Berharap Lebih Baik di Tahun Anjing Tanah

KUMPUL KELUARGA: Salah seorang keluarga etnis Tionghoa tengah mempersiapkan ruangan tamu untuk Imlek. Berdasarkan perhitungan kalender, tahun baru ini merupakan tahun anjing tanah.(NURHADI/FAJAR)

TAHUN baru Imlek 2565 yang dimulai di 2018 ini disebut sebagai tahun dengan karakter anjing tanah. Terdapat serangkaian filosofi dan perhitungan yang meliputi istilah tersebut, berkenaan perputaran shio Tiongkok setiap tahunnya. Namun begitu semangatnya tetap sama, mengharapkan tahun baru yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Tokoh etnis Tionghoa Sonny Lesmana menuturkan, berdasarkan kalender tahunan Tiongkok, penamaan karakter tahun ini sesuai shio dalam budaya Tiongkok. Ada 12 shio dengan lambang binatang dirangkai dengan elemen-elemen kehidupan seperti tanah, air, api, kayu, dan logam atau emas.

“Di kalender tahunan kami ada 12 shio yang berputar. Tahun ini tahun anjing seperti juga tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun ini elemennya unsur tanah,” kata Sonny saat dihubungi Bontang Post.

Dia menyebut, elemen-elemen ini biasa dikaitkan dengan shio dalam ramalan Tiongkok. Namun begitu menurut Sonny, pergantian tahun sejatinya sama saja. Hanya saja dia berharap di sepanjang tahun baru nantinya dapat lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

“Saya tidak berani menyimpulkan atau mengaitkan dengan karakter tahun ini. Semoga saja lebih baik dari tahun berjalan. Menurut saya sih sama saja,” ungkapnya.

Menurut Sonny, tradisi Imlek sejatinya sama saja dengan tradisi-tradisi perayaan tahun baru lainnya. Antuasiasme perayaannya sendiri, sebut dia, tak jauh berbeda dengan antusiasme umat muslim dalam merayakan Lebaran. Tradisi ini diwariskan dari satu keluarga kepada anak keturunan melalui kegiatan-kegiatan yang rutin digelar setiap tahun.

“Budaya Imlek biasanya diwariskan melalui tradisi kumpul dengan keluarga. Biasanya makan malam ramai-ramai di rumah kakak tertua saat malam tahun baru,” jelas Sonny.

Keesokan harinya, biasanya dia bersama keluarga saling berkunjung ke kediaman saudara tua. Lantas memberikan angpau untuk anak dan cucu yang belum menikah. Selain memberi, Sonny juga turut menerima angpau dari anak-anak yang sudah berkeluarga.

“Tidak lupa ada sembahyang leluhur guna memohon bimbingan dan introspeksi diri bagi yang beragama Buddha atau Konghucu,” tambahnya.

Menurut Sonny, para generasi muda terbilang antusias dalam merayakan Imlek. Karena di setiap tahunnya mereka selalu mengusahakan untuk bisa berkumpul. “Namun ada juga yang kebetulan tugas di luar daerah jadi tidak hadir. Kami maklum saja,” sambung pria bernama lahir Lie Kang Siong ini.

Bagi kaum muda sendiri, perayaan Imlek diyakini sebagai sebuah tradisi, bukan ritual dari suatu agama tertentu. Diwariskannya tradisi ini kepada kaum muda disebut tak ubahnya perayaan-perayaan tahun baru lainnya. Bahkan dikatakan mirip dengan hari raya agama lain. “Sama seperti umat muslim merayakan Lebaran,” tutur Yung Yung, remaja etnis Tionghoa yang tinggal di Bontang.

Dia menjelaskan, beragam pernik dan atribut yang identik dengan Imlek seperti lampion, dekorasi serba merah, hingga barongsai

Begitu pula dengan atribut yang melekat di setiap perhelatan imlek, mulai dari lampion, berbagai macam dekorasi serba berwarna merah, serta ornamen barongsai sifatnya tidaklah wajib. Pernak-pernik tersebut dimunculkan untuk lebih mengundang kemeriahan perayaan Imlek.

“Di tahun baru (Masehi, Red.) biasanya juga identik dengan terompet dan petasan. Tetapi toh itu sifatnya kan tidak wajib juga. Ini (Imlek, Red.) sama dengan seperti itu,” tambahnya.

Kendati demikian, Yung Yung mengakui ada serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum dan saat merayakan Imlek. Sehari sebelum Imlek misalnya, keluarga berkumpul untuk makan bersama di malam hari. Paginya perayaan diawali sembahyang pertama masyarakat Tionghoa yaitu mempersiapkan meja altar.

Setelah meja altar dipersiapkan, buah-buahan, aneka kue, permen, dan teh dipersembahkan di atas meja altar tersebut. Selanjutnya dilakukan ritual pembakaran dupa sembari memanjatkan doa kepada dewa langit. Tak hanya dewa langit, masyarakat Tionghoa juga sembahyang kepada leluhur yang telah tiada.

“Biasanya doanya minta kesehatan dan rezeki. Kalau yang jomlo biasanya minta jodoh,” urai perempuan yang sehari-hari bekerja di perusahaan furnitur ini.

Senada, Angriyani, remaja etnis Tionghoa lainnya menilai imlek merupakan sebuah tradisi. Namun begitu ada perbedaan antara masayarakat Tionghoa pemeluk agama Buddha dengan Kristen. Jika pemeluk agama Buddha melakukan ritual dengan membakar dupa dan berdoa, yang beragama Kristen hanya menjadikan perayaan tersebut untuk berkumpul dengan keluarga besarnya. (luk/*/ak)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor