BONTANG – Capaian imunisasi Measles Rubella (MR) di Bontang paling rendah se-Kaltim. Dari target 95 persen, yang mampu dicapai hanya 60,16 persen. Tak heran jika Bontang ditetapkan sebagai daerah rawan penularan penyakit campak dan rubella.
Di Kaltim, hanya Kabupaten Mahulu yang capaiannya 100 persen. Disusul Kubar sekitar 80 persen. Kabupaten Kukar, Kutim, dan Paser, sebut Adi, termasuk tinggi. Selain Bontang, Balikpapan juga rendah, yakni 70 persen.
“Sungguh ironis, Bontang yang wilayahnya kecil cakupannya terendah,” ungkap Kasi Surveilans, Imunisasi, Wabah, dan Bencana Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Diskes-KB) Bontang, Adi Permana.
Memang, tren imunisasi setiap tahunnya terus menurun. Perpanjangan selama sebulan pun tidak mendongkrak cakupan secara signifikan.
Rendahnya capaian itu diakui Adi akibat keraguan masyarakat terkait kehalalan vaksin MR. Dia membandingkan saat vaksin difteri yang bisa berada di angka 95 persen. “Artinya, seperti vaksin difteri yang tidak ada gembar-gembor haram halal, masyarakat tak ada yang menolak. Jadi sebenarnya mereka mau, tapi masalah fatwa itu jadi banyak yang tidak mau divaksin,” ujarnya.
Pemerintah sendiri menambah waktu vaksin selama tujuh hari. Dari awalnya berakhir pada 31 Oktober lalu. “Tetapi saya yakin tidak akan efektif,”sambungnya.
Diterangkan, virus rubella dan campak ini akan terus ada seperti virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Bahkan, pada 2018 ini, terdapat dua korban meninggal akibat terjangkit rubella.
Melihat kondisi itu, Adi mengusulkan payung hukum untuk imunisasi melalui peraturan daerah. Selain itu, advokasi dan sosialisasi terus ditingkatkan dan dimaksimalkan. “Sebenarnya vaksin ini tidak ada pilihan lain, karena kalau sudah terjangkit akan berdampak ke yang lain,” ungkapnya.
Diketahui, Indonesia menduduki peringkat ke-9 penderita campak dan rubella di seluruh dunia. Itu menjadi latar belakang digalakkan vaksin MR bersama 54 negara lainnya. “Pulau Jawa 2017 lalu sukses mencapai 95 persen, termasuk di Papua,” imbuhnya.
Cakupan imunisasi rendah ini berdampak pada hal lain. Mengingat seluruh daerah di Indonesia, data cakupan imunisasi dipantau UNICEF dan WHO. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: