bontangpost.id – Puluhan Kepala Keluarga di Kampung Pesisir Malahing, Kelurahan Tanjung Laut Indah bakal segera teraliri pasokan air bersih dari perusahaan air minum daerah atau Perumda Tirta Taman Bontang.
Kabid Sanitasi, Air Minum dan Sumber Daya Air Dinas PUPRK Bontang Edi Suprapto mengatakan presentase progres pipanisasi saluran air bersih saat ini mencapai 73 persen.
Diketahui, pengerjaan proyek senilai Rp 2,9 miliar itu ditenggat rampung dalam waktu lima bulan. Terhitung sejak Agustus hingga Desember mendatang.
Kata dia, proses pengerjaan pipa air bersih pun tidak ditanam di dasar laut. Melainkan pipa dilengkapi dengan alat pemberat. Sehingga posisi pipa tidak akan bergeser. “Kalau dilihat dari capaiannya sih Desember nanti optimis selesai. Dan air bersih sudah tersalur,” ucapnya, Senin (7/11/2022).
Dikatakan Edi, selama proses pengerjaan tidak ada kendala yang berarti. Baik itu dari segi pengerjaan maupun material.
Nantinya, jaringan pipa yang terpasang sepanjang 3 kilometer itu akan menghubungkan penyaluran air dari Bontang Kuala menuju Kampung Malahing. Pihaknya akan memasang rambu yang menandakan keberadaan pipa. Tujuannya agar nelayan tidak menabrak saluran jaringan pipa.
“Sejauh ini semua berjalan baik. Bahan material mudah didapat. Sudah pasti kami pasang rambu. Pusat penyaluran airnya nanti di Bontang Kuala,” timpalnya.
Menanggapi hal itu, salah seorang warga Arning mengucap syukur lantaran di kawasan permukiman tempat ia tinggal bakal mendapat pasokan air bersih. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia dan warga Malahing lainnya membeli air bersih jeriken di permukiman darat.
“Kalau mandi ya pakai air laut. Pakai air bersih itu kalau untuk masak dan lainnya,” akunya.
Selama proses pengerjaan, pria paruh baya itu turut mengamati pengerjaan pipanisasi. Menurutnya, pemasangan pipa saluran air yang menggunakan pemberat itu kurang tepat.
Bilang Arning, mestinya saluran pipa ditanam di dasar laut bukan dengan menggunakan pemberat. Hal itu ia lontarkan lantaran dinilai terlalu riskan terhadap keselamatan nelayan saat melintasi laut.
“Kalau laut dalam kondisi dangkal kan bahaya. Dikhawatirkan kapal yang lewat nabrak pipanya. Kalau kami sih masih hapal aja rutenya. Kasihan yang nelayan dari Bontang Kuala itu. Keselamatan kami yang terancam,” jelasnya.
Meski begitu, Arning memahami bahwa keputusan pemerintah memilih menggunakan pemberat pada pipa saluran air daripada menanam di dasar laut pasti memiliki kajian dan pertimbangan detail.
“Kalau pipanya ditanam katanya sih nanti susah dilakukan perbaikan pas ada kerusakan dan merusak terumbu karang. Semoga saja yang dikhawatirkan tidak terjadi. Meski kami waswas juga sih,” tandasnya. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post