bontangpost.id – Selama dua pekan di Januari ini angka penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai 41 kasus. Dinas Kesehatan (Diskes) memastikan untuk kasus terbanyak disandang oleh Kelurahan Berebas Tengah. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Nur Asma mengatakan kelurahan tersebut terdapat 12 kasus.
“Angka ini masih terus dinamis karena belum menyentuh akhir bulan,” kata Asma.
Meski demikian, kurun lima tahun belakangan di Januari angkanya belum menyentuh pola maksimal. Sehingga masih dikategorikan aman. Walaupun telah terdapat kasus kematian di pertengahan bulan ini. Saat ini Diskes juga masih merekap data dari tiap puskesmas terkait jumlah penderita DBD.
“Warga harus tetap waspada dengan DBD ini,”ucapnya.
Sementara Lurah Berebas Tengah Chandra membenarkan bahwa jumlah kasus DBD di wilayahnya sangat tinggi. Ia pun selalu berkoordinasi dengan puskesmas. Bentuknya ketika ada kasus langsung dilakukan fogging fokus. Ketentuan itu merupakan skema otomatis.
Selain itu, ia juga telah berkoordinasi dengan ketua RT untuk merutinkan kegiatan kerja bakti. Utamanya menyasar tempat yang berpotensi menjadi wadah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. “Terkait dengan waktunya dipasrahkan ke RT masing-masing. Sebab kesibukan warga di tiap wilayah berbeda,” tutur Chandra.
Pihak kelurahan pun menyiapkan kendaraan operasional jika dibutuhkan. Fungsinya untuk mengangkut sampah untuk dibuang di TPST. Namun demikian, gigitan nyamuk ini berpotensi tidak dari Berebas Tengah seluruhnya. Apalagi kebakanyan penderita ialah anak-anak.
“Jadi bisa dari sekolah atau tempat bermainnya. Warga juga harus memperhatikan kondisi lingkungan. Pun demikian dengan sekolah,” terangnya.
Sebagai informasi, korban meninggal DBD dengan inisial CO, Kamis (18/1) dimakamkan di Makam Toraja, Kanaan. Anak berusia 13 tahun ini berdomisili di Gunung Telihan. Sebelumnya berdasarkan data Diskes, pasien mengeluhkan diare dan demam. Kemudian menuju klinik pada 6 Januari. Kemudian mendapatkan perawatan di ruang intensif care. Kondisi pasien pun terus mengalami penurunan secara klinis. Akibatnya pada Senin (15/1) pagi hari nyawanya tidak tertolong. Konon pasien sebelumnya hingga membutuhkan suplai kantong darah segar.
Diketahui, merebaknya kasus DBD perlu mendapat perhatian masyarakat. Bahkan di RSUD Taman Husada, petugas medis saat ini menangani enam pasien DBD. Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Pengendalian Mutu RSUD Taman Husada dr Tri Ratna Paramita mengatakan keenamnya saat ini berada di kamar perawatan.
“Pasien didominasi oleh anak-anak,” kata dr Mita.
Menurutnya DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Sehingga yang perlu diperhatikan ialah nyamuk ini suka hidup di air yang bersih. Kemudian nyamuk akan bertebangan pada pagi dan siang hari. Sebab itu untuk menekan perkembangan harus menggalakkan kegiatan 3M.
“Menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi secara teratur untuk mencegah nyamuk berkembang, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi meyebabkan genangan air,” ucapnya.
Jika di sekitar domisili ada yang terkena DBD, maka lingkungan perlu waspada. Pasalnya jarak terbang nyamuk bisa mencapai 100 hingga 200 meter. Adapun jika ada anggota keluarga yang mengalami demam disertai sakit kepala maupun nyeri otot bisa datang ke klinik atau fasilitas kesehatan terdekat.
“Bila kurun dua hari tidak ada perkembangan bisa kontrol kembali guna dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui jumlah trombosit. Supaya segera terdeteksi,” pungkasnya. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post