa sabar saat melintas dan ikuti arahan dari petugas di lapangan,” tuturnya. Banjir masih menggenangi Sangatta, Kutai Timur. Meski begitu, banjir disebut banyak disebabkan curah hujan yang tinggi. Sehingga, air pun menggenang berhari-hari di kecamatan ini.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kaltim EA Rafiddin Rizal mengatakan, dari informasi yang diperolehnya, banjir besar di Kutai Timur tahun ini akibat hujan lebat durasi lama. “Curah hujan tinggi, hampir tiap hari hujan berjam jam, ditambah dengan naiknya muka air laut di atas 1 meter,” katanya. Dia menambahkan, untuk tambang batu bara, hanya PT KPC yang masuk Sungai Sangatta. Sedangkan, untuk perkebunan sawit agak jauh ke hulu. “Pantauan teman-teman Kutim, aliran dari kegiatan tambang masih normal debitnya,” imbuh dia.
Sebelumnya, Dinamisator Jaringan Advokasi Pertambangan (Jatam) Kaltim Pradarma Rupang mengatakan, bila dibandingkan dengan banjir sebelum-sebelumnya, banjir di Kutai Timur sekarang daya rusaknya jauh lebih besar dalam 20 tahun terakhir. Hujan yang mengguyur Kutai Timur selama dua hari menunjukkan potret bagaimana rapuhnya Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan dari bahaya banjir.
Rapuhnya kawasan, lanjut Rupang bukan tanpa sebab. Disebabkan pembukaan hutan dan berganti menjadi tambang skala besar di wilayah hulu Sungai Sangatta.
“Jatam Kaltim menduga aktivitas pembongkaran hutan dan gunung yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan penyebab banjir selama tiga hari ini.
Banjir besar yang menerjang Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan diakui Pemkab Kutai Timur di luar perkiraan. Berdasarkan siklus, banjir seharusnya baru terjadi tahun depan. “Sekarang tahun ini. Memang lebih cepat setahun, prediksinya pada 2023,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutai Timur Aji Wijaya Rahman.
Dia menuturkan, banjir besar di Kutai Timur merupakan kategori musiman. Kejadian sebelumnya terjadi pada 2001 dan terakhir pada 2013. Terjadi dalam kurun sepuluh tahun sekali. Penyebabnya, curah hujan tinggi diikuti meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Sangatta. Sejak Sabtu (19/3), hujan lebat terjadi di Kutim. Perlahan, kawasan langganan banjir mulai terendam. Debit air kian tinggi hingga kemarin. Berdasarkan pantauan dalam dua hari terakhir, ketinggian banjir pada permukiman di bantaran Sungai Sangatta lebih 1 meter.
Dia menerangkan, jauh sebelum Kutai Timur menjadi kabupaten, pada 1983, banjir besar dibanding yang terjadi saat ini menimpa kawasan Sangatta. Membuat warga mengungsi di kapal-kapal. “Memang banjir musiman. Dulu kan (1983) belum ada pembukaan lahan. Belum ada pertambangan dan perkebunan,” ungkapnya. Jaya, begitu Aji Wijaya Rahman disapa menerangkan, banjir besar yang terjadi saat ini merupakan limpasan air dari kawasan Kecamatan Rantau Pulung. Di daerah hulu itu, juga terjadi banjir dengan ketinggian 2 meter. Curah hujan di kecamatan itu dilaporkan sedang tinggi-tingginya. Dia meyakini, banjir yang menimpa Sangatta bisa saja berlangsung lebih tiga hari. (riz/k8)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post