Derai air mata jatuh dari pelopak mata Liliana. Ia tidak bisa menahan kerinduannya. Ketika membesuk buah hatinya mendapatkan perawatan insentif di Ruang Neonatal intensive care unit (NICU) RSUD Bontang. Dua pekan raganya berpisah dengan anak kelimanya ini. Karena jantung hatinya ini diduga menderita leukemia.
ADIEL KUNDHARA, Bontang
Proses persalinan telah dilewati oleh Liliana. Tepat pada 29 Juli pukul 09.20 Wita. Melalui operasi caesar. Namun, buah hati harus mendapatkan perawatan lanjutan. Dikarenakan bayi diduga menderita acute myeloid leukemia (AML). Menurutnya pada masa hamil kondisi janin baik. Hasil pemeriksaan USG sejak usia kandungan 5 dan 8 bulan.
“Kata dokter bayinya sehat. Maksimal beratnya 3,3 kilogram,” ujar Liliana.
Keluhan lain juga tidak dirasakan. Bahkan janin saat itu pun gerak aktif. Ditelusuri, dari silsilah keluarga tidak ditemukan riwayat keturunan dengan diagnosa demikian.
Baca juga: Bontangpost.id Buka Donasi untuk Bayi Pengidap Leukemia Mieloid Akut
Ia justru mengetahui kondisi bayi demikian setelah melahirkan. Dimulai dari tidak adanya tangisan pasca-operasi. Diakuinya setiap kehamilan, tekanan darahnya selalu rendah.
“Pasti kalau diukur 80-90 mmHg,” sebutnya.
Setelah dia diperbolehkan pulang, rasa kerinduan membahana. Pasalnya, sang bayi diwajibkan tinggal guna mendapat perawatan intensif oleh tenaga medis. Terkadang isak tangis menyelimuti tiap malam hari.
“Selalu keingat tiap malam. Saya menangis. Padahal keempat kakaknya sehat semua,” ucapnya.
Kunjungan dilakukan tiap saat. Demi melihat buah hati. Selain itu kedatangannya juga untuk memasok kebutuhan popok, susu formula, dan pakaian. Kebutuhan ekonomi Liliana bertumpu pada suaminya. Dia memiliki usaha pentol rebus keliling.
Imbas pandemi Covid-19 ini pendapatan menurun drastis. Terlebih ketika harus menemani istri melewati proses pasca-operasi. Bahkan pernah sehari keuntungan yang didapatkan hanya Rp 30 ribu.
“Sebelum corona bisa mencapai Rp 500 ribu. Tetapi sekarang pendapatan turun,” sebut Rudi, suami dari Liliana.
Sementara, Dokter Spesialis Anak RSUD Taman Husada dr Arlita Eka Putri Vivin Puspitasari mengatakan, operasi caesar dipilih saat persalinan karena sang ibu menderita wasir.
“Takutnya kalau dipaksakan normal bisa terjadi pendarahan hebat saat bayi keluar,” kata perempuan yang akrab disapa Putri ini.
Ketika lahir, bayi mengalami down syndrome . Tandanya dengan tangisan yang tidak kuat. Sehingga pasien dilakukan observasi dan perawatan. Dengan pemasangan intubasi endotrakeal dan diberikan oksigenasi melalui ventilator. Bayi juga dilakukan pemeriksaan rontgen dan darah di hari sama.
Hasil pemeriksaan darah didapati pasien mengalami anemia dan salah satu kondisi ekstrim. Mengingat kadar sel darah putih mencapai 116.920 McL. Lantas, dokter mencurigai ke arah keganasan darah atau leukemia.
Pasca itu, tenaga medis melakukan pemeriksaan lanjutan. Berupa pemeriksaan morfologi darah tepi. Didapatkan pasien ini dicurigai menderita leukemia mieloid akut (AML).
“Leukemia sejak lahir itu kejadian jarang di dunia. Kejadian kongenital leukemia ini hanya 1-5 anak per 1.000.000 kelahiran hidup. Sangat kecil angkanya,” ucapnya.
Selain itu, penderita ini kurang dari 1 persen pada leukemia anak-anak. Kondisi yang menjadi faktor resiko anak ini mengalami keganasan ialah kondisi down syndrome (trisomi 21). Memang angka kejadian AML lebih tinggi dibanding tidak menderita down syndrome .
Tanda dan gejala bisa langsung dicurigai leukemia ketika kadar sel darah putih di atas 50 ribu McL. Menurutnya 85 persen terjadi kasus leukemia akut pada anak. Termasuk 49 persen pada kasus AML. Gejala lain yang mengantar diagnosa itu dari pemeriksaan darah.
Idealnya pasien ini dilakukan pemeriksaan lanjutan. Berupa aspirasi sumsum tulang. Akan tetapi, fasilitas itu belum tersedia di RSUD. Fasilitas itu hanya bisa didapatkan di rumah sakit Samarinda dan Balikpapan. Rujukan saat ini tidak bisa dilakukan mengingat kondisi bayi masih kritis.
“Kondisi pasien kritis dengan komplikasi yang muncul. Karena gangguan napas serta kondisi leukemia terjadi infiltrasi sel leukemia di banyak organ dalam. Ini menganggu fungsi optimal dari organ itu,” sebutnya.
Terapi yang diberikan kepada bayi selain oksigenasi ialah pemberian antibiotik dan transfusi darah sesuai kebutuhan. Karena pada anak leukemia pasti hasil darahnya akan naik-turun.
Tak hanya itu, ia juga memberikan inutropik atau obat untuk menstabilkan tanda vital pasien. Pemeriksaan lain dilakukan rekam jantung. Pasalnya anak down syndrome bisa mengalami gangguan jantung bawaan. USG kepala pun dilakukan untuk melihat ada-tidaknya problem intrakranial di otaknya
“Pasien ini didapatkan adanya sakit jantung. Selain itu didapatkan ada kista di area otaknya,” paparnya.
Pemeriksaan lain juga diberikan sembari melihat perkembangan kondisi pasien. Potensi penyakit lain masih bisa terjadi. Berupa reaksi leukemoid. Sementara untuk TORCH dan HIV telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya negatif.
Ia menjelaskan kemungkinan angka kelangsungan hidup atau survival rate sangat rendah. Dibandingkan pada anak-anak , leukemia bawaan lahir angkanya kurang lebih 10 persen. Sementara leukemia pada anak bisa sampai 70 persen.
“Itupun di daerah maju. Di Indonesia lebih rendah lagi,” tutur dia.
Putri menegaskan tidak semua pasien down syndrome itu leukemia. Tetapi itu bisa menjadi salah satu faktor bayi ini berkembang menjadi leukemia. Pada usia remaja bisa muncul AML di kehidupannya.
Diketahui, Ruang baru NICU RSUD memiliki 12 outlet. Ini merupakan salah satu bentuk komitmen manajemen. Mendukung program kesehatan nasional. Tujuannya untuk memberikan pelayanan kesehatan secara prima bagi bayi sehat maupun kritis. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post