BONTANG–Alat berat berupa ekskavator jenis amfibi sudah tiba di Kota Taman, beberapa hari lalu. Namun, baru Selasa (19/3) dilakukan percobaan normalisasi sungai. Dengan anggaran Rp 4,2 miliar, amfibi tersebut mampu mengeruk sungai hingga kedalaman 3 meter.
Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni turun meninjau kerja ekskavator amfibi dalam program kali bersih (prokasih) yang telah berjalan sejak akhir 2018. Dikatakan Neni, kondisi sungai di Bontang yang semakin dangkal dan banyak mengalami sedimentasi, tak ada solusi lain kecuali dengan pengadaan ekskavator amfibi ini.
“Di Kaltim hanya dua kota yang punya yakni Samarinda dan Bontang. Insyaallah sangat membantu karena Bontang 70 persen laut dan hampir semua laut sedimentasinya tinggi,” jelas Neni saat meninjau amfibi di Bontang Kuala, Selasa (19/3).
Disebutkan bahwa sedimentasi di laut Bontang sejak berdirinya Kota Taman tak pernah dilakukan pengerukan. Dengan adanya amfibi dari Jepang ini, Neni berharap, prokasih di Bontang bisa terwujud sebagai upaya penanganan banjir.
“Target kami setelah sungai di Bontang Kuala bersih, alat digeser ke sungai di Tanjung Laut dan Selambai Loktuan,” imbuhnya.
Menggunakan amfibi juga dinilai sangat efisien sebab hanya menggunakan bahan bakar dan operatornya dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Dengan sistem kerja setiap hari, diharapkan bisa menyelesaikan pengerukan lebih cepat. Melihat penggunaan alat ekskavator sebelumnya, dalam dua bulan sudah mencapai 10 kilometer.
“Tidak mudah juga program ini, karena ada beberapa masyarakat yang tidak terima, dan harus dilakukan pendekatan,” imbuhnya.
Prokasih juga merupakan program berkelanjutan, jika sungai sudah selesai dinormalisasi, maka dilanjutkan pengerukan di laut Bontang.
Ditambahkan Pj Sekda Bontang yang juga Plt DLH Bontang Agus Amir, dalam seminggu ini masih dioperasikan oleh operator dari Jakarta sambil operator DLH Bontang belajar. Anggaran ekskavator amfibi ini yakni Rp 4,2 miliar, tetapi dinilai sangat efektif.
“Kami hanya keluar biaya bahan bakar dan operator. Kendalanya hanya saat pergeseran alat, mengingat masih ada segmen yang sulit dilalui oleh alat ini karena berupa jembatan,” pungkasnya. (mga/dwi/k8/prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post