BONTANG – Pembagian paket bantuan konverter kit dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada 113 nelayan Bontang menimbulkan kecemburuan. Para nelayan yang tidak kebagian jatah mempertanyakan sistem pembagian.
Salah satu nelayan yang enggan namanya dikorankan menyebut, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3), seharusnya melakukan klasifikasi nama-nama yang sudah sering mendapat bantuan. Sehingga tidak lagi diprioritaskan.
“Kami tahu bantuan yang diberikan dari pusat juga terbatas. Tapi sebaiknya yang sudah sering dapat bantuan kalau bisa jangan diusulkan lagi. Biar semua nelayan merata pembagiannya. Tapi saya pribadi masih berharap bisa dapat, tahun depan. Saya juga telah mendaftarkan lagi ke dinas (DKP3, Red),” ucapnya.
Konverter kit yang diberikan Kementerian ESDM merupakan mesin yang bisa mengkonversi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar gas (BBG).
Terpisah, Kabid Perikanan Tangkap dan Budidaya DKP3 Syamsu Wardi membantah jika pihaknya pilih kasih. Dirinya menyebut, yang melakukan seleksi atau verifikasi calon penerima bantuan adalah dari Kementerian ESDM.
“Kami hanya memberikan data ke kementerian terkait dengan nelayan yang berminat saat itu,” jelasnya.
Dijelaskan Wardi, adanya wacana pemberian mesin konverter sejak 2016. Ada 320 nelayan yang terdaftar. Sebagian yang lain enggan menerima, karena takut mesin itu meledak. Pada 2017, atas instruksi Menteri ESDM Ignasius Jonan, bantuan yang harusnya diberikan kepada Bontang dialihkan ke Pangandaran. Mengingat wilayah tersebut terkena bencana.
Tahun ini, bantuan itu kembali diluncurkan. Tapi jumlahnya menyusut. Cuma 113 unit. Kementerian ESDM pun harus melakukan seleksi ulang. “Memang sempat ada wacana jatah Gorontalo akan diberikan ke Bontang, karena di sana menolak. Belakangan, Gorontalo kembali berminat, sehingga jatah Bontang tidak jadi bertambah,” ungkapnya.
Wardi juga menyampaikan, saat proses pendaftaran, banyak nelayan yang mengusulkan mesin 24 PK (paarden kracht/tenaga kuda) dan mesin 16 PK. Rupanya, barang yang dikirim Kementerian ESDM mesin 6,5 PK, 9 PK, DAN 12 PK. Nelayan yang mengusulkan di atas spesifikasi itu pun tidak terakomodasi.
“Namun intinya, nelayan-nelayan yang belum dapat bantuan kami dorong untuk mendaftar lagi. Sehingga harapannya, tahun depan bisa mendapatkan bantuan tersebut,” jelasnya.
Arif, salah satu nelayan yang mendapatkan bantuan, menyebut mesin meringankan beban nelayan kecil yang selama ini ketergantungan dengan BBM. Penggunaan bahan bakar, kata dia, jauh lebih hemat dibandingkan mesin sebelumnya.
“Semoga bantuan-bantuan lain untuk para nelayan bisa terus ada setiap tahunnya,” pungkasnya. (bbg)
Perbandingan BBM dan BBG
BBM BBG
Boros Lebih Hemat
Sering Langka Mudah Didapat
Terdiri Satu Jenis BBM Saja Memiliki Dua Bahan Bakar Alternatif
Sumber: Disarikan dari wawancara
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: