bontangpost.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang telah memutuskan untuk menunda pembelajaran tatap muka (PTM) di awal semester genap. Bahkan durasi penundaan hingga batas waktu tidak ditentukan. Menyusul terdapat peningkatan kasus aktif paparan Covid-19 beberapa hari belakangan ini di Kota Taman.
Keputusan itu disambut baik oleh pihak sekolah. Kepala SMP 1 Riyanto mengatakan kondisinya memang belum memungkinkan untuk menjalankan skema itu. Mengingat risiko jika ini langkah ini dipaksakan sangatlah besar. Berkaitan dengan nyawa manusia.
“Pada dasarnya kami melihat belum saatnya PTM. Soalnya ini berkaitan dengan virus yang tidak tampak. Tidak bisa berspekulasi,” kata Riyanto.
Menurutnya lebih baik upaya mencegah. Dibandingkan jika direalisasikan berpotensi terjadi klaster baru. Meskipun imunitas anak kuat untuk menangkal virus. Tetapi bisa saja pelajar membawa itu ke lingkup ke rumah. Akibatnya orangtua menjadi terpapar virus corona.
“Tidak menutup kemungkinan anak itu OTG konteksnya tetapi saat ke rumah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit penyerta. Itu yang berbahaya,” ucapnya.
Sesungguhnya pihak sekolah telah melakukan persiapan. Mulai dari melengkapi sarana protokol kesehatan. Seperti sarana cuci tangan, pengadaan alat pengukur suhu tubuh, dan pengaturan jarak tempat duduk. Tetapi ada beberapa persyaratan yang sulit direalisasikan. Menyangkut pengawasan pelajar untuk tidak berkerumun.
“Namanya anak kalau sudah tidak berjumpa lama itu pasti ada rasa kangennya. Ini susahnya sementara guru tidak bisa mengawasi secara penuh. Tidak ada jaminan anak-anak saat di sekolah tidak berkumpul,” tutur dia.
Pihak sekolah pun sebenarnya juga telah menyebar angket persetujuan orangtua untuk dimulainya PTM. Hasilnya dari 749 siswa, 92 persen menyetujui dimulainya PTM. Delapan persen ini memiliki alasan yakni menunggu pemberian vaksin.
“Dari sini jelas ada pemahaman orangtua yang kurang tepat. Sebab vaksin itu tidak diberikan kepada usia anak-anak,” sebutnya.
SMP 1 pun belum mencatatkan diri sebagai pengusul PTM. Mengingat belum ada keputusan yang dibawa ke tingkat komite sekolah. Dengan hasil ini, skema tetap melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dimulai pada 11 Januari mendatang.
Sementara, Kepala SD 003 Bontang Selatan Henriani menyebut sesungguhnya guru telah bersemangat. Ketika ada wacana dimulainya PTM. Tetapi setelah mendapat pemaparan dari petugas kesehatan menjadi ciut nyali kembali.
“Karena risiko yang bisa timbul jika tatap muka itu dibuka,” kata Henriani.
Hasil angket, dari 68 siswa kelas VI hanya 15 orangtua yang tidak setuju PTM dimulai. Persentase yang menyetujui PTM sebesar 78 persen. Rencananya, sekolah akan menyosialisasikan keputusan ini ke wali murid.
“Karena sebagian orangtua kurang paham dampaknya. Terutama mereka yang telah menyetujui PTM,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Disdikbud Akhmad Suharto mengatakan penundaan berkaca dari tren kasus aktif paparan Covid-19 di Kota Taman. Penundaan ini berlaku di seluruh jenjang pendidikan. Disdikbud tidak mau mengambil risiko jika skema ini tetap dipaksakan. Dikarenakan menyangkut nyawa seluruh pihak yang terlibat.
“Setelah mendengar pertimbangan dan saran. Serta melihat kondisi Covid-19 di Bontang kami memilih untuk mengutamakan keselamatan siswa, guru, dan masyarakat secara luas,” pungkasnya. (*/ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post