Gempa beruntun yang melanda Mahakam Ulu dipicu patahan regional. Geolog mengklaim dampaknya tidak menghancurkan. Namun, harus ada kewaspadaan untuk meminimalisasi jatuhnya korban.
bontangpost.id – Dalam sepekan, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) sudah dua kali diguncang gempa. Pada Selasa (20/6) lalu, kabupaten termuda di Kaltim ini diguncang lindu bermagnitudo 4,6.
Kemudian Selasa (27/6), bermagnitudo 4. Gempa dilaporkan terjadi pada pukul 03.44. Dari hasil analisis BMKG, episenter gempa berlokasi 95 kilometer tenggara Mahulu pada kedalaman 10 kilometer. Dikategorikan sebagai gempa kedalaman dangkal akibat aktivitas sesar lokal.
Berdasarkan laporan masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di Mahulu dengan intensitas II-III MMI. Berupa getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Hingga saat ini, tidak ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa tersebut.
“Jarak gempa yang terjadi kemarin, tidak terlalu jauh dari gempa yang terjadi sebelumnya. Berkisar puluhan kilometer dari titik gempa sebelumnya. Kemungkinan besok atau lusa, ada batuan yang kurang kuat patah lagi,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan Rasmid kepada Kaltim Post (induk bontangpost.id), Selasa (27/6).
Dia menjelaskan, patahan di Mahulu bukan bagian dari patahan atau Sesar Meratus yang membentang dari Provinsi Kalsel hingga wilayah Paser, Kaltim. Termasuk Sesar Mangkalihat sepanjang 100 kilometer yang bermuara di Kecamatan Karangan, Kutai Timur (Kutim).
“Patahan di Mahulu ini sudah diidentifikasi sejak 1915. Kebetulan sesar untuk gempa ini, belum dikasih nama. Tapi memang di situ ada sesar aktifnya,” ungkap dia.
Gempa yang terjadi di Mahulu dengan jeda waktu berdekatan juga sempat terjadi sebelumnya di Sangkulirang, Kutim. Tepatnya pada 6 dan 7 Juni lalu, terjadi gempa tujuh kali. Dengan magnitudo 3 hingga 4 yang diduga dipicu pergerakan Sesar Mangkalihat.
“Saya khawatir tahun ini adalah periode ulang. Contohnya di Sangkulirang pada 14 Mei 1921, sempat terjadi gempa yang cukup besar. Sekira 6,8 magnitudo dan menimbulkan tsunami. Walaupun tingginya 1 meter, juga memakan korban yang banyak. Dan kali kita urut dari 1921 sampai 2023 itu sekitar 100 tahun. Kemungkinan periode ulangan Sangkulirang diperkirakan 100 tahun,” paparnya.
Menyikapi banyaknya gempa yang terjadi sepanjang bulan ini, pengawasan akan dilakukan selama 24 jam. Apalagi ada gempa beruntun di Sangkulirang dan Mahulu.
“Kewaspadaan dan monitoring lebih ditingkatkan. Karena belum ada alat untuk memprediksi waktu gempa. Karena gempa bumi siklusnya pasti berulang. Mulai 50, 100, 200 tahun,” katanya.
Pada bagian lain, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahulu Agus Darmawan membenarkan adanya gempa. Menurutnya, titik gempa terjadi di tempat yang sama dengan gempa pekan lalu. Yakni di sekitar Kecamatan Long Hubung.
“Yang jelas kecamatan dekat titik gempa daerah Long Hubung dan sebagian Kecamatan Laham,” sebutnya.
Akibat gempa beruntun ini, dia menyebut, BPBD Mahulu akan mengintensifkan koordinasi dengan lembaga terkait untuk mengkaji lebih jauh potensi gempa susulan dan dampaknya.
Dihubungi terpisah, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Kaltim Hamzah Umar menjelaskan, ada keterikatan antar-fenomena alam yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Mulai Mahulu di Kecamatan Long Hubung hingga Kecamatan Sangatta, Mangkalihat, Kutai Timur. Menurutnya, kawasan itu merupakan satu rangkaian proses terbentuknya Pulau Kalimantan.
”Kalimantan terdiri dari gabungan beberapa lempeng. Ada dari lempeng Asia sendiri dan ada beberapa pecahan dari lempeng Australia,” jelasnya.
Alumnus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu melanjutkan, ada tiga patahan utama di wilayah Kaltim yang harus mendapat perhatian. Yakni Sesar Paternosfer-Adang, Sesar Mangkalihat dan Sesar Meratus. Tiga sesar tersebut saling berpotongan. Sesar Meratus menuju utara, Sesar Paternosfer-Adang dari sisi Selat Makassar menuju Balikpapan ke arah barat. Dan Sesar Mangkalihat memanjang sampai ke arah Kabupaten Berau.
“Posisi pertemuan lempeng Kalimantan dengan adanya patahan-patahan ini menyebabkan deformasi batuan. Makanya muncul gempa bumi di situ. Karena di zona yang dipatahan mengalami deformasi atau pergerakan daripada batuan yang lemah,” terang Hamzah.
Kejadian gempa berulang di Mahulu, sebut dia, murni karena proses sesar atau patahan regional. Ini satu jalur patahan dari pengaruh Patahan Meratus dan Mangkalihat, namun di dalam satu jalur tidak serta-merta semuanya mengalami gempa. Akan tetapi, ada satu titik yang lemah. Namun, begitu mendapatkan daya berlebih, akan bergetar atau menimbulkan gempa.
”Berarti deformasi batuannya di tempat itu (Long Hubung) saja. Termasuk kita di Samarinda, kita mungkin hanya merasakan efek getarannya. Tapi tidak sesignifikan tempat terjadinya pergeseran. Episentrumnya di situ, Mahulu,” kata Analis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Samarinda itu.
Dengan melihat peristiwa yang berulang tersebut, Hamzah menyebutkan, ada sikap yang perlu ditunjukkan. Melihat potensi kebencanaan di Kaltim secara menyeluruh, karena gempa bumi yang terjadi bukan yang sedang sampai tinggi, gempa bumi di Kalimantan tergolong rendah karena tidak masuk jalur gunung api atau ring of fire.
”Tidak ada jalur tektonik aktif yakni pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng benua. Seperti di sepanjang Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Halmahera,” ungkapnya.
Menurutnya, implikasi gempa di Mahulu bukan bersifat menghancurkan, tapi ada kerawanan patahan-patahan yang cukup besar mengakibatkan timbulnya fenomena lanjutan. Seperti tanah longsor. Sebagai geolog, dia mengingatkan jika tidak ada tempat yang lepas dari pergerakan lempeng. Pergerakannya ada yang aktif dan pasif. Adapun lempeng di Kaltim bersifat pasif.
”Jadi tidak signifikan seperti kejadian di Palu, Lombok, di Sumatra yang kadang skalanya cukup besar. Kita ada, tapi ya seperti itu ada karena sifatnya lokal saja,” imbuh Hamzah.
Dengan adanya peristiwa tersebut, pola pembangunan pemerintah provinsi dan kabupaten harus memberikan perhatian khusus terhadap titik rawan kebencanaan atau mengikuti kajian risiko bencana.
Menyesuaikan perencanaan pembanguanannya agar tidak membangun di daerah-daerah yang punya kerawanan bencana tinggi. Seperti daerah rawan longsor jika ada gempa bumi. Dengan harapan pemanfaatan lahan yang rawan longsor tidak berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Dia mendukung pembuatan kajian risiko bencana yang tahun ini disusun Pemkab Mahulu agar cepat selesai, sehingga bisa diimplementasikan dalam proses pembangunan yang makin giat dilaksanakan.
”Kita berharap dengan kejadian bencana ini, ada pendalaman kajiannya di Mahulu. Karena di daerah sana secara morfologi alamnya sudah kelihatan kaya akan struktur geologi, banyak patahan,” ungkapnya. (*/sya/riz/k16)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post